Utuh (Johnyu ft. Mark)

384 12 0
                                    

disclaimer :

cerita ini agak sedih, mengandung bawang dikit, NO NC, sorry for typo.

.
.
.
.
.
.
.

Johnny as Djanitra Resmana
Yuta as Yoseph Mahakam
Mark as Madif Paundra

.
.
.
.
.
.


Utuh (Johnyu ft. Mark)

Madifa Paundra, anak laki laki dari Yoseph Mahakam dan Djanitra Resmana. 

Suatu pagi, Madif terbangun dari tidurnya, dia terusik dengan adanya seseorang yang tertidur disebelahnya dan memeluknya erat. "Huft, ayah kenapa tidur disini?" tanya Madif sambil menggoyangkan badan ayahnya agar terbangun. Sang ayah terusik karena goncangan di tubuhnya, mulai membuka matanya. "Oh, sudah pagi ternyata, pagi Madif." 

"Ayah tidur disini lagi? apa ayah dan ibu marahan lagi?" tanya Madif. Sang ayah terkekeh dan mengusak kepala Madif, "Tidak marahan, hanya saja ayah melakukan kesalahan semalam.". Madif berdecak malas, "Selalu seperti ini ya Djani, kenapa sih kalau marahan selalu tidur di kasurku?!". Djanitra terkekeh melihat anaknya kesal, "ya ayah hanya memberi ruang pada ibu untuk sendiri, biar lega dulu ibunya." Madif menggeleng kecil mendengar alasan ayahnya.

"Alasan saja Djani ini, sekarang keluar dari kamarku, temui ibu dan minta maaf!". Madif mendorong tubuh ayahnya agar terbangun. "Ayah ga berani Madif, bantuin ayah dong.". "Dasar ayah ini, selalu seperti ini kalau sudah marahan sama ibu, ayo madif temani minta maaf ke ibu." Djanitra tersenyum dan bangkiti dari tidurnya. "Ayo temui ibu, pasti ibu di dapur." Ayah dan anak itu melangkah keluar kamar, turun ke lantai dasar menuju dapur. Mereka bisa melihat ibu selesai memasak dan menata makanan di meja.

"Biar aku bantu." Djanitra mengambil alih piring yang sudah terisi lauk. "Iya, terima kasih." Ibu atau Yoseph melanjutkan kegiatannya yang lain. Madif berjalan menghampiri sang ibu. "ibu, selamat pagi." ucapnya sembari mengecup pipi ibunya. "Hei hei, itu istri ayah, jangan cium cium!". "Apasih Djani, mengganggu saja." Yoseph terkekeh melihat perdebatan suami dan anaknya. "Sudah sudah, berhenti berdebat, ayo duduk dan makan." Mereka bertiga duduk dengan tenang, Yofanka mengambilkan nasi dan lauk untuk anaknya. "Madif mau lauk apa sayang?". "Apa saja, masakan ibu sudah pasti enak." Yoseph mengambil udang asam manis dan menaruhnya di piring putranya. 

Kemudian dia mengambilkan nasi dan lauk juga untuk suaminya. "Maaf." ucap Djanitra. "Untuk?" jawab Yoseph. "Yang semalam." Djanitra menunduk tak berani menatap Yofanka. "Djani jelaskan kesalahanmu apa, jangan hanya mengucapkan maaf saja." Madif masuk kedalam obrolan keduanya. "Maaf semalam aku tidak sengaja membentakmu, aku sungguh minta maaf." Wajah Djanitra sudah menampakkan melasnya. "Apa?! jadi ayah membentak ibu? tapi kenapa? ayah jawab Madif!" desak Madif. "Semalam ayah dan ibu membicarakan tentangmu, orang tua papamu menginginkan kamu tinggal bersama mereka setiap akhir pekan, tapi ayah menentangnya." bukan ayah yang menjawab, tapi ibu.

"Sayang kamu tau sendiri bagaimana perlakuan mereka pada Madif dulu, mereka menelantarkan Madif, mereka menginginkan Madif tinggal bersama mereka agar bisa memorotimu." Djanitra akhirnya buka suara. "Tapi mereka kakek neneknya, Djanitra.". "Aku tidak akan mengijinkannya, sekali tidak ya tidak, Madif putraku, mereka sudah menelantarkan putraku, jangan harap mereka bisa menemui putraku." Djanitra pergi tanpa menyentuh makanannya. "Ayo kita makan dulu ibu, nanti biar Madif yang bicara sama ayah." Yoseph menuruti perkataan putranya. Selesai makan Madif menyusul ayahnya di ruang kerjanya. 

Madif mengetuk pintu. "Masuk saja, tidak di kunci." Madif membuka pintu lalu masuk ke dalam. "Djani, ah tidak, ayah, kenapa tidak mau mengijinkan aku tinggal bersama kakek dan nenek?" Madif bertanya. "Ayah tidak akan mengijinkannya, sekalipun mereka bersujud di kaki ayah." jawab Djanitra menggebu gebu. "Tapi kenapa, Madif kan cucu mereka, Madif juga bukan anak kandung Djani." ucap Madif santai. "Jika Madif hanya ingin mengatakan itu, sebaiknya keluar saja dari ruangan ayah." Djanitra berusaha sekuat mungkin menahan amarahnya. "Kenapa?" Djanitra yang sedari tadi fokus pada berkasnya mendongak menatap putranya. "Kenapa ayah bisa selapang ini menerima Madif? Kenapa?". "Madif, dengarkan ayah, ayah mencintai ibumu, jadi ayah harus menerima apa saja yang ada di hidupnya termasuk kamu." mata Madif berkaca-kaca mendengar kata-kata ayahnya. "Ayah, cinta itu seperti apa?" Madif bertanya. Djanitra menarik tangan anaknya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Madif, cinta itu banyak pengertiannya, tapi bagi ayah cinta itu memberi dan menerima, tidak bisa hanya memberi atau menerima, semua harus seimbang." Djanitra menjelaskan. "Memberi dan menerima seperti apa yang Djani maksud?". "Memberi, contohnya seperti memberikan kasih sayang, memberikan afeksi atau perhatian, sekecil apapun hal itu." Madif menganggukan kepalanya, "Lalu menerima itu yang seperti apa?". Djanitra tersenyum lalu mengusak kepala Madif. "Menerima ya, menerima itu contohnya ayah saat ini.". "maksud ayah?" Madif tidak tau maksud ayahnya. "Ya seperti ini, ayah menerima Madif, menerima kekurangan dan kelebihan ibu, mencintai Madif sama seperti ayah mencintai ibu, bedanya cinta ayah lebih besar ke ibu." Djanitra tertawa, lalu Madif juga ikut tertawa. "Ayah, terima kasih sudah menerima Madif sebagai putra ayah, maaf kalau madif masih ada kurangnya untuk ayah." Madif benar benar tulus mengucapkannya. "Kembali kasih jagoan ayah, harusnya ayah yang minta maaf kalau ayah masih kurang dalam mendidikmu.". "Bagi Madif ayah sudah lebih dari cukup mengajari Madif semua hal, Djani yang terkeren." Madif tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. 

Madif keluar dari ruangan ayahnya, lalu turun kebawah untuk mengambil makanan yang belum sempat ayahnya makan. "Madif, ayah bagaimana?" Yoseph terlihat sedih. "Ibu ayah tidak apa-apa, biarkan ayah tenang dulu, baru nanti di obrolin baik-baik lagi ya." Madif menenangkan ibunya yang nampak sedih. Yoseph menghela napas lega. "Hari ini Madif mau quality time sama ayah dulu ya, sama ibu kan udah sering." Ucap madif sambil tertawa. "Yasudah sana, sama ayah sana, dasar anak ayah." Yoseph berpura pura marah. "Haha, kan Madif memang anak Djani." Madif tertawa sambil memeluk ibunya. "Huh, yasudah sana hush hush, jangan cari ibu kalo gitu." Yoseph mengusir Madif. "aaa, ibu, Madif kan bercanda, Madif juga anak ibu kok, tapi hari ini jadi anaknya Djani dulu." rengek Madif. "Dasar anak ini, sudah sana, ayahmu pasti kelaparan." Yoseph terkekeh mendengar rengekan putranya. "Yasudah, Madif mau nemenin Djani dulu ya, dadah ibu." Madif mencium pipi ibunya sekilas, lalu pergi ke ruangan ayahnya. Yoseph tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putranya. 

end.



Jangan lupa follow, vote sama komen ya gais. Udah lama ga update. Harap di maklumi, idenya baru netes nii

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Johnny x Yuta🔞🔞 (johnyu OS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang