02

36 3 0
                                    

Playsong: Every summertime by Niki
Enjoy readers!








***

Liburan yang dinantikan Gauri dan Jina tiba juga. Keduanya sampai di bandara internasional Ngurah Rai Bali tepat di siang hari, dan segera menuju ke penginapan yang dekat dengan pantai Kuta. Keduanya saling bercerita dalam perjalanan mereka hingga tak berapa lama akhirnya sampai.

"Ini liburan terbaik yang pernah aku rencanain!" Jina memeluk Gauri dengan senang. Keduanya berada di depan sebuah resort hotel setelah menurunkan barang-barang dari bagasi taxi yang mereka tumpangi.

"Aku seneng kita bisa jalan-jalan setelah sekian lama na,"ucap Gauri. Mereka mengurai pelukannya dan kemudian mulai melangkah masuk ke hotel. Mereka sudah memesan kamar secara online beberapa hari sebelumnya dan hanya perlu mengecek nya di tempat resepsionis.

"Kamarnya di lantai 3 ya kak, selamat menikmati liburannya,"ucap petugas resepsionis dengan ramah.

Keduanya berjalan menuju lift yang tertutup dan menunggu giliran mereka. "Mau jalan-jalan dulu di sekitar pantai?" Ajak Jina.

"Boleh! Habis itu kita lihat lihat aksesoris ya!" Sahut Gauri semangat.

"Deal!" Ucap keduanya berbarengan. Tepat saat itu dentingan lift terdengar dan pintunya terbuka. Gauri terkejut dan sedikit bergeser mendempet ke arah jina untuk memberi akses laki-laki bertubuh tegap itu lewat.

Gauri menatap dari ujung matanya. Dia merasa mata elang itu mengawasinya dengan sangat lekat seolah menemukan mangsanya. "Silakan masuk nona nona,"suara deep yang terdengar serak itu membuat bulu kuduk Gauri merinding. Tangannya tanpa sadar sedikit mendorong jina untuk segera masuk ke dalam lift.

"Senang sekali bisa melihatmu secara langsung,"bisikan samar itu bisa Gauri dengar ketika ia melintas berdekatan dengan pria tegap dengan rambut yang rapi diikat menjadi satu itu. Gauri secara reflek menoleh dan hanya menemukannya memberikan senyuman miring penuh ejekan padanya. Gauri tidak nyaman ditatap begitu dan memilih menunduk untuk mengikuti Jina ke dalam lift.

Keduanya tiba-tiba menjadi senyap saat pintu lift tertutup dan mulai bergerak mengantar mereka ke lantai 3, kamar mereka.

"Dia kelihatan seperti orang jahat,"celetuk Gauri kemudian.

Jina menoleh menatap Gauri yang berwajah tegang itu. Dia kemudian tertawa, "ayolah, kau pasti akan terbiasa bertemu orang asing disini. Tidak semua orang asing itu jahat tau,"balas Jina.

Gauri memutar bola matanya. "Aku tau. Kita juga banyak melihat orang asing di bandara tadi, tapi tidak ada yang se menyeramkan pria itu!" Pekik Gauri. Dia tidak pernah menganggap orang internasional mengerikan kalau mereka berpenampilan seadanya tanpa tato mawar hitam yang terlihat mengintimidasi di lehernya. Mereka jadi nampak macam preman. Ditambah setelan hitam-hitam yang menambah kesan sangar nya.

"Yah, mungkin aku sedikit setuju denganmu,"putus Jina kemudian. Mereka lalu kembali diam sampai berada di kamar yang mereka pesan. Keduanya sepakat untuk bermain di pantai hari ini, jadi lah Gauri mengganti pakaiannya dengan gaun one piece hijau muda yang dibelinya di toko diskon. Bahu Gauri terpampang jelas dengan berhias tali-tali yang saling bertaut dan membentuk pita cantik untuk menahan bajunya agar tidak melorot.

Sedangkan Jina, gadis itu benar benar memakai bikini biru yang menampilkan semua lekuk indah tubuhnya. Di bagian bawahnya hanya diikat sebuah selendang tipis berwarna pink yang menutupi celana dalamnya dan nampak transparant.

"Astaga, kamu mau berenang atau ke pesta minum teh?" Ejek Jina melihat penampilan Gauri yang memakai gaun one piece hijau muda se lutut ditambah dengan topi pantai cokelat susu yang lebar.

"Gak ada orang ke pesta minum teh pakai topi pantai,"sahutnya.

"Oke oke. Kamu kelihatan manis di setelan one piece itu kok, yuk!" Tangan Jina langsung mengamit lengan Gauri dan membawanya ke areal pantai Kuta yang berada tidak jauh dari resort hotel mereka.

Suasana yang cukup terik dan deburan ombak pantai yang indah membuat Gauri benar-benar merasa tengah liburan saat ini. Dia sudah menginginkan pergi ke pantai sejak lama, semenjak bekerja ia sulit mengambil cuti sejenak meski hanya untuk merilekskan pikirannya.

Jina mengajak Gauri sedikit mendekat ke bibir pantai. Gauri mengangkat rok gaun nya sampai ke pertengahan paha. Dia belum mau basah basahan sekarang. Tangannya terus membidik kemana saja yang ia rasa pantas untuk ditangkap layar kamera ponselnya.

Gauri banyak menangkap foto foto Jina yang kini berlarian di bibir pantai. Gadis itu terlihat senang dan tidak peduli meski banyak pasang mata menatapnya dengan nakal. Gauri akui tubuh Jina memang sangat bagus. Gadis itu memang pintar mengurus dirinya. Berbeda jauh dengan Gauri, dia hanya gadis biasa yang makan sedikit saja akan menambah berat badannya dan mengubah bentuk tubuhnya dengan secepat hembusan angin.

Saat mengedarkan pandangannya lagi-lagi Gauri melihat pria aneh yang tadi berpapasan dengannya di lift. Pria itu terlihat duduk di kursi santai berpayung yang jauh dari bibir pantai.

Tcih seperti vampir! Pikir Gauri. Gadis itu mendecak tak senang. Kalau memang benci matahari, kenapa harus keluar keluar di siang terik begini?

"Hey Gauri! Mau naik banana boat gak?" Tawar Jina. Gadis itu tiba-tiba terpikat setelah melihat orang-orang yang bermain banana boat di spot yang agak jauh dengan tempat mereka berdiri sekarang.

"Ah, aku...kayaknya mau duduk dulu deh. Aku haus, kamu aja yang main,"tolak Gauri.

"Oke deh. Jangan terlalu jauh ya ri, habis ini aku juga ikutan istirahat!" Ujar kemudian berlari ke tempat para turis yang sedang mengantri untuk menaiki banana boat.

Gauri berjalan menuju ke tepian dan mencari tempat seperti saung apung kecil. Setelah membayar uang sewa dan memesan segelas mojito dia duduk dan memperhatikan orang-orang yang masih betah berada di sekitaran bibir pantai. Sebagian besar dari mereka bermain dengan pasir dan ombak, sebagian lagi nampak sedang berswa foto.

"Sedang menikmati liburanmu lady?" Suara deep yang serak itu lagi-lagi membuat bulu kuduk Gauri berdiri.  Gauri berjengit kaget ketika mendapati pria ber kemeja hitam itu kini sudah berdiri di dekatnya. Tatapannya mengarah ke pantai dan deburan ombak yang membawa tawa tawa nyaring disekitar sana. Gauri menelan liurnya dengan susah. Wajah dengan ekspresi tegas, tubuh tegap tinggi dan mengintimidasi. Gauri memalingkan wajahnya, mencoba terlihat biasa saja.

"Yeah,"sahutnya singkat.

"Bukankah menyenangkan untuk keluar setelah beberapa saat mengendap di cafe kecil pojok jalan itu Valeria?" Laki-laki itu kembali mengeluarkan suaranya. Kalau di dengar dengar, aksen bicaranya tidak seperti orang Indonesia meski dia fasih melafalkan beragam kata dalam bahasa Indonesia.

Gauri tidak lagi merinding akan suaranya, tapi terhadap kalimatnya.

"Apa maksud anda tuan?" Ujarnya memicingkan mata. Gauri sangat waspada saat ini.

Laki-laki itu mengedik. Gauri terlihat jengkel tak mendapat jawaban selain senyuman miring dari wajah yang terlihat tegas itu.

"Siapapun tau kau bekerja di cafe karena kecintaan mu pada aroma kopi,"sahutannya terdengar sangat santai. Sementara Gauri harus menahan nafasnya karena tiba-tiba pria itu menjulurkan kepalanya dan menerpakan angin lembut di sekitar lehernya. Tubuh Gauri kaku.

Dia kembali menarik wajahnya setelah berhasil menggoda Gauri dan membuat semburat merah muda berada di pipinya. "Pada intinya aku senang bertemu denganmu. Semoga kita bisa bertemu lagi, secepatnya lady Valeria,"pamitnya kemudian pergi meninggalkan Gauri yang masih terdiam di tempatnya. Dia sudah gila. Meladeni orang asing yang entah siapa, dan hei! Bagaimana laki-laki itu bisa tau namanya!?

Gauri menepuk jidatnya. "Dia pasti penguntit gila!" Rutuknya kesal.

***

See ya!

My Boyfriend Is A Mafia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang