Viona menyentuh bibirnya, kemudian mengerang kesal sambil memeluk selimutnya erat-erat, ia kesal karena yang merebut ciuman pertamanya Jeffreyant Jaegar, kakak tirinya yang kurang ajar!
Ia juga kesal karena Jaegar selalu bersikap seenaknya, dan tidak seharusnya Jaegar melakukan hal itu padanya, bagaimana pun juga sekarang ia adalah adik tirinya Jaegar.
"Arghhh Jaegar sialan!"
**
MY SHIT BROTHER
**Satu minggu berlalu sejak kejadian malam itu, dan sudah satu minggu pula Jaegar tidak ada pulang, Jarrel bilang sudah biasa, Jaegar sangat jarang berada di rumah, lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya.
Dan hari ini adalah hari keberangkatan Hannah dan Mario ke luar negeri, Hannah menemani Mario untuk bertemu kliennya di sana, hingga tak bisa pulang untuk beberapa hari.
Viona harap, Jaegar juga tak pulang, ia benar-benar tak merasa nyaman setiap kali Jaegar berada di rumah.
Malam ini Viona duduk di gazebo yang terletak di belakang rumah menghadap kolam renang, bersama Jasper yang duduk santai di sampingnya.
Tangan Viona terus mengusap-usap kepala Jasper, jika ia berhenti Jasper akan memukul-mukul pahanya tak teralu keras.
Banyak yang Viona pikirkan, ini sudah 2 minggu ia menjadi bagian dari keluarga Jeffreyant, kakek dan neneknya sangat baik, hanya saja Cassie masih tak mau menerimanya.
Cassie selalu pulang malam, tidak pernah makan di rumah, seolah enggan berinteraksi dengan Hannah mau pun Viona, sebab Cassie benci melihat orang asing yang menikmati harta orang tuanya.
Tadi malam, Viona mendengar suara tangisan yang memilukan saat ia sedang duduk di kursi panjang samping rumah bersama Jarrel, tangisan itu berasal dari balkon kamar Cassie.
Jarrel bilang, bahwa Cassie masih sering menangis setelah ibunya meninggal, mengingat Cassie anak bungsu yang paling dimanja, benar-benar akrab dengan ibunya hingga tak pernah absen mendapatkan kecupan kening di setiap paginya.
Viona jadi merasa bersalah, Hannah sama sekali tak menegur Cassie, tidak berusaha mengakrabkan diri pada Cassie, hingga terlihat jelas bahwa Hannah memang hanya menyayangi suami barunya, tidak dengan anak-anak tirinya.
Plung
"Eh!"
Viona menoleh, ia melihat Cassie yang berjongkok di pinggiran kolam dengan tatapan cemas, ia pun beranjak dari posisinya dan berjalan menghampiri Cassie.
"Kenapa?"
Tidak ada sahutan dari Cassie, Cassie mengedarkan pandangannya seolah mencari sesuatu, sementara Viona memandang kolam, sepertinya sesuatu jatuh ke dalam sana.
"Ada yang jatoh?" Tanya Viona lagi, ia berusaha mengakrabkan diri dengan Cassie, ingin mendapat kepercayaan Cassie bahwa tidak begitu buruk memiliki keluarga baru.
Lagi-lagi Cassie tak menyahut, gadis itu pergi mengambil tongkat panjang, berusaha meraih sesuatu dari dasar kolam, namun ia kesulitan.
"Mungkin gue bisa bantu," ujar Viona, kali ini sukses membuat Cassie menoleh.
"Kalau gitu nyebur, ambilin kalung gue."
"Biar gue cariin tongkat yang lebih panjang."
"Gak usah, lo tinggal nyebur aja, soalnya gue males nyebur, baru selesai mandi," ujar Cassie sambil melempar asal tingkat itu, menatap Viona dengan tatapan dingin andalannya.
"Gue gak bisa renang, maksudnya biar gue ambil pake tongkat aja, lo tunggu di sini."
"Cuma 1,5 meter. Mungkin seleher lo," sahut Cassie, membuat Viona mengurungkan niatnya untuk pergi.