CB-02

622 61 0
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

Seperti pagi biasanya, Radit datang awal ke sekolah bersama sang adik, Dela. Meskipun sekolah masih terbilang sepi, keduanya sudah terbiasa datang di pagi buta. Tapi...

"Del, lo tau ada murid baru di kelas IPS, gak?" Tanya Radit pada adiknya.

Dela yang baru melepaskan helmnya terdiam sejenak, "Murid baru? Eummm..."

"Setau gue sih emang ada, Bang. Tapi gue gatau siapa, kenapa emangnya?" Tanya balik Dela.

Gadis itu tersenyum sambil memperhatikan Abangnya yang malah termenung tak jelas.

"Jangan bilang lo malah naksir sama tuh murid baru? Atau mau lo deketin terus tinggalin?"

Radit mendengus, "Gausah sembarangan, gue bukan cowok kaya gitu!"

"Gue cuma nanya doang. Dah mending sana pergi ke kelas lo sana," usir Radit.

Dela malah tertawa, tapi memang benar, Abangnya bukan tipikal cowok yang suka mempermainkan atau dekat dengan banyak cewek kok. Sejauh ini Dela malah belum pernah melihat Abangnya pacaran, bahkan mendengar dekat dengan cewek lain pun tidak pernah. Berbeda jauh dengan teman-temannya yang sudah berganti-ganti pasangan dan dekat dengan banyak cewek.

Sempat berpikir jika Abangnya melenceng tapi tidak mungkin. Ah sudahlah, Dela tidak mau terlalu ikut campur dalam kisah asmara Abangnya. Tapi, Dela juga ingin melihat Abangnya tergila-gila pada cewek, apakah akan sama seperti Abangnya yang tergila-gila pada karakter kesukaannya itu?

Setelah Dela pergi, Radit malah terdiam dan duduk diatas motornya sambil melihat-lihat keadaan sekitar.

Hingga beberapa menit kemudian, Radit pun beranjak dan memutuskan untuk pergi ke kelasnya. Ia juga masih merasa mengantuk, lebih baik tidur sebentar. Masih banyak waktu juga sebelum bell berbunyi.

***

06.22 WIB.

Tidak sesuai ekspektasi, Radit malah pergi ke kantin karena di dalam kelas ternyata sudah ada beberapa siswi dan cukup berisik. Daripada tidurnya terganggu, lebih baik ia pergi ke kantin mengisi perutnya saja.

"Wih, pagi-pagi dah mau ke kantin aja lo!" Celetuk Ramdan yang baru datang.

Lelaki bertubuh mungil itu langsung menyamakan langkahnya dengan Radit.

"Yang lain belum pada datang?" Tanya Ramdan.

"Mana gue tau," jawab Radit.

"Dit, lo tau gak kalo ada murid baru? Kayaknya baru masuk kemarin sih," ungkap Ramdan yang sontak membuat Radit meliriknya.

Apa murid baru yang dimaksud Ramdan itu adalah gadis yang Radit temui kemarin? Gadis itu bilang kan murid baru juga? Tapi entahlah.

"Lo tau dari mana?" Tanya Radit.

"Gue liat sendiri sih waktu kemarin balik dari kantin, dia kayaknya ada di kelas 11 IPS karena kelasnya sebelahan sama gue juga."

"Lumayanlah, enak juga kayaknya," tambah Ramdan.

Radit hanya menyunggingkan senyumnya, tapi...

"Halah anjing, cowok toge kayak lo gausah banyak tingkah. Pasti tuh cewek lebih tinggi dari lo, kan? Mending diem aja kata gue mah," ucap Radit.

Refleks Ramdan menghentikkan langkahnya, "Lo bilang gue toge?"

Radit mengangguk saja, "Lo pendek kaya gitu."

Sepertinya akan ada kegaduhan yang terjadi pagi ini. Apalagi jika bukan karena ulah Ramdan dan Radit yang mulai saling mengejek.

"Lo muka cabul diem aja gausah banyak komen," cibir Ramdan tak mau kalah dan melakukan pembelaan.

Langkah Radit terhenti, lelaki itu berbalik dan menatap Ramdan seolah ingin menerkamnya.

"Bilang sekali lagi, biar gue---"

"MUKA LO CABUL ANJING HAHAHA!!!! PANTESAN JOMBLO!!!" teriak Ramdan dengan langsung berlari sekencang mungkin.

Mendengar hal itu, tentu Radit tak tinggal diam. Ia langsung mengejar Ramdan yang terus mengatainya cabul. Dan hal ini sudah menjadi tontonan pagi hari sebelum kelas di mulai. Bahkan, keduanya harus dihentikan oleh guru BK saja.

Tapi...

Ditengah pengejaran yang Radit lakukan, secara mendadak Radit harus berhenti disaat melihat gadis yang kemarin ia lihat di kafe. Seketika ia mengabaikan Ramdan yang sungguh kasian berlarian tak jelas sendiri.

"Eh? Kakak yang kemarin, ya?" Ucap gadis itu yang sadar tengah diperhatikan.

Radit langsung berbalik dan pergi, bisa bahaya jika gadis itu mengatakan dimana mereka bertemu.

"Kak bentar ih!!!"

Radit terus melangkah menjauh, dan sekarang Radit lah yang dikejar oleh gadis yang kemarin ia temui. Sadar dirinya diikuti, Radit memilih untuk pergi ke halaman belakang sekolah yang lumayan sepi dan jarang di datangi oleh murid lainnya.

"Lo ngapain ngikutin gue, hah?" Tanya Radit dengan langsung berbalik dan membuat gadis itu berhenti.

Bukannya takut, gadis itu malah tersenyum sumringah.

"Jadi, bener kan? Kakak yang kemarin itu? Yang adeknya suka sama Cinnamon?" Tanya nya.

Radit hanya bisa diam saja, ingin rasanya ia membungkam mulut gadis di depannya. Kenapa juga harus diungkit? Untunglah, Radit memilih pergi ke halaman belakang, jadi tidak ada siapa-siapa yang mendengar.

"Jawab dong, Kak!"

Radit menghela napas, "Terus, mau lo apa?"

"Kenalan, boleh? Nanggung juga kan udah pernah ketemu juga tapi ga kenal," jawab gadis itu.

"Aku Kiara, Kakak bisa panggil aku Kia atau Ara, bebas deh."

Dengan tatapan dingin, Radit malah diam menatap gadis bernama Kiara itu. Kenapa juga harus begini? Lagipula, Radit tidak pernah sampai harus berkenalan dengan cewek. Tapi ini?

"Terus?" Tanya Radit.

"Ya... sekarang Kakak sebut nama Kakak lah, aku juga pengen tau," jawab Kiara.

Apa harus?

Disaat Radit akan mengatakan sesuatu, secara tiba-tiba Ramdan muncul entah darimana. Membuat Radit panik.

"Wah, lo ngapain disini?" Tanya Ramdan.

Ramdan pun tersenyum disaat melihat sosok gadis yang ternyata itu adalah murid baru yang tadi ia bicarakan. Dengan senyum penuh arti ia menatap Radit.

"Parah sih, masa lo mau cabulin murid baru?" Celetuk Ramdan.

Kiara yang mendengar langsung menoleh, "Cabul?"

Ramdan mengangguk, "Si ketua ini cabul orangnya. Jadi, jangan terlalu deket, oke?"

Tanpa sadar, Radit yang muak sudah berdiri di belakang Ramdan.

"Lo kayaknya emang  harus gue gantung di gudang sekolah," ungkap Radit dengan langsung mengunci leher Ramdan.

"Eeeekkkkkk... lepasin guee!!!"

Kiara hanya terkekeh.

"Ra-radit lepasin gue bangsat!!!"

Lupa jika ada sosok Kiara, Radit malah membawa Ramdan pergi meninggalkan halaman belakang sekolah. Tapi, Kiara tidak mempermasalahkannya. Setidaknya, Kiara tau jika nama Kakak kelasnya itu adalah Radit.

"Oh, Kak Radit, ya?" Gumam Kiara.

***

SEE YOU NEXT PART!!!

Cinnamon Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang