Happy reading
-
-
Kalara 🐋💕: aku tunggu depan ruang musik ya, see u
Lara menyimpan kembali ponselnya, menggoyangkan kakinya bergantian. Duduk di kursi koridor yang tak jauh dari kelas Karang. Kedua tangannya setia memegang wadah bekal yang berisi kue ulang tahunnya. Ia ingin Karang juga mencobanya.
Berkali-kali ia melirik ke arah kelas, tersenyum kecil tak sabar melihat wajah Karang yang tersenyum teduh sembari mengusap kepalanya. Baru kemarin dia bertemu. Tapi rasanya sangat rindu. Sungguh.
Lara tersentak kecil saat ponselnya bergetar. Mengambilnya untuk mengecek notifikasi.
Avisena : Karang ngga berangkat nih. Mau pulang sama Avi apa sendiri?
Karang tidak berangkat? Kenapa?
Senyum gadis itu luntur. Nihil, hari ini dia tidak bertemu Karang sama sekali. Apa pemuda itu sakit? Setelah terkena angin pantai dan hujan gerimis saat itu?
Lara menipiskan bibirnya. Mengetik di room chat berbeda.
Kalara 🐋💕 : kamu sakit? yaudah cepat sembuh ya. Jangan lama-lama sakitnya. Aku kangen.
"DORR!!"
Lara tersentak kaget. Ponselnya hampir saja jatuh kalau saja dia tak sigap. Memegangi dadanya terkejut. Gadis itu melengos begitu menatap pelakunya.
"Rea..." katanya panjang. Sementara Rea sudah tertawa puas. "Ngapain cemberut gitu di koridor sendiri? Ha?" tanya Rea masih tergelak.
Lara mencebik. Menatap sebal. Rea mendekat saat dirinya menyadari sedang berdiri di tengah jalan, membuat orang merasa terhalang.
"Wih, paan tuh?" tanya Rea melirik sekotak bekal di tangan Lara penasaran. Lara memandang kotak bekal yang hendak di berikan Karang. Ah, iya. Kenapa dia tidak memikirkan Rea untuk menyisihkan kuenya juga?
"Oh ini, kue buat kamu," kata Lara berat. Tak apa, setidaknya kuenya bisa dimakan orang lain.
Rea merekahkan wajah. Menerima kotak itu tanpa sungkan dan membukanya. "Widih, ngga ngado dapet kue juga?" tanya Rea bercanda. Lara tergelak.
Rea melahap kue beberapa potong itu dengan nikmat. Lara hanya menyimak tenang. Mendengarkan Rea yang sesekali menceritakan kesehariannya tadi. Seperti pada saat Rea mengatakan kalau dirinya selalu menjadi pembanding dengan anak cowok kelasnya saat dirazia rambut panjang. Lalu Pak Ruswan, guru BK penegak kedisiplinan itu malah menunjuk Rea dengan mengatakan, "liat tuh Rea. Anak cewek aja rajin potong rambut kalian malah kalah," katanya.
Lara tertawa. Dengan serius mendengarkan. Beberapa menit berlalu, Rea sudah selesai melahap semua kuenya. "Eh ini kotaknya gue cuci dulu?" tanya Rea sembari melamut sisa krim di jarinya.
"Ngga usah, aku cuci di rumah aja," kata Lara.
Rea terdiam sebentar, teringat sesuatu. Detik berikutnya bergerak bangun dengan semangat. "Cuci di rumah gue aja. Ayo main ke rumah gue!" pekiknya riang.
Lara mendongak, mengernyit perlahan. "Bisa? Emang kamu naik apa?"
"Motor lah, gue bawa motor. Ada helm juga, tadi berangkat bareng Abel. Dia ada latihan paskib nanti," katanya.
Lara menurunkan pandangannya berfikir sekejap. Boleh juga, dari pada dirinya bersedih karena tidak melihat Karang mending bermain bersama Rea. Ia bisa melupakan kesedihannya sejenak.
![](https://img.wattpad.com/cover/363310472-288-k374265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales [END]
Novela Juvenil⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...