17. Drama

764 86 48
                                    

Padahal, berjaga di bagian 'tester alat gambar dari sponsor' adalah hal yang paling ditunggu-tunggu Janu saat pameran berlangsung. Karena itu berarti ia bisa mencicipi display drawing yang diidam-idamkannya secara cuma-cuma. Namun kini saat sudah hari H, alih-alih merasa excited, sepasang karamel miliknya hanya mampu menatap bosan pada layar drawing display yang ada di hadapannya. Sementara tangannya sudah bermain-main dengan stylus pen yang ada di dalam genggaman dan tangannya yang lain ia gunakan untuk memangku dagu.

Rasa excitednya sudah hilang, menguar begitu saja, tergantikan semuanya dengan rasa lelah yang mendera.

Janu benar-benar merasa lelah. Dia rasanya ingin sekali memejamkan matanya meski hanya sejenak. Badannya yang sudah jarang ia ajak untuk berolahraga, benar-benar terasa remuk setelah mengangkat berbagai macam barang berat seharian kemarin. Belum lagi, dia dan anak-anak dekorasi lain harus menginap di gedung auditorium kampus dan begadang demi menyelesaikan semuanya hingga dini hari tadi. 

Terlebih saat ini pun, ia juga merindukan Sagara. Mereka hanya sempat bertemu sesekali di sela-sela waktu luangnya selama ia mengurus pameran seminggu belakangan ini. Dan kemarin pun, mereka benar-benar tidak sempat bertemu barang sejenak selama seharian. Dia benar-benar sibuk. Bahkan selalu telat hanya sekadar untuk membalas pesan Kekasih jangkungnya itu hingga sebabkan sedikit 'konflik' yang membuat Sagara merajuk.

Tidak cukup lama, kening Janu lantas mengerut diikuti dengan kedua mata yang menyipit dan juga mulutnya sebisa mungkin berusaha ia tahan agar tidak menguap―meski pada akhirnya, ia kembali gagal untuk kesekian kalinya untuk menahan rasa kantuknya.

Janu bahkan benar-benar sudah tidak tahu lagi, berapa kali ia sudah menguap pagi hari ini.

"Ngantuk banget, Mas?" Tangan Juna yang tengah menggambar di atas papan gambar mendadak terhenti. Ia mendongak lalu menoleh pada Janu dengan raut khawatir yang tergurat jelas di wajahnya. "Mau minta tukeran shift dulu aja, nggak? Kemarin, kan, level stagenya nyaris Mas Janu semua yang bawa dari ruang dekorasi ke sini."

Janu mengusap wajahnya dengan sedikit kasar lalu menggeleng pelan, "Nggak, deh, Na, yang lain juga pasti sama-sama capek."

Sebelah alis Janu lantas terangkat saat melihat Juna yang hendak membuka mulut justru kembali mengatup. Dirinya yang hendak menoleh ke belakang mengikuti arah pandang Juna, lebih dahulu tersentak hingga melompat dari kursinya merasakan sesuatu yang dingin menyentuh tengkuknya. Kalimat omelan sudah nyaris meluncur dari belah bibirnya, kalau saja ia tidak menangkap sosok Katrine yang sudah tersenyum jahil ke arahnya. Melihat sang pelaku kini, hanya membuat Janu memutar matanya dengan malas diikuti dengan desahan lelah.

Berbicara dengan Katrine itu sebenarnya memang asik, bahkan mungkin bisa bantunya hilangkan rasa kantuk hanya mendengar perempuan itu mengoceh mengenai seribu satu cerita homo, tapi untuk saat ini, Janu tidak mau terlihat begitu akrab dengan perempuan satu ini. Janu masih butuh kewarasannya hingga malam nanti. Dia tidak kuat jika harus diinterogasi ataupun dipelototi oleh mereka yang tergila-gila dengan Katrine, si pujaan hati anak-anak jurusan. 

Mulut Janu yang hendak mengusir perempuan itu lantas terkatup. Satu alisnya terangkat heran, saat secara tiba-tiba Katrine menyodorkan segelas es kopi latte yang ada di tangan kepadanya. Ia lalu menatap es kopi dan perempuan itu secara bergantian. Dan dengan ragu-ragu tangannya menunjuk diri sendiri, "Buat ... gue?"

Alih-alih menerimanya saat sang kaum Hawa di hadapannya anggukan kepala sebagai sebuah respon, Janu justru menatap perempuan itu dengan sangsi dan juga penuh selidik. Katrine melakukan hal seperti ini, bukanlah sesuatu hal yang biasa untuknya. Kendati perempuan ini memang baik terlepas dari otak busuknya, tapi kalau seorang Katrine memberikan jajanan secara cuma-cuma pada kaum Adam sepertinya tanpa harus membuatnya bertingkah lucu atau bahkan berpose homo dengan orang lain, tentu saja, Janu merasa ada sesuatu yang tidak beres. 

Fudanshit [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang