CB-06

108 18 3
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"M-maksud Kak Radit apa, ya? Pa-pacar?" Tanya Kiara tergugup, kedua pipi gadis itu mendadak memerah bak buah apel matang.

Sementara Radit hanya menggaruk tengkuknya sendiri bingung, bagaimana ia menjelaskannya sekarang. Radit juga sudah terlanjur mengatakan semuanya dengan jelas, kan? Dan pastinya juga Kiara mendengar juga. Bagaimana ini?

Kedua nya malah saling terdiam, tak ada yang berani berucap, hanya saling menatap lalu membuang muka satu sama lain. Situasi macam apa ini? Harusnya Radit menjelaskan dengan detail kan, alasannya juga? Ia malah ikutan terdiam seperti Kiara sekarang. Jika terus begini, yang ada mereka bisa mencetak rekor muri karena saling diam dalam waktu yang dalam dengan alasan yang tidak jelas pula.

"Ekhem!"

"Nanti gue jelasin," kata Radit setelah menetralkan rasa canggungnya.

"Sekarang, mending ikut gue buat isi perut lo dulu," tambahnya kemudian.

Kiara tak menjawab, ia hanya meresponnya dengan mengangguk saja. Padahal Kiara ingin menolaknya tapi responnya malah sebaliknya, aneh.

Alhasil, Kiara mengikuti langkah Radit dari belakang. Jujur saja, Kiara masih kepikiran soal perkataan Radit sebelumnya yang mengajaknya pacaran, gila emang. Kejutan di pagi hari yang sangat luar biasa dan tak diduga juga.

Dari belakang, Kiara bisa melihat postur tubuh Radit dengan jelas. Bahkan, Kiara merasa sangat pendek jika begini, sebatas bahu nya saja tidak. Kenapa Radit begitu tinggi? Mengingat, adiknya saja tidak setinggi Kakaknya ini. Dan yang membuat pandangan Kiara terpaku adalah, bentuk bentuk V-shape Radit. Dari bawah ramping namun semakin keatas bentuknya melebar bak huruf V.

Secara mendadak Radit menghentikkan langkahnya, membuat Kiara yang melamun karena fokus memperhatikan bentuk tubuh nya pun menabrak punggung Radit.

"Jangan ngelamun kalo jalan," ujar Radit.

"Ehhh--- maaf, Kak," cicit Kiara.

Radit mengangguk saja, tak terasa langkah mereka pun berhenti tepat disebrang sebuah kafe yang sering Radit kunjungi dan juga pertemuan pertama mereka. Masih ingat, kan? Kafe dengan nuansa karakter Sanrio? Nah itu dia!

"Mau makan disana?" Tanya Radit.

"Tapi, Kak. Aku ga bawa uang," jawab Kiara.

Radit menghela napas, "Kenapa lo pikirin itu? Gue yang ajak, artinya gue yang bayar. Udah, yuk!"

Radit dengan entengnya menggenggam tangan Kiara untuk membawanya ke sebrang jalan, tanpa Radit sadari jika gadis disebelahnya mengalami serangan jantung mendadak karena tindakan tersebut. Terdengar lebay tapi percayalah, detak jantung Kiara tak beraturan sekarang.

Setelah keduanya berada di sebrang jalan, Radit masih saja menggenggam tangan Kiara. Namun anehnya, Kiara tak protes. Gadis itu melihat kebawah lalu tersenyum simpul, tangan Kakak kelasnya ini terasa kasar dan hangat juga.

Tanpa basa-basi, Radit pun mengajak Kiara untuk langsung masuk ke dalam kafe tersebut.

Dan tanpa mereka sadari, sedari awal ada sosok yang mengikuti mereka dari belakang. Sosok itu pun ikut masuk ke dalam kafe setelah kedua sejoli itu memasukinya terlebih dahulu. Tapi, siapakah dia?

***

Disisi lain.

Abdi, Bagus dan Ramdan sedang berada di sebuah warung makan yang sering mereka kunjungi bersama Radit juga. Tapi kali ini, Radit tak bisa ikut dengan alasan yang tak jelas juga. Padahal, Bagus sudah beberapa kali menghubungi temannya itu, nihil, tak ada respon sama sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinnamon Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang