16.5 Shower (18+ Special)

1.2K 86 42
                                    

Boleh dibaca, boleh nggak, ya. Cuma an excuse buat bikin enesepwe aja, sih🙇‍♀️

Warning : Not-Safe-for-Works contained idiot in love, bathroom sex, mutual masturbation, cum as lube, anal fingering, anal sex, barebacking, creampie.

Selamat tanggal dua puluh tiga💞

――

Sagara masih merasa jengkel. Apalagi setelah Kekasihnya itu selesai rapat tadi pun, laki-laki yang tidak ia ketahui siapa namanya itu, masih berusaha memaksa Janu untuk pulang dan pergi mencari makan malam bersama. Jelas sekali, intensi laki-laki itu nyatanya memang berusaha mendekati Kekasihnya. Meski pada akhirnya, Janu menolak pun, rasa jengkel itu masih ada. 

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, ternyata menjalin hubungan sembunyi-sembunyi itu sesusah ini. Serumit ini. Dan semenyebalkan ini. Terlebih jikalau mempunyai kekasih yang kelewat atraktif seperti seorang Janu Damas Adara. Rasanya, tingkat kesulitannya seperti menembus tingkat pro untuk menguji segala kesabaran yang ia punya.

Kini, ia meminjam kamar mandi Janu untuk mandi dan hilangkan rasa penat juga jengkelnya. Dirinya mungkin sudah berdiri di bawah guyuran shower selama lima menit lebih. Mencoba tenangkan diri dan juga dinginkan kepala yang sudah mendidih sedari tadi.

Sagara mengusap wajahnya dengan sedikit kasar sebelum meraih botol sabun cair milik sang Kekasih. Tangannya terhenti di udara saat mendengar suara ketukan di pintu cukup keras secara berulang-ulang. Satu alisnya terangkat heran. Membuatnya lantas mematikan keran shower yang masih menyala.

"Saga, masih lama?"

Mendengar suara sang Kekasih dari balik pintu, membuat Sagara mau tidak mau membuka kunci pintu kamar mandi. Membuka daun pintunya sedikit, lalu menyembulkan kepalanya dari celah-celah pintu yang sedikit terbuka. 

Di depan pintu kamar mandi, Janu sudah berdiri dengan handuk yang menggantung di leher, membuatnya semakin menatap laki-laki itu dengan heran. 

"Kenapa, Yang?" 

"Mandi bareng, ya? Badan aku rasanya udah lengket banget," keluh Janu dengan bibir yang sudah manyun, sementara tangannya kibaskan-kibaskan kerah kaus tanpa lengannya berulang-ulang, "Gerah! Nggak enak!"

Belum sempat Sagara berikan respon, Janu sudah terlebih dahulu melebarkan pintu kamar mandi dan masuk ke dalamnya. Membuat Sagara kini hanya bisa terpekur. Menatap punggung sempit di depannya yang kini tengah lepaskan kaus tanpa lengan, celana pendek di atas lutut, dan juga pakaian dalam yang dikenakan.

Sagara hanya mampu menelan ludah berkali-kali disuguhkan pemandangan yang membuat akalnya menjadi tumpul seketika. Kendati ia sudah pernah melihat tubuh polos Janu tanpa sehelai benang pun, tapi tetap saja, melihatnya lagi seperti ini tanpa sebuah aba-aba membuat otaknya benar-benar tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. 

Sepasang obsidian miliknya kini hanya menatap pada punggung polos tanpa noda, seperti sebuah kanvas yang saat ini sudah kembali tersaji untuk ia lukiskan lagi dengan penuh cinta.  Ia menjilat bibirnya yang terasa kering. Janu benar-benar terlihat begitu menggoda layaknya buah terlarang yang menjadi awal mula dosa manusia. 

"Kenapa? Kok, bengong?" Janu menoleh. Senyum menggoda sudah terpatri di wajah si Cantik hingga matanya membentuk sabit yang begitu menawan. "Suka, ya, sama apa yang kamu liat sekarang?" 

Sial.

Entah Janu yang kini menjadi seorang penggoda ulung atau nyatanya memang dirinya saja yang terlalu lemah iman jika berurusan dengan si Cantik, tapi Sagara menyerah. Seluruh soal Janu selalu berhasil membuat dirinya kelimpungan bukan main. Dia sudah tidak lagi bisa menahan godaan yang ada di depannya kini. Membuatnya raih sang entitas lain yang tengah bersamanya. Memeluk pinggangnya, menciumi perpotongan leher sang kekasih. Menikmati aroma wangi tubuh si Cantik yang selalu menjadi candu. Buatnya betah sepanjang hari meski jika mereka harus menempel layaknya dua kutub magnet. 

Fudanshit [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang