Chapter 6

988 22 8
                                    

"Gue antar pulang yah" kataku pada mereka tapi lebih tepatnya ditujukan kepada Camelia.

Belum sempat Camelia menjawab, tiba-tiba si Dian menjerit histeris ke arah belakangku.

"Astaga! Lu lu pada ke sini juga?" kata Dian setengah histeris kepada err rekan-rekan kerjanya? Soalnya si unta juga ikut bercipika cipiki dengan mereka.

Norak banget yah jadi cewek. Ketemu teman, teriak. Ketemu cowok ganteng, teriak. Ketemu artis, teriak. Dirampok, teriak. Ngak rusak apa tuh pita suara?

Untungnya si unta ngak senorak mereka, ia hanya tersenyum dan sesekali mengangguk dan berjabat tangan. Ini Dian betul-betul, gue salut dengan kelincahannya berbicara. Kalau Rena segitu cerewetnya, gue harus beli alteco atau lakban untuk menutup mulutnya.

Camelia menyadari kekagetanku melihat para wanita bertemu. Dia melihatku melihatnya, kemudian dia menyuruhku tunggu sebentar.

"Rio, sepertinya Dian masih mau lanjut deh ma yang lain" kata Camelia setelah dia datang ke depanku.

"Ya udah, tinggalin aja" kataku cuek. Lebih bagus lagi, berduaan dulu dengan untaku.

Tiba-tiba Dian datang, " Camyyyyy.. Lu balik aja dulu ma Rio. Gue masih mau lanjut, mereka ada gosip terhangattt!! Pak Rio, nice to meet you, thank you yah traktirannya. Sory Dian ngak bisa balik sama pak Rio, ditunggu traktiran selanjutnya yah" kata Dian sambil tersenyum genit.

Kemudian Dian maju untuk cipika cipiki denganku!!! Mau menghindar kayaknya telat. Sabar Rio, merem aja, mikir Angelina Jolie lagi cipika cipiki. Gue mendengar Camelia tertawa kecil melihat aksi genit Dian.

"Pak Rio, jalan aja ma Camy, gue ngak ganggu" bisik Dian disela-sela cipika cipikinya. Ooohhh. Itu maksudnya. Saluuttt gue ma Dian. Ngerti juga tujuanku datang ke Bali, kiranya dia matras.

Sesampainya di mobil, si unta hanya diam seribu bahasa. Gue juga kok mendadak ngak bisa bicara yah? Bawaannya deg-degan mulu dari tadi.

"Rumah lu dimana? Gue antar pulang"

"Dekat hotel kok, jadi balik ke hotel aja, lu tinggal di Luxury kan?"

"Yup"

Hening. Gue berusaha membuka pembicaraan. Tetapi tidak ada yang keluar. Topik. Cewek? Hmppphh.. Baju? Kosmetik? Cowok? Diskon?

"Rio, lu ngapain dateng ke Bali dadakan gini?" tanya Camelia dengan wajah penasarannya.

"Lagi ada mau ketemuan sama orang besok pagi" kataku berbohong. Ngak mungkin kan gue jawab, mau ketemu lu, harga diri maaann.

"Ooh.. Anyway, thank you yah traktirannya, pasti Dian seneng banget, Dian ngefans banget loh sama lu"

"Oh yah? Gila, bisa buka cabang RFC dong disini"

"RFC?"

"Rio Fans Club" kataku sambil nyengir kuda. Camelia hanya geleng-geleng kepala.

"Dasar cowok narsis"

"Hahahahaha.."

Camelia, wanita ini selalu membuatku tertawa. Gue tidak perlu membuka topik pembicaraan atau mencari bahan bicara dengannya. Setiap kali bersamanya, ada saja yang bisa didiskusikan, atau sekedar saling menjahili. Gue selalu merasa nyaman disebelahnya.

Seperti sekarang, kami sedang berdiskusi soal perkembangan pembangunan di Bali. Camelia termasuk wanita yang cerdas dan up to date. Dia hampir tau dan mengerti semua seluk beluk pembangunan sampai bahan bangunan. Kayak kuli bangunan aja hhehehe.

Gue sengaja memperlambat laju mobil, supaya tambah lama aja ngobrol sama dia. Gimana ngak? Mau ketemu atau ajak jalan bareng aja kayaknya susah amat, alasannya seabrek. Yah curi-curi waktu gini ngak ada salahnya dong. Sambil gue memastikan apakah perasaan ini hanya suka sebagai teman, atau errr.. Cinta? Norak banget yah gue, cinta? Merinding bulu kudukku setiap kali mengucapkan kata itu. Mendingan ngomong i love you daripada aku mencintaimu.

Meant To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang