CA - Chapter 03

118 12 0
                                    

"Atara. Yuk ke kantin," ajak Cassie, karna ini sudah masuk jam istirahat pertama.

"Sekarang?" Tanya Atara melihat wanita di depannya ini sudah berdiri dan menunggu nya.

"Iya, ayo." Titah nya kemudian mengambil tangan kecil milik Atara dan menuntunnya jalan. "Eh, lo tau kan kantinnya dimana?" tanya Cassie, karna Cassie baru masuk hari ini, ia tidak tau tentang sekolah barunya.

Cassie sempat melirik ke arah lelaki yang berada di belakangnya kala lelaki itu mengangguk pelan. namun lelaki itu nampak sedikit gelisah, atau mungkin perasaan Cassie saja.

"Hei, lo kenapa?" Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, jujur ia risih melihat kegelisahan pemuda itu.

"Anu.. tidak apa-apa.." Jawabnya gugup lalu tersenyum manis. mata indah nya ikut tersenyum dan ternyata ia mempunyai lesung pipi yang menambah kesan manis pada wajahnya.

"Lo nggak bohong kan?" Cassie mengalihkan pandangannya kedepan, dengan tangan nya masih menggenggam tangan Atara. "Gua nggak suka dibohongi," lanjutnya, dengan penekanan di setiap kata.

"Anu.. aku antar saja ya? aku mau ke perpus.." Perkataan Atara itu tak sepenuhnya bohong, ia memang akan ke perpus setiap jam istirahat.

"Kenapa?" Mata Cassie itu tajam, ia tak mudah dibohongi. "Gua traktir," lanjutnya yang memang sudah mengerti dengan Atara yang tidak mau ke kantin.

"Tidak, tidak perlu. Aku akan menemani mu."

Wanita itu menghela, dan mengangguk singkat. "Terserah."

.

.

.

"Sekolah ini lumayan. Ku kira akan punya kantin kecil dan kotor."

Wajar saja seorang Cassie mengatakan hal itu, selama ia bersekolah ini kantin terbesar yang pernah ia temui, dengan 3 caffe berbeda dan besar. dan di tambahkan 2 minimarket, dan juga beberapa stand yang menjual cemilan berat.

"Kamu mau ku pesan kan?"

"Hm, nggak perlu. Kita pesen ke kasir, lo mau ke perpus kan?" ujar nya lalu kembali menarik Atara ke arah kasir.

"Eh, kalau kamu mau makan disini aku bisa menunggu." Ujarnya sedikit kaget karna Cassie langsung menariknya.

"Gua juga bisa nemenin lo di perpus sekarang."

Mereka sampai di kasir dan Cassie mulai menyebutkan pesanannya, lalu ia menoleh ke arah Atara yang ada di belakangnya.

"Lo mau pesan apa?" tanya nya yang masih fokus memandangi wajah manis yang berada di depan nya.

"Eh, tidak usah," lalu ia kembali menunduk.

Wanita itu nampak berbalik lagi, "dua porsi ya."

"baiklah, ayo ke perpus." Titahnya lalu mulai berjalan dengan menarik kecil Atara.

"Eh, nanti siapa yang ambil?" Wajar saja Atara menanyakan itu, 'kan?

"Di antarkan, ayo cepat." Jawabnya santai namun lelaki yang mendengar itu di buat berpikir keras.

"diantar?" batin Atara yang masih menatap lekat ke depan dimana ada gadis yang menarik nya.

Atara tidak bertanya lanjut, meskipun ia penasaran. Sejak tadi ia hanya mengikuti arah kaki perempuan di depan nya.

"Atara," panggil Cassie yang mengintrupsi pemuda itu.

"Iya?"

"Lo punya tanda lahir di belakang telinga kanan?"

Atara terdiam. Benar, ia memiliki tanda lahir berwarna biru muda yang tidak terlalu jelas di belakang telinga nya.

"I-ya(?)."

Tanpa sadar Cassie tersenyum, "Nama ibu lo Krystall?"

Kali ini Atara tercekat, ia bahkan sampai berhenti hingga membuat Cassie menoleh ke bekalang dengan senyum tipis nya.

"K-kamu kenal?" Tanya nya ragu.

"Nggak, cuma nebak. Ayo jalan lagi," ia kembali menarik pelan tangan pemuda itu. Sedangkan Atara kini masih termenung dengan menatap kaki nya yang terus bergerak.

"Siapa dia?"

.

.

.

"Atara."

Mereka sekarang sudah berada di perpustakaan, mereka duduk di lantai yang di alasi karpet tebal berbulu halus berwarna hijau cerah.

Lantas yang dipanggil segera menoleh ke arah wanita yang tak jauh darinya yang kini sedang memegang buku, walaupun tidak di baca.

"Iya?"

"Sini," titahnya. Matanya tidak menatap Atara sama sekali, ia masih menatap lamat-lamat buku itu. Kakinya lurus kedepan dengan kaki kiri menumpu kaki kanan.

Justru, satu kata itu berhasil membuat Atara bingung, ia mau duduk dimana? sedangkan ini sudah terbilang cukup dekat.

"Nggak denger?" Lanjut nya yang kini sudah menatap Atara dengan mata tajam nya.

"D-dengar, tapi.. sini apa?" Tanya Atara gugup dan mencoba tidak menatap mata tajam Cassie.

"Duduk disini." Jawabnya santai dan di susul oleh tepukan kecil di pahanya, lalu ia kembali menatap buku tipis yang berada di tangannya.

Atara sempat ragu dan masih bingung, namun ia mengumpulkan keberanian nya untuk mendekati wanita yang masih fokus dengan bukunya. Ia bingung mau langsung duduk atau duduk di samping nya saja?

Jadi nya, ia hanya diam.

"Lelet," merotasi bola matanya, lalu dengan santai ia mengangkat Atara yang memang sudah berada di depan nya untuk duduk di paha nya yang membuat kini mereka saling berhadapan.

Namun perlakuan nya itu malah membuat Atara takut dan gugup pada nya.

"H-hei, aku bisa–" belum sempat Atara menyelesaikan kalimat nya, mulut nya sudah di halang oleh jari telunjuk lentik nan putih milik Cassie.

"I 'know," potong Cassie lalu kembali menatap buku yang hampir memasuki halaman terakhir. "Gua mau nanya," lanjut nya. Masih fokus pada buku tipis itu hingga ia sama sekali tidak melirik nya.

"silahkan." Jawab nya ragu, dan tidak tau ingin apa. Tangannya bahkan tidak menyentuh tubuh Cassie.

"Sebelum itu, ilangin rasa gugup lo. Jangan takut, gua ga bakal makan lo." Titahnya lalu menutup buku tipis yang telah sampai pada halaman terakhir, tangannya kini menyentuh pinggang ramping milik Atara yang membuat sang empu terlonjak kaget sekaligus tidak nyaman.

Tubuh Atara sontak menegang kala mendapat tangan milik Cassie melingkar di pinggang ramping nya.

"Anu.."

Atara saat ini sudah sangat takut, bahkan air di pelupuk mata nya sudah terlihat. Ia bisa menangis kapan saja. Cassie mendekat ke arah telinga Atara lalu membisikkan sesuatu.

"Jangan takut, Tara."

Atara terkejut mendengar panggilan dari Cassie, ia langsung menatap mata tajam Cassie yang kini menatap nya dengan tatapan lebih lembut dari sebelumnya.

Suara nya begitu halus dan dalam.

Tbc.

Cassie Atara [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang