rumah yang tak akan pernah utuh

52 15 48
                                    

"gara² lu sihh...ahhhh....,"
Sambatan yg dikeluarkan dari bibir kecil Aya bertujuan kepada Sheila yg dibalas oleh suara tertawa dari teman²-nya. Celetusan itu berhasil memecah keheningan yang ada. Dan benar, mereka terkena hukuman karena terlambat 10 menit

"YANG SERIUSS!!!, kalian ini baru juga awal masuk udah bisa²-nya terlambat seperti ini. Kalau sampai terulang lagii.....tak segan² saya menghukum yang lebih berat dari ini. MENGERTI?!,"
Jari telunjuk menunjuk masing² anak yg terkena hukuman hari ini.

Bentakan itu membuat Sheila teringat dengan perlakuan papanya. Bayangkan saja Sheila memiliki seorang ayah tapi seperti tak ada. Papanya yang tak pernah sekalipun memberikan rasa kasih sayang kepadanya dan hanya pulang jika butuh uang dan ingin melupakan emosinya ke Sheila.

Begitupula mamanya, yg sibuk kerja sampai lupa kalau ia memiliki seorang anak yg mengharap kepulangannya setiap hari. Tapi nyatanya harapan itu musnah karena mamanya hanya mengirimkan uang, uang dan uang saja tanpa membawa dirinya untuk memberikan kasih sayang ke gadis malang ini.

'Umur bukanlah penentu kita dewasa atau tidak, tetapii...., keadaan yang memaksa kita dewasa sebelum waktu yang sesuai.'


*****

Disiang hari yg terik ini, Sheila, Aya dan Wawa memutuskan untuk makan ke kantin.

"Eh ya la, gimana nih misi awal lu??"
Setelah selesai makan mereka tidak pergi dulu, mereka sengaja meluangkan waktunya untuk membahas misi Sheila menemukan abangnya hilang.

Setelah menelan makanan yg ia kunyah Sheila menjelaskan "Jadi gini...kayaknya ada kemungkinan besar gue bisa dapet beberapa info tentang kampus ini dari kak Al deh. Semakin Deket gue sama kak Al semakin besar kesempatan kita bisa mendapat info² penting dari kempus ini. Gue harus bisa deketin kak Al dengan cara yg benar tanpa mencurigakan, entar bahaya kalo misi kita ketahuan... gimana setuju gakk??"

Alih² menjawab mereka malah bertepuk tangan, karena ini kali pertama Sheila berbicara sepanjang ini. Sheila yg mereka kenal pasti singkat dalam berbicara. Itulah mengapa mereka terkejut mendengar penjelasan panjang dari Sheila.

"Dih dih apaansih cuyy...kalian ini, gak ada yg keren tau"

"LU KEREN!!!!"
sahut mereka bersamaan.

Muka Sheila merah padam, senyum tipis yg terukir membuat semua orang yg melihatnya mengerti bahwa Sheila sedang SALTING.

tanpa memberi aba² Sheila pergi meninggal kan sahabat² nya.

"Lahh malah ditinggal, oy tungguin..."


*****

Bulan perlahan muncul dari balik awan abu-abu. Cantiknya lampu kota diantara gelap malam, berhasil membuat siapapun membisu ketika melihatnya. Suasana ramai bunyi kendaraan, juga menambah kesan bahwa ibukota tidak pernah beristirahat.


Ramainya orang disekitar, menandakan bahwa Sheila tidak sendirian ditaman kota. Suara tertawa, anak kecil yg kejar²-an, dan sepasang kekasih yg menikmati kehangatan kasih sayang yg mereka berikan satu sama lain. Melihat itu membuat Sheila ingin sekali berada diposisi mereka.

Ini adalah tempat favorite Sheila untuk merenungi nasibnya, bukan menangisinya. Rasa iri sudah sering menghantui dirinya jika teman-temannya bercerita tentang keluarganya. Keluarga yg harmonis, jalan² setiap pekan, makan bersama, itu sudah menjadi hal yg lumrah di keluarga 'HARMONIS'. Beda halnya dengan keluarga yg ditakdirkan hidup dengan Sheila. Keluarga yg isinya hanya teriakan kebencian, cacian, Bahkan kekerasan fisik yg tak segan² untuk dilakukan, meskipun ke anaknya sendiri.

GORESAN WARNA HIDUP SHEILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang