Beberapa saat kemudian Chelena langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan semua kotoran yang berada di badannya selama satu jam. Selama itu? Tentu saja. Karena perempuan memang perlu waktu selama itu untuk mandi.
Setelah mandi Chelena langsung pergi ke meja makan dan makan seorang diri di sana. Jangan tanya di mana Helena dan Bram sudah jelas pasti mereka sudah pergi, karena harus kembali mengurusi pekerjaannya dan bertemu banyak orang juga.
Saat Chelena sedang mandi, Helena dan Bram sudah izin kerena harus pergi kepada anak kesayangannya itu. Helena izin untuk pergi berkumpul dengan temannya yang ada di Indonesia dan pergi ke mall untuk berbelanja sekaligus bercengkrama.
Sedangkan Bram sudah pasti pergi untuk bekerja, kali ini Bram pergi untuk waktu yang lama dan kemungkinan pulang sekitar dua sampai tiga hari lagi. Bram akhirnya benar-benar memutuskan untuk berada cukup lama di Jakarta dan menyerahkan urusan Chelena kepada Ares.
“Ares, kamu udah makan?” tanya Chelena pada Ares ketika sarapannya tersaji di depannya.
“Sudah.”
“Makan lagi ya, temenin aku. Please...” pinta Chelena pada Ares yang sedari tadi sedang memainkan ponselnya itu.
“Bi, Bibi sudah makan atau belum?” tanya Ares pada bi isah salah satu pembantu di sini yang tengah merapikan meja makan, karena memang masih ada lauk yang belum ia taruh di atas meja tadi.
“Belum, Den. Emang kenapa?” Ucap bi Isah.
“Ya, udah, bibi makan sambil temenin Chelena, ya?” ucap Ares meminta agar Bi isah mau menemani Chelena.
“Punten, tapi kerjaan bibi teh di dapur masih belum beres, Den.” Ucap bi Isah kembali dengan logat Sunda yang khas.
“Udah ngga papa, bi. Tinggal dulu aja, temenin aku aja makan dulu, bibi juga sambil makan.” Lanjut Chelena.
“Ih atuh gimana ya non, ngga enak Bibi na. Masa non yang cantik ini makan sama pembantu.” Ares dan Chelena hanya saling pandang kemudian mereka tersenyum.
“ngga papa bi, Chelena emang biasa kaya gini. Saya ngga tahu kalau Tante Helena sama Om Bram mau berangkat duluan sebelum makan bareng sama Chelena. Kalau tahu juga saya ngga makan duluan.” Jawab Ares dan langsung mempersilahkan bi Isah. “Lagi pula, ngga ada peraturan tertulis yang nyuruh Bibi ngga boleh makan bareng tuan pemilik rumah kan? Selagi di minta langsung, itu ngga papa, Bi.”
Akhirnya bi Isah pun mau di ajak untuk makan bersama dengan Chelena meskipun dengan perasaan yang tidak enak. Tetap saja, baginya hal yang lancang apa bila seorang pembantu makan bersama anak bosnya di meja makan meski bersama dengan anak bosnya tersebut.
Sebenarnya, Chelena paling benci jika harus makan seorang sendiri, dia tidak menyukainya dan pasti akan meminta orang untuk ikut makan bersamanya. Makanya jika ia sedang sendiri dan terpaksa harus makan sendiri di tambah lagi seluruh pembantu ataupun penjaga di rumahnya sudah makan, maka ia lebih memilih makan di restoran yang ramai pengunjung agar ia tidak merasa kesepian. Trauma masa lalu, ketika ia dibully benar-benar membekas di ingatan.
Belum juga selesai makan tiba tiba Ares sudah minta izin untuk pergi.
“Kemana?” Tanya Chelena.
“Aku ada urusan sebentar, kamu ngga mau kemana mana ‘kan?” Tanyanya balik.
“Enggak.” Jawab Chelena singkat karena sedikit kesal, “tapi jangan lama lama.”
“Ya, udah jangan kemana mana, ya. Tunggu aku. Kalau misalkan mau pergi telpon aku, biar nanti ada anak buah ku yang nemenin kamu.” Chelena memutar bola matanya malas karena sebenarnya ia tidak ingin ditinggal sendiri.
Jujur saja, sebenarnya Chelena juga sedikit bertanya-tanya, bagaimana mungkin Ares sudah memiliki anak buah padahal mereka jasa belum lama berada di Bandung? Apa mungkin karena koneksi Dadynya ya? Atau mungkin anak buahnya yang di Inggris ikut ke Indonesia juga tanpa sepengetahuan Chelena?karena sepengetahuan dirinya, Chelena hanya tahu yang pindah ke Indonesia hanya dirinya, Ares dan dokter Anna yang memang membuka praktek di Indonesia.
“Iya, iya... Aku tahu kok. Udah sana kalau mau pergi, ya pergi aja.” Titah Chelena yang masih terus menghabiskan makanannya dengan di dampingi bi asih di sampingnya.
Setelah di izinkan Ares langsung pergi dengan mengunakan mobil miliknya. Ares tahu Chelena marah tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ada hal lain yang lebih penting dan ini menyangkut keselamatan Chelena.
“Makan yang banyak ya non, biar cepet sembuh. Kalau sudah sembuhkan non Chelena bisa sekolah lagi.” Ucap Bu asih penuh pengertian. Chelena mengiyakannya dengan semangat.
Di pagi hari menjelang siang ini, markas Dragon Warrior kini sedang ramai. Biasanya memang selalu ramai, tapi kali ini lebih ramai lagi. Seluruh anggota inti hari ini tiba-tiba saja berkumpul, entah apa yang ingin mereka bahas kali ini.
“Gimana bos?” Ucap salah seorang anggota inti—Farrel namanya.
“Sabar, kita lagi nunggu ‘bintang utamanya’.” Jawab Andrei menggantikan Archer yang terlihat diam saja tanpa ada niat untuk berbicara.
Selang beberapa menit akhirnya orang yang di sebut-sebut sebagai ‘bintang utamanya’ itu pun datang dengan beberapa orang di belakangnya.
“Akhirnya lu sampai, cepat langsung ke inti.” Ucap Archer tidak mau berbasa-basi. Archer langsung berdiri dari sebuah kursi.
Kemudian Archer menyuruh semua orang untuk duduk, kecuali ia dan Andrei berdiri bersama dengan sang bintang utama dan temannya itu.
“Kita langsung aja ke intinya ya... Gue juga ngga mau lama-lama.” Ucap Andrei
Santai, sok angkuh dengan melipat kedua tangannya di dada.
Tak mau ribet dan sedang terburu-buru, Ares langsung menurut saja tanpa ada bantahan lain, “ok, kenalin gw Ares. Mereka berdua adalah David dan juga Ivan, yang bakal jadi agen ganda kita.” Ucap Ares sambil menunjukan kedua temannya itu.
Tahu kalau Ares juga sedang terburu-buru, Archer hanya menggunakan santai. Tatapan mata Archer sangat serius sambil meneliti setiap gerak gerik dari Ares dan anak buahnya itu. Wajah datar yang selalu di tunjukan oleh Archer ditambah dengan kedua tangan yang terlipat didadanya menambah kesan dingin namun juga arogan. Tak ingin ambil pusing Ares mengabaikan Archer yang seperti itu. Archer bahkan sesekali terlihat seperti tak ada minat dengan apa yang sedang dijelaskan oleh Ares, padahal Ares sudah susah payah mengatur segalanya.
“Jadi apa yang bakal kita lakuin?” Tanya salah satu anggota inti lainnya—Dimas.
“Mereka berdua adalah orang yang akan menyusup ke Miracle. Tapi misi ini bukan hanya misi penyusupan biasa, karena mereka juga akan menjadi agen ganda untuk gue dan kalian. Jadi apapun yang akan terjadi di sana akan di ketahui oleh gue dan Archer selaku bos kalian. Dan apapun yang terjadi disini akan diketahui juga oleh gue.” Tiba-tiba ucapan Ares terhenti sejenak.
Sambil melirik ke arah Archer yang tengah berdiri dengan kedua tangannya yang terlipat Ares kembali berbicara, “ah, Tapi sebelum itu gue mau ngumumin kalau mulai hari ini, gue akan jadi anggota inti dari Dragon Warrior, bukankah begitu, Archer?” lanjut Ares sambil melirik ke arah Archer..
.
.
.
.
_____________[To Be Continue]_____________

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET STORY {Revisi}
Misterio / SuspensoSepuluh tahun yang lalu, Archer terpaksa berpisah dengan adik kembarnya, Ariesha. Sebuah insiden kelam membuat Archer harus menyerahkan Ariesha kepada keluarga kaya raya asal Inggris, dengan satu syarat yang menyakitkan: ia tak diizinkan bertemu adi...