Bab 8

14 1 0
                                    


Hai, selamat datang di lapak author. Semoga betah sampai akhir.

Btw kalian tahu cerita ini dari mana?

Yuk Vote sebelum Baca!

Ig Tantye005

Baru saja mengantar kepergian sang suami untuk bekerja, Hayyah sudah dikejutkan dengan kedatangan bunda Haura dan Aira yang bertamu pagi-pagi seperti ini. Jika biasanya Hayyah bahagia, maka kali ini wanita itu tampak tidak nyaman. Bukan karena keluarga suaminya jahat, melainkan ia tak enak lantaran keluarga ustaz Azzam menerimanya begitu baik setelah apa yang dia lakukan. Termasuk tidak akan pernah memberikan keturunan pada putra pertama keluarga Edelweis.

"Masuk dulu Bunda, Aira," ucap Hayyah.

"Aku kangen banget tahu sama kak Hayyah. Kakak jarang aktif di sosial media manapun, jadinya aku tidak punya teman cerita," ucap Aira memeluk lengan kakak iparnya. Aira selalu bertingkah layaknya anak kecil jika bersama Hayyah.

"Kakak juga merindukan kalian." Hayyah mencoba tersenyum.

"Bunda sangat lega bisa melihatmu baik-baik saja Sayang." Bunda Haura langsung memeluk menantunya penuh kasih sayang. Tujuan mereka datang untuk mengajak Hayyah ke toko donat, di sana banyak orang dan menantunya tidak akan kesepian.

"Terima kasih selalu mengkhawatirkan Hayyah, Bunda."

Ketiga perempuan berbeda generasi itu terus berjalan menuju ruang tamu. Akan tetapi Hayyah berhenti di dapur untuk membuatkan teh hangat untuk mertua dan adik iparnya.

"Tidak perlu repot-repot membuatkan apapun untuk aku dan bunda. Aku ada jadwal jam sembilan nanti Kak. Ayo siap-siap!" seru Aira.

"Siap-siap?" Kening Hayyah pun mengerut.

"Iya Sayang, kita akan ke toko donat. Jadi karyawan emas bunda." Bunda Haura terkekeh.

....

Mendengar bahwa istrinya sedang keluar bersama bundanya, Azzam jadi tak fokus mengerjakan apapun. Bukan tidak mempercayai bunda Haura, hanya saja istrinya belum siap jika harus bersenda gurau. Namun, mau bagaimana lagi bundanya tidak bermaksud untuk menyakiti, wanita paruh baya itu tulus menyayangi menantunya.

"Pak Azzam kurang enak badan?" tanya Hasan yang baru saja memasuki ruangan Azzam.

"Kebetulan kamu datang, apa ada jadwal penting setelah makan siang?"

"Tidak ada Pak."

"Artinya aku bisa pulang?"

"Bisa." Hasan mengangguk ragu, terlebih ia berencana izin setelah makan siang.

"Kenapa raut wajahmu seperti itu?"

"Anu Pak, saya mau izin menemani istri saya ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan."

"Kalau begitu pulanglah, istrimu jauh lebih penting, terlebih sedang hamil."

"Tapi pak Azzam juga akan pergi ...."

"Meninggalkan kantor setengah hari tidak membuatnya kacau. Oh iya, apakah yang aku minta sudah ada?"

"Belum, Pak. Saya sedang mencarinya."

"Segera kabari aku setelah menemukan siapa mantan Hayyah."

Azzam pun lebih dulu meninggalkan perusahaan karena beberapa menit lagi jam makan siang tiba. Ia berencana akan mengajak bunda dan istrinya makan siang di luar. Langkah Azzam berhenti di ambang pintu setelah sampai di toko donat bundanya. Dari kejauhan ia melihat Hayyah sedang duduk bersama dua orang asing, sementara bundanya ada di meja kasir

Aku tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang