CB-05

197 13 5
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Kamu kenapa? Dari tadi Papa liat kaya yang lagi mikirin sesuatu," ungkap sang Papa pada Radit.

Refleks Radit pun kicep dan langsung menggeleng, ia benar-benar tidak sedang memikirkan apapun. Aneh juga kenapa malah melamun tidak jelas, tapi secara bersamaan Dela yang melihat cengengesan.

"Pa, dia lagi mikirin cewek makannya gitu," jelas Dela.

Lelaki paruh baya dengan kecamata itu terlihat heran sambil menatap putranya.

"Papa kaya yang gatau aja, Bang Radit lagi berusaha buat deketin cewek tau, makannya kaya gitu."

Radit hanya bisa memandang adiknya gemas, jika tidak ada sosok Papa nya, tak segan-segan Radit akan menjitak kepala adiknya ini. Ah sudahlah, terserah Dela saja mah mengatakan apapun juga.

"Terus, siapa ceweknya kalo Papa boleh tau?" Tanya sang Papa.

Dela tersenyum penuh arti seraya melirik Abangnya yang kesal.

"Namanya Kiara, Pa. Papa mending suruh Bang Radit buat ajakin Kiara main ke rumah deh biar Papa bisa liat sendiri cewek yang lagi Bang Radit deketin. Cantik loh, Pa."

"Cantik? Siapa yang kamu bilang cantik sayang? Mama mau liat dong," celetuk sang Mama yang datang membawakan camilan.

Radit menghela napas panjang, jika sudah begini ia tak bisa berkomentar lagi. Dela pasti akan melakukan segala cara agar Radit terjebak di situasi tersulit sampai-sampai dirinya terdesak untuk melakukan sesuatu.

"Cewek yang lagi Bang Radit deketin, Ma. Mama mau liat kan ceweknya?"

"Mau dong, coba ajak cewek nya main ke rumah. Lagian, Abang kamu kan ga pernah bawa cewek main ke rumah buat dikenalin."

Dela tersenyum penuh kemenangan, ia tau jika Abangnya takkan bisa menolak kali ini. Dan terpaksa akan mengajak Kiara ke rumah. Hahaha, rencana Dela berjalan mulus. Rencana nya baik, kan? Agar Abangnya merasakan cinta monyet dan tidak melulu mengurus boneka kesayangannya saja.

"Oh iya, Radit kamu ajak cewek itu kesini ya sayang. Kebetulan juga besok kan hari libur, jadi kita sekalian ngobrol bareng sambil makan siang juga disini."

Radit hanya diam saja, ia lalu memberikan jari tengah kepada Dela secara diam-diam dan tentu Dela membalas nya dengan juluran lidah lalu cengengesan.

"Orang gila," gumam Radit.

Tapi, disaat Radit akan beranjak untuk pergi ke kamarnya, lelaki itu seketika kepikiran soal sesuatu. Ah iya, ia harus mencari pengganti Cinnamon yang ia berikan kepada Kiara kemarin. Tapi, jika meminta Dela sekarang, bukan waktu yang tepat.

"Bang!"

"Apaan?"

"Jangan lupa bawa si Kiara ke rumah, lo harus bawa dia kesini atau mau gue bilangin lo ngegay sama Bang Abdi dan lo jadi boti nya, mau?" Ancam Dela.

Lagi-lagi Dela mengancamnya dengan hal yang sama juga membuat Radit bergedik ngeri.

"Lo bisa ga sih gausah pake ancaman kaya gitu, jijik gue!"

Dela mengangkat bahunya, "Terserah gue lah."

"Makannya ajak dia kesini, katanya si Kiara tinggal di kontrakan gang XXX nomor XX."

"Besok lo samperin dia aja."

Lah? Kenapa Dela tau? Apa jangan-jangan adiknya sudah merencanakan semuanya? Hebat!!!

***

Dan keesokan harinya, Radit dengan terpaksa keluar pagi-pagi buta hanya untuk memastikan alamat yang Dela berikan. Tentu itu adalah alamat tempat tinggal Kiara. Jika bukan karena ancaman ia tak mau melakukannya, ah sialan emang!

Cinnamon Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang