Chapter 1

9.1K 25 5
                                    

"Semua laporan harus dikumpulkan paling lambat besok! Saya harap tidak ada yang terlambat pada meeting besok karena akan ada inspeksi dari seseorang" kata Pak Angga dengan wajah tanpa senyuman.

Setelah Pak Angga keluar ruangan, nampaknya semua baru dapat bernapas kembali dengan normal.

"Gila! Pak Angga kok jutek abis yah?"

"Yah namanya juga dikejar deadline Di, dimaklumin aja" kataku dengan sabar. Dian tampak lebih bete dari sebelumnya.

"Camy, nanti weekend ada acara ngak?" tanya Dian.

"Ngak ada sih, cuma pasti bakalan lembur, tugas dari Pak Angga kan belum selesai"

"Biar lu selesaiin hari ini, detik ini juga, pasti bakalan dikasih lagi tugas baru, mendingan jalan aja yukkkk. Atau ngak, ngafe deh" bujuk Dian dengan wajah memelas.

Dian salah satu teman yang cukup akrab denganku. Orangnya baik, rame, supel, sayangnya orangnya suka menunda pekerjaan. Jadi kadang kalau sudah mendekati deadline, dia bisa berubah dari peri cantik jadi nenek sihir.

"Ngafenya minggu depan aja, minggu ini jangan dulu deh, ok?"

"Beneran minggu depan?"

"Janji"

"Asyiikkkkk.. Yah uda deh, gue mau balik dulu. Byeee" kata Dian sambil lalu.

Oh ia, namaku Camelia. Biasanya dipanggil Camy, tapi orang-orang sering pelesetkan jadi Camel yang artinya unta, hiks. Sementara ini, saya masih berumur 21 tahun. Status single and very happy. Pekerjaan sebagai sales di salah satu hotel ternama di Bali membuatku dapat menghidupi diri sendiri tanpa bantuan dari orang tuaku.

***

"Will you marry me? And i said YESSS!! Akhirnya Rena bentar lagi married sama Daviiiidddd!!!" seru Rena dari dalam kamar.

Begitu mendengar suara dari Rena dari kamar sebelah, gue tau 'Nih anak uda mulai ngak beres'. Hal pertama yang harus gue lakukan adalah pura-pura ngak dengar, kedua cepat kabur dari rumah secepatnya.

"Kaaakkk Riiiooooo"

"Ngak denger.."

"Ah, masa kak Rio ngak denger sih?"

"Gue ada meeting, mau cabut dulu"

"Kak Rio boong, kok meeting malam-malam sih, pasti mau kabur kan" todong Rena.

Gue telat kabur, sial.

"Kak, adikmu tersayang ini ud dilamar sama David" kata Rena.

"Oh! Oh yah? Kok bisa?" kataku pura-pura kaget.

"Kok jawabnya gitu sih, bilang selamat kek, congrats atau apalah gitu"

"Iya iya. Maafin kakak. Selamat yah Renaku, akhirnya lu merit juga, lumayan itung-itung beras ngak cepat habis, hehehe.."

"Kak Rio jahat kuadrat! Tunggu Rena laporin papi mami, supaya uang bulanan kakak dipotong 80%!" kata Rena dengan muka super bete.

"Hahahaha.. Gitu aja ngambek, sory deh.."

"Sebagai gantinya, kakak harus nurutin 3 permintaan Rena, kalau ngak, 80% diskon! Pilih mana?"

Rena itu tipe adik yang sangat manja, berhubung dia anak bungsu, anak perempuan pula, jadi rasa sayang dalam keluarga pastinya cuma ke Rena. Untuk urusan membujuk, Rena jagonya. Rata-rata permintaannya yang masih masuk akal pasti dikabulkan.

Sebelum Rena betul-betul 'melapor', gue harus berpikir cepat, "Dua permintaan aja deh Ren, ok?"

"Empat permintaan! It's your last deal big bro"

Meant To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang