Jenna tidak tahu ia akan merasa hampa dan sedih setelah pertemuannya dengan Kane. Rasanya pagi ini ia tidak ingin pergi bekerja dan hanya ingin mengurung diri di dalam kamar. Tapi ia tetap menyangkal kalau ia patah hati. Jenna merasa ia tidak menyukai Kane, kenapa ia harus merasa patah hati?
"Jenna, mau kerja apa enggak?" Iris mengetuk pintu kamarnya. "Ana dan Olivia udah pergi."
Jenna bergumam tidak jelas di bantalnya.
"Oke, gue bakal masuk." Kemudian Iris membuka pintu kamar sahabatnya.
Jenna masih duduk di ranjang dengan mata sembab dan rambut berantakan.
"Gue dengar lo nangis semalam," ujar Iris simpatik.
Jenna semakin menenggelamkan diri di balik selimut, tidak mau bertemu dengan siapapun. "Apa Ana dan Olivia denger juga?"
Iris angkat bahu. "Kamar mereka nggak satu dinding kayak gue. Kayaknya sih mereka nggak denger."
Duduk di samping Jenna, Iris hanya menatap sahabatnya dengan wajah prihatin. "I don't like seeing you like this, you know?"
Jenna mengangguk setuju dengan wajah cemberut. "Gue juga nggak suka harus merasa kayak gini. Gue nggak tahu kenapa ngerasa sedih kayak gini. I don't even like him to begin with."
"Terus lo mau apa hari ini? Ijin nggak ke kantor?"
"Ya," sahut Jenna lemah. Ia mengambil ponselnya dan terkejut begitu melihat delapan panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan dari Kane. Semalaman ia membisukan ponselnya. "Oh, shit."
Kane
You'd better be here at 9
Also bring my coffee and breakfast"Lo yakin mau pergi?" tanya Iris meyakinkan.
Dengan berat hati, Jenna tahu untuk tidak menggabungkan hal pribadi dan profesional. Meski ia sangat ingin menghindari Kane, tapi pria itu tetap bosnya.
Menghela napas panjang, Jenna bangkit dari kasurnya dan bersiap pergi bekerja.
"Gue bakal ngerjain projek seharian di rumah. Telepon gue kalau ada apa-apa." Iris menawarkan diri.
•••
Sesampainya di kantor, Jenna langsung berjalan ke arah ruangan Kane membawa kopi dan roti lapisnya. Begitu hendak masuk, Jenna terkesiap saat seorang wanita keluar dari ruangan Kane.
Rambut pirang, tubuh tinggi semampai, dan wajah super cantik seperti supermodel. Jenna merasa familiar dengan wanita itu. Rasa-rasanya ia pernah melihat potret wanita itu di billboard atau majalah. Mungkin memang wanita itu seorang model.
Oh, bukan. Wanita itu adalah Shopia Paradis. Rekan bisnis Kane.
Apa yang wanita itu inginkan pagi-pagi di sini? Batin Jenna menyelidik.
"Oh, maaf." Jenna menggeser badannya yang menghalangi jalan wanita itu.
Tanpa melirik ke arah Jenna, wanita itu pergi begitu saja. Jenna bisa mencium parfumnya begitu wanita itu melewatinya. Wanginya langsung membuat Jenna tahu kalau wanita ini punya banyak harta dan menduduki hierarki tinggi dalam pergaulan kelompok elit.
Jenna melanjutkan masuk ke dalam ruangan Kane. Tapi ia melihat pria itu sudah memakai jasnya dengan rapi dan membawa barang-barangnya.
"Kopi dan sarapanmu," ujar Jenna kikuk sambil menyimpan segelas kopi dan sandwich di meja Kane.
Tanpa melihat Jenna, Kane berkata. "Simpan saja di mejaku. Cek email-mu untuk pekerjaan hari ini. Aku ada urusan di luar seharian."
Jenna mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️
Romance[LIMA CHAPTER TERAKHIR DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN] Hampir lulus kuliah, Jenna Lim hanya ingin segera punya pekerjaan agar tetap bisa menetap di New York. Dia kemudian mendapat pekerjaan sebagai anak magang di kantor milik Kane Hayes atas rekome...