Chapter 5

1K 19 14
                                    

Setelah berbincang dengan Rio kemarin malam membuatku tersadar, lelaki memiliki banyak jenis karakter, ada yang sangat ambisius dan ada yang pasrah. Rio sepertinya tergolong ke karakter pasrah. Kenapa ia tidak berusaha mengejar mimpinya? Kenapa ia lebih memilih mengikuti permintaan orang tua yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Rio sudah check out hari ini, pagi-pagi sekali. Apakah ia tersinggung dengan kata-kataku? Mungkin saya aja yang terlalu gila urusan. Kalau dia mau kerja atau tidak, itu kan urusannya.

"Duhhh.. Lagi kangen ma si ganteng yah? Tadi si Ketut bilang si ganteng dah check out. Ngak heran lu melamun mulu" kata Dian yang membuyarkan lamunanku.

"Enak aja, gue lagi mikir nih permintaan dari weddingnya orang India kemarin" kataku sembari segera membuka emailku.

"Ah yang benerrr.. Betewe, si ganteng namanya siapa sih? Lunch bareng dinner bareng, kayaknya ada something deh" kata Dian sambil mengedipkan matanya.

"Itu terpaksa tauu! Demi menjaga keprofesionalisme hotel"

"Kalau gue dipaksa gitu, gue rela kok Camy, itung-itung perut terisi sambil cuci mata"

"Yah uda, laen kali tukeran aja, mau?"

"Ntar si ganteng ngamuk, ogah ah, gue dukung lu ma si ganteng jadian, pasti seru"

"Si ganteng? Yang ada mah si bawel dari gua hantu, ah udah ah, gue mau ketemu client lagi di lobby, bye!" kataku sambil cepat menghindar dari Dian.

Rio. Kok dia mendadak pergi tanpa kabar yah? Dia marah? Atau tersinggung? Kok ngak pamit atau apa kek. Hei! Untuk apa saya pusingin dia?? Malahan bagus kalau dia pergi, aman.

Sepertinya Rena dan David akan check out hari ini, hanya saja mereka pesawat sore. Urusan dengan Rena sudah selesai, tinggal via email aja semuanya.

Kerja Camy! Kerjaaaaaaa!!!

***

"Ini semua laporan perkembangan terakhir dari perusahaan kita pak"

"Thank you Bu Dewi, saya pelajari dulu, nanti saya kabarin" kataku pada sekretarisku.

Cukup banyak pekerjaan yang tertumpuk selama gue pergi. Benar juga kata si unta, gue harus lebih rajin lagi kerjanya. Masa gue dikalahin ma cewek? Dia aja rajinnya sampai makan aja lupa.

Gue lupa bilang thank you atau sekedar pamit dengan Camelia. Sebab begitu selesai dinner dengannya, gue langsung mesen tiket untuk berangkat pagi-pagi buta. Mana sempat ketemu. Lagipula, we're just friends, aren't we?

Hari ini gue juga ada janjian sama Misty, berhubung doi lagi free, keluar aja, ngak ada salahnya kan? Kita bisa berteman dengan siapa saja.

***

"Thank you yah assistance selama Rena disini yah Camy. Boleh minta nomor handphone ngak? Supaya contactnya gampang, sekalian sama email yah" kata Rena sambil memberikan handphonenya ke tanganku.

Segera saya mengisi contact listnya dan memberikan handphonenya kembali.

"Thank you. Eh Kak Rio katanya dah balek yah tadi pagi? Kalian kenapa? Berantem lagi yah?"

"Hah? Ngak berantem kok, cuma kan masing-masing ada kesibukan, jadi wajar dong kalau Rio balik duluan" kataku asal.

"That's weird, kak Rio kalau bisa kabur dari kantor sebulan dia mah happy banget, ngak mungkin hari ini dia balik kerja dengan keinginan sendiri" kata Rena sambil berpikir.

Saya tidak tau harus mengatakan apa. Tidak mungkin karena saya Rio mau balik kerja kan? Emang saya dukun santet yang bisa merubah kepribadian seseorang? Saya hanya membalas perkataan Rena dengan senyum tipis.

Meant To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang