Pagi-pagi sekali Jenna sudah bersiap. Butuh waktu satu minggu hingga Jenna yakin ia akan melakukan pembalasan dendam.
Awalnya Jenna masih memberikan Kane kesempatan. Mungkin Kane melakukan itu semua karena Jenna membuat kesalahan. Tapi dalam seminggu terakhir, Jenna sudah merasa cukup baik bekerja dan Kane tetap memberikannya banyak pekerjaan untuk waktu satu hari.
Akhirnya Jenna menyusun rencana untuk membalas kekesalannya kepada Kane. Kini Jenna sudah siap dengan rencananya. Ia hanya perlu membeli kopi dan roti lapis yang biasa Kane makan untuk sarapan. Di dalam tasnya sudah tersimpan bubuk cabai dan garam yang akan menjadi bumbu tambahan di makanan Kane.
Kemarin masih menjadi mimpi buruk bagi Jenna. Kane masih memperlakukannya sebagai asisten/pelayan/budak. Pria itu memberikan banyak sekali dokumen untuk Jenna periksa, memberikan banyak nomer telepon untuk Jenna hubungi, dan Kane tidak memperbolehkan Jenna pulang tepat waktu. Alhasil Jenna kembali pulang larut malam.
Jenna menahan diri untuk bersabar sambil menyusun rencananya untuk balas dendam yang akan dilakukan hari ini. Awas saja! Jika Kane memang dengan sengaja mengerjai Jenna, ia juga bisa mengerjai balik!
"Aku pergi dulu!" Jenna berpamitan. Di rumah hanya ada Olivia yang sedang sibuk mengerjakan projek akhirnya.
"Kau sudah siap dengan rencananya?" tanya Olivia saat Jenna berjalan melewatinya.
Jenna menepuk tasnya sekali. "Semua sudah siap pada tempatnya."
"Good!" seru Olivia. "Good luck! Ceritakan padaku semua detailnya nanti sore."
Meninggalkan rumah, Jenna mampir dulu ke kedai kopi. Setelah membeli Americano dan roti lapis isi tuna, Jenna masuk ke kamar mandi kedai tersebut.
Ada pikiran melintas di kepala Jenna untuk menambahkan air toilet ke Americano yang dipegangnya. Tapi membayangkan harus mengambil air dari toilet saja membuat Jenna mual. Ia tidak sejahat itu hanya untuk balas dendam.
Di salah satu bilik, Jenna mengeluarkan bubuk cabai dan ditaburkannya ke dalam roti lapis. Bubuk cabai itu bukan sembarang bubuk. Jenna sudah mencobanya. Sedikit saja dan rasanya sangat pedas hingga membuat lidahnya terbakar.
Begitu roti lapisnya sudah dalam keadaan rapi, Jenna menaburkan garam ke dalam kopi. Satu sedok, dua sendok, tiga sendok, seharusnya Jenna berhenti. Tapi ia lanjut memasukan garam hingga lima sendok. Jenna bergidik sendiri membayangkan kopi pait nan asin yang dipegangnya. Penasaran, ia mencobanya sedikit. Begitu rasa kopi sampai di ujung lidahnya, Jenna bergidik keasinan.
"Sempurna!" gumam Jenna bangga.
Letak kedai kopi ke kantornya tidak jauh. Jenna berjalan riang dengan bayangan akan melihat Kane tersiksa karena makanannya. Ketika Kane memanggil Jenna, ia akan berakting tidak tahu apa-apa dan akan menyalahkan kedai kopinya. Kane pasti akan menyuruh Jenna memprotes ke kedai kopi. Tentu saja Jenna tidak akan melakukannya.
Masuk ke dalam gedung dan naik ke lantai kantornya, Jenna mencoba mengatur napas. Ia tidak boleh terlihat gugup atau rencananya akan berantakan.
Begitu pintu lift terbuka, cepat-cepat Jenna berjalan ke ruangan Kane. Pria itu sudah ada di mejanya. Jenna kadang menduga apa mungkin Kane memang tidak pernah pulang? Ia akan berada di sana saat Jenna datang, dan masih duduk di kantornya saat Jenna pulang.
"Selamat pagi, Kane," hari ketiga Jenna sudah membiasakan diri untuk memanggil dengan nama panggilan, bukan Mr. Hayes. Meski semua orang memanggil Kane dengan panggilan Mr. Hayes, Mr. Kane, atau bahkan CEO Kane, Jenna heran kenapa Kane bersikeras untuk memanggilnya hanya 'Kane' saja.
"Selamat pagi," sahut Kane tanpa ekspresi.
Jenna menghampiri meja pria itu dan menyimpan sarapannya di atas meja. "Sarapanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️
Romance[LIMA CHAPTER TERAKHIR DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN] Hampir lulus kuliah, Jenna Lim hanya ingin segera punya pekerjaan agar tetap bisa menetap di New York. Dia kemudian mendapat pekerjaan sebagai anak magang di kantor milik Kane Hayes atas rekome...