Bab 3

44 3 0
                                    

Hai, selamat datang di lapak author. Semoga betah sampai akhir.

Btw kalian tahu cerita ini dari mana?

Yuk Vote sebelum Baca!
Ig Tantye005


Tulang-tulang Azzam merasakan ngilu yang sangat hebat. Hatinya pedih seolah luka yang sengaja di taburkan garam. Rasanya ia ingin berteriak untuk mengeluarkan isi hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.

Langkah kakinya pun sangat gontai, seolah tak ada selera untuk bergerak. Apa yang harus dia katakan pada istrinya? Azzam tak sanggup melihat air mata Hayyah ketika menyampaikan berita buruk dari dokter. Namun, ia harus menceritakan semuanya dan membujuk sang istri agar mau mengangkat rahimnya demi kebaikan wanita itu sendiri.

Langkah Azzam berhenti di ujung koridor. Memperhatikan istrinya yang sedang tertawa bersama Aira. Keduanya tampak bahagia dan Azzam tak ingin kebahagiaan itu memudar dalam sekejap.

Melihat Aira yang menjauhi Hayyah, Azzam memaksa langkahnya untuk mendekat. Memeluk leher istrinya dari belakang dan mengecup pipi kiri hingga puas.

"Mas Azzam, aku malu di lihat banyak orang," lirih Hayyah malu bercampur terkejut. Tangannya berusaha menyingkirkan wajah sang suami. "Apa kata dokter? Aku bisa pulang hari ini?" tanyanya setelah sang suami duduk di pembatas air mancur dan kolam ikan. Pria itu bahkan menggenggam tangannya.

"Belum. Oh iya Aira mau ke mana itu? Kok meninggalkan istri mas sendirian."

"Mau membeli es krim, aku tiba-tiba ingin memakannya. Tahu tidak? Sepertinya Aira akan kapok menjagaku di rumah sakit, aku banyak maunya."

"Aku tidak akan kapok kak. Soalnya orang yang menemaniku saat suka mau pun duka adalah kak Hayyah," balas Aira yang baru saja datang. Gadis berhijab itu menyerahkan es krim pada kakak dan kakak iparnya. Sebenarnya es krim itu untuknya tetapi memberikan pada Azzam lantaran ia mendapatkan panggilan mendesak dari ayah tercinta.

"Mau bertugas dulu."

"Semangat!" seru Hayyah mengepalkan tangannya.

Azzam hanya tersenyum melihat raut wajah bahagia istrinya. Ia membuka es krim coklat dan memberikan pada sang istri, begitupun untuknya.

"Setelah di pikir-pikir sepertinya kita terlalu terburu-buru menginginkan anak deh. Usia pernikahan kita baru 1 tahun, waktu berdua kita masih kurang. Bagaimana kalau untuk beberapa tahun ke depan kita pacaran saja?"

"Mas Azzam bicara apa sih?"

"Ya mas merasa kita kekurangan waktu berdua karena sama-sama sibuk. Kalau punya anak waktu berdua semakin berkurang."

"Mas bicara seperti ini ada sangkut pautnya dengan pembicaraan dokter Kan? Dokter ngomong apa?"

Azzam terdiam, menunduk dan mengunyah es krimnya sampai habis. Hayyah yang melihatnya pun bersabar menunggu sang suami bicara lagi. Sekalian menyiapkan hati untuk berita buruk yang kemungkinan terjadi.

"Apapun yang mas Azzam katakan, aku tidak akan sedih. Janji." Hayyah mengulurkan jari kelingkingnya layaknya anak kecil.

"Sudah jam sembilan, mataharinya mulai naik. Kita ke ruang perawatan sekarang." Azzam berdiri dan bersiap mendorong kursi roda. Akan tetapi Hayyah mencegah bannya agar tidak bergerak.

Aku tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang