BAB 25: Pengambilan rapor

24 9 1
                                    


Ilesha sedang menyiapkan diri. Hari ini adalah hari pengambilan rapor dan surat kelulusan (SKL). Ilesha sudah siap dengan kemeja berwarna soft blue dan celana jeans hitam yang rapi dan dipadukan dengan kerudung segi empat berwarna hitam. Sepatu sneaker putihnya bersih mengkilap, hasil dari semalaman dibersihkan dengan teliti.

Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, masih ada waktu untuk bersantai di dalam kamar. Kamar Ilesha berukuran sedang, dengan dinding berwarna putih yang menenangkan. Poster-poster idola favoritnya menghiasi dinding, sementara meja belajarnya dipenuhi buku dan alat tulis yang tertata rapi. Ilesha duduk di atas sofa kecil yang nyaman, dengan kaki yang bertumpu pada kaki sebelahnya. Ia memainkan ponselnya dengan lihai, jari-jarinya bergerak cepat di layar sentuh.

Saat Ilesha sedang meng-scroll aplikasi media sosial, ia dikejutkan dengan pesan yang masuk dari seseorang yang sudah lama tak tahu kabarnya. Ponselnya bergetar singkat, dan notifikasi yang muncul di layar membuat jantungnya berdegup kencang.

Pesan itu dari Bentala. Bentala Zayn Shailendra yang mengirimkan pesan. Nama yang sudah lama tidak muncul di layar ponselnya. Dengan tangan yang bergetar karena syok, Ilesha membuka pesannya dengan perlahan.

Ilesha menelan ludah dan segera membalas dengan cepat, namun tetap berusaha untuk terlihat tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ilesha menelan ludah dan segera membalas dengan cepat, namun tetap berusaha untuk terlihat tenang.

Ilesha menelan ludah dan segera membalas dengan cepat, namun tetap berusaha untuk terlihat tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebisa mungkin Ilesha membalas Bentala dengan seadanya. Ia tidak mau terlihat terlalu excited karena takut dikira kegeeran oleh Bentala. Siapa tahu, kan, Bentala mengiriminya pesan hanya untuk itu, tidak lebih. Bahkan tidak mungkin ia akan kembali padanya secepat ini. Buktinya, setelah menjawab, Ilesha tak lagi mendapatkan balasan dari Bentala. Membuatnya menghela napas, Ilesha melirik jam di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul 6:15. Ia harus segera berangkat karena mungkin Ayu sudah menunggunya.

Ilesha berdiri dari duduknya, merapikan kerudungnya sekali lagi di depan cermin besar yang tergantung di dinding. Ia mengambil tas selempang yang terletak di atas tempat tidur, memastikan semua yang dibutuhkan sudah ada di dalamnya.

Ia berusaha menenangkan pikirannya yang masih sedikit kacau karena pesan dari Bentala. Hari ini seharusnya menjadi hari yang penuh kegembiraan, tapi pikirannya terusik oleh bayangannya.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang