05

29 2 0
                                    

Playsong: Jealousy Jealousy by Olivia Rodrigo
Enjoy readers!






***

Gauri menatap gamang pemandangan luar hotel. Hari ini dia dan jina sudah harus check out dan mengejar pesawat di bandara. Tidur Gauri benar-benar terusik setelah kejadian di club saat itu. Dia masih mengingat bagaimana ciuman lembut Ryu menyentuh kulit lehernya. Mengingat ini saja membuat wajah Gauri kembali bersemu merah. Dia memegangi lehernya sendiri, aku sudah gila, harusnya ku dorong dia kemarin atau menggigit tangannya, rutuk Gauri.

***

Gauri sampai di rumahnya saat sudah sore menjelang. Rumahnya kosong, karena hanya dia yang tersisa di rumah ini.

Helaan nafas terdengar dari bibir Gauri. Dia selalu merasa kosong kalau tidak ada yang menyambutnya ketika pulang. Dulu rumah ini selalu ramai, namun sejak insiden kecelakaan 5 tahun lalu, Gauri benar-benar sendirian.

Gauri baru menghempaskan tubuhnya ke kasurnya dan tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk. Penasaran, Gauri berjalan keluar untuk memeriksa siapakah tamu nya.

"Ya? Mencari si—eh,"mata Gauri seketika membeliak. Menatap pemuda tampan yang kini berwajah dingin di hadapannya padahal dulu selalu menampakkan wajah yang tengil. Ash datang dengan wajah yang tidak terlihat baik. Nafasnya menderu cepat.

Laki-laki itu menerobos masuk meski belum di persilakan. "Hey!" Gauri memprotes.

Bisa-bisanya seorang anggota mafia menerobos masuk rumahnya seenak jidat begini.

"Apa yang kau lakukan disini? Ku pikir kau sudah pindah ke Jakarta dan mengurus klan mu atau apalah,"ujar Gauri. Gadis itu menatap punggung Ash yang masih naik turun dengan abnormal.

Gauri menatap bingung. Ash membalikkan badannya. "Kau tidak tau apa yang sudah kau lakukan!"berang Ash.

Gauri seketika tersulut amarah. "Apa maksudmu sih? Kau datang datang langsung bicara ngawur begini!" Balas Gauri meninggi.

"Hey tuan mafia dengar ya, meskipun kita pernah satu almamater, bukan artinya kau bisa mengurusi hidupku seenaknya! Memang kau tau apa!" Teriak Gauri.

Ash semakin mengganas. Bara api terlihat di matanya semakin menyala. "Kau benar-benar menempatkan dirimu dalam bahaya Valeria Gauri!" Ash geram, tangannya mencengkram erat bahu Gauri dan mengguncangnya.

"Stop! Ash! Jangan ngomong ngawur begini!" Gauri berusaha mendorong ash.

Laki-laki itu berhasil di dorong mundur beberapa langkah. Ash terdiam sejenak. Tatapannya kosong. "Kau benar, ucapan hanya omong kosong,"gumam Ash.

Gauri menyipit. "Apa?—hey!" Gauri memberontak ketika tiba-tiba Ash membopongnya di pundak seperti karung beras.

"Seharusnya memang aku membawamu ke Jakarta sejak Minggu lalu!"ujar Ash kemudian dengan mantap membawa Gauri memasuki Ferarri nya. Gauri terus melawan ketika Ash memaksanya masuk ke Ferarri nya.

"Lepaskan aku hey! Ini penculikan!" Teriak Gauri. Kini tangannya dipegangi oleh seorang laki-laki berambut blonde dengan anting-anting panjang di telinga kirinya.

"Kau yakin harus melakukan ini Ash?" Kata Jean yang memegangi tangan Gauri dengan erat.

"Kita tidak pernah tau apa yang diincar oleh Sakazaki, Jean. Aku tak akan menempatkan Gauri di posisi yang berbahaya seperti Hera,"kata Ash dengan dingin.

My Boyfriend Is A Mafia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang