Sebuah Usaha Pelarian

115 20 6
                                    

He Jun harus turun dari kapal, tapi tidak mungkin pemuda itu serta-merta menceburkan dirinya ke laut lepas. Itu bunuh diri. Dia harus menunggu waktu yang tepat. Cepat atau lambat, Hannnam-seon harus singgah di pelabuhan untuk mengisi bahan bakar dan menerima suplai bahan makanan. He Jun hanya harus bersabar.

Itu tidak semudah yang dibayangkan. Mata cokelatnya terus mengedar ke luar jendela, berharap untuk segera melihat daratan di antara lautan yang seolah tak berujung.

He Jun duduk di antara tumpukan kargo dan barang-barang penumpang. Dia jenuh, jari-jarinya gatal ingin bermain biola.

Satu-satunya hiburan nyata untuknya di dasar kapal adalah ruangan dimana hewan peliharaan milik penumpang ditempatkan. He Jun pikir, kucing tanpa bulu yang dia lihat di sana sangatlah menarik. Sayangnya, dia tidak bisa berlama-lama, kru kapal bisa datang kapan saja untuk memeriksa dan memberi mereka makan.

He Jun menjadi buron dan bersembunyi selama dua hari sebelum rasa laparnya menjadi tak tertahankan. Dia menyelinap keluar, pergi ke lantai atas untuk mencari makanan.

Kesalahannya adalah, setelah berhasil menyelundupkan makanan dari dapur kapal, bukannya kembali ke tempat persembunyian, He Jun justru berusaha untuk mencari biola miliknya.

Terakhir kali, dia menitipkan biola itu kepada salah satu kru dapur. He Jun berpikir, mungkin wanita itu meninggalkannya di sekitar area memasak, tapi dia tidak bisa menemukannya. Wanita itu pasti membawanya. Atau seseorang melihat biola itu tergeletak dan mengembalikannya ke tempat di mana kru musik biasa menyimpan instrumen mereka.

He Jun tidak akan pernah tahu.
Tatkala dirinya menapak di lorong temaram menuju ruang pekerja, beberapa sosok tak dikenal keluar dari bayang-bayang dan menyergapnya.

Pemuda itu berontak, berusaha melawan. Kakinya menendang di kegelapan, mengenai seseorang tepat di area selangkangan, dan membuat mereka mengumpat.

He Jun berlari ke arah tangga, tapi dia tidak cukup cepat. Seseorang dengan langkah yang lebih gesit memiting lehernya dari belakang. Semakin pemuda itu berusaha untuk melepaskan diri, semakin dia tercekik dan kesulitan bernapas.

"Kita menemukannya, cepat panggil yang lainnya!"

Perintah itu membuat He Jun panik. Pandangannya mulai mengabur karena kekurangan oksigen. Derap kaki yang kian mendekat sama sekali tidak membantu.

Tubuh He Jun melemas, nyaris terjatuh. Namun, itu hanya tipuan. Ketika lawannya lengah, dia segera melesakkan kepalanya ke belakang. Sangat keras. Bunyi patahan tulang seseorang tidak pernah terdengar semengerikan itu.

Benturan yang terjadi cukup untuk membuat pandangan He Jun menggelap selama sepersekian detik. Dengan tergopoh, ia berlari menaiki tangga. Namun, yang menunggunya di puncak adalah orang-orang yang justru ingin ia hindari.

"Dimana kau bersembunyi?"

Moncong pistol terasa begitu dingin di kening He Jun. Pemuda itu ambruk di tangga, hampir menggelinding jatuh.

Orang-orang yang sama berdiri membuat barikade di belakangnya. Dia terjebak.

"Kami mencarimu ke seluruh sudut kapal selama dua hari ini. Sangat merepotkan."

He Jun diseret menuruni tangga dan dijebloskan ke salah satu kandang anjing di dasar kapal. Sel tempat dia dikurung bahkan tidak punya jerami untuk melindunginya dari lantai kapal yang dingin.

Beberapa detik berada di sel, He Jun bisa merasakan isi perutnya menggurak. Pria itu mengeluarkan sapu tangan dari saku celana dan membekap hidungnya.

Posisi yang berada di dasar kapal membuat ruangan tidak memiliki saluran udara yang cukup. Di saat yang sama, orang-orang yang terkurung di dalam sel tidak memiliki akses menuju kamar kecil. Mereka tidak punya pilihan selain buang air di atas jerami yang juga merupakan tempat tidur mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Silent SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang