07

217 39 7
                                    

Belakangan ini Nebula tampak sibuk selesaikan tugas-tugas dan revisi skripsinya, ingin cepat lulus. Tapi akibatnya, setelah tugas selesai dan Skripsinya di setujui, Nebula jatuh sakit, Bundanya tak berhenti mengomel karenanya.

"Kamu itu, sebentar lagi menikah. Sibuk sekali dengan skripsimu, temanmu yang lain saja bahkan tidak buru-buru. "

Nebula tak lontarkan pembelaan apapun. Justru karena sebentar lagi ia akan jadi istri orang makanya ia ingin cepat-cepat selesaikan perkuliahannya dan fokus pada kehidupan pernikahannya nanti.

Nebula hanya sadar diri masih menyimpan sosok Septian di hatinya, maka dari itu setidaknya ia ingin sedikit memberi keuntungan untuk Heksa karena sudah mau mengikatnya.

"Nebula? " suara pintu kamar yang terbuka buat Nebula dan Bunda menoleh, dapati sosok Heksa yang tersenyum tipis.

"Bunda tinggal ke dapur, " sang Bunda beranjak keluar kamar sembari membawa mangkuk kosong selagi Heksa masuk, meletakkan buah-buahan yang dibawanya ke atas meja belajar Nebula.

"Mas Heksa nggak kerja? " tanya Nebula, sedikit merasa aneh dengan panggilan barunya, sebab Bunda yang menyuruhnya untuk memanggil calon suaminya begitu.

"Hari ini nggak terlalu banyak, jadi cepat selesai, " Heksa tak sepenuhnya berbicara jujur. Nyatanya lelaki itu mempercepat pekerjaannya dan menata ulang jadwal pertemuan dengan klien supaya bisa cepat jenguk Nebula.

"Lusa Aku wisuda, " ucap Nebula, pecahkan atmosfer yang mendadak canggung.

Heksa mengacak pelan rambut Nebula, "Kenapa sih ngebut banget? " tanyanya heran.

"Ya... Biar Aku bisa fokus nemenin Mas Heksa di rumah nanti, " jawabab Nebula buat Heksa tersenyum kecil.

"Nebula, Mas nanti nggak akan maksa Kamu tetep di rumah terus, Kamu boleh pergi kemanapun, lakuin hal apapun asal ngerti batasan, kapan waktunya berhenti. "

"Mas."

"Ya? "

"Maaf kalau nanti Nebula butuh waktu lama buat numbuhin cinta buat Mas Heksa, " Nebula menunduk, jemarinya tertaut gelisah di atas pangkuannya. Separuh hatinya sudah dibawa kabur Septian, Nebula menyadari hal itu.

"Dek, lihat Mas, " Heksa meraih sisi wajah Nebula guna pertemukan tatapan mata mereka.

"Mas nggak bisa maksa, pelan-pelan nggak papa, butuh waktu selama apa pun Mas bisa nunggu. Dan kalau pun akhirnya nggak bisa, Mas nggak masalah."

"Tapi Mas cuma minta satu aja. Bolehin Mas cinta Kamu. "

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Membawa beberapa tangkai bunga mawar, Nebula melangkah menyusuri jalanan kota, memasuki sebuah komplek pemakaman dengan langkah pelan, sesekali melirik beberapa orang yang tengah berziarah.

Nebula berhenti di salah satu makam, menatap nisan bertuliskan nama Septian Narendra dengan tatapan kalut.

Pelan sekali, ia letakkan bunga yang dibawanya itu di bawah batu nisan, kepalanya ia palingkan saat rasakan pipinya mulai basah karena air matanya sendiri.

Janjinya untuk tak akan pernah menangisi kepergian Septian sudah ia langgar sejak lama, Nebula tak pernah siap akan kenyataan bahwa suatu saat Septian tak lagi merengkuhnya, tak lagi menggenggam tangannya.

"Maaf..., " tuturnya lirih, menunduk menatap tanah pemakaman, ada bunga lain selain yang Nebula bawa hari ini. Mungkin Adik atau Orang tua Septian baru kemari kemarin, atau mungkin itu bunga dari Heksa?

Segala ingatan tentang Septian masih segar di kepala Nebula, seolah Septian baru pergi kemarin bukan tiga tahun yang lalu.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Like You [Heeki Ft Hoonki] Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang