2. pertemuan

42 1 0
                                    

Pagi itu, langit masih sedikit gelap saat Areska tiba di sekolah lebih awal, menghindari Tantenya. Saat memasuki kelas, dia terkejut melihat seorang cowok duduk di depan, sibuk membaca. Ruangan begitu sepi, tidak ada sapaan di antara mereka.

Areska melangkah menuju bangkunya di belakang, melewati cowok tersebut yang tetap fokus pada bukunya. Tanpa peduli, Areska duduk, melipat tangan di meja dan menyandarkan kepalanya. Pikirannya terjebak pada perlakuan kasar Geya. Kenapa Geya begitu benci padaku? pikirnya.

Tanpa sadar, air mata mulai mengalir dan suara tangis pelan terdengar. Cowok di depan menoleh. Dia melihat Areska menangis dalam diam. Hatinya tiba-tiba tersentuh. Entah kenapa, dia merasa sedih melihatnya.

Perlahan, cowok itu bangkit, mendekati Areska yang tertidur dengan wajah basah oleh air mata. Dengan lembut, dia mengusap pipi Areska. "Maaf, aku tak bisa melindungimu," bisiknya pelan. Takut Areska terbangun, dia segera kembali ke tempatnya, meninggalkan Areska yang tetap dalam tidurnya.

"Ra,, Ra,,, bangun!" panggil Reva dan Zahra, dua sahabat Areska, sambil menggoyangkan bahunya. 

"Hm.. ada apa? " Gumam Areska  setengah sadar.

" Ra.. Bangun dong!  kenapa kamu tidur di kelas? sejak kapan kamu ada di sini?"

tanya Reva, tampak khawatir.

Areska perlahan membuka matanya.

"Hah, aku tertidur di kelas?!"

Padahal , mimpi Areska tadi begitu indah. Ia bermimpi bertemu dengan seorang cowok  tampan yang selalu melindunginya. Cowok tersebut memiliki bola mata hitam yang dalam, bulu mata lentik, hidung mancung, serta kumis tipis yang membuatnya semakin menawan.

" Aduh... kenapa aku bisa ketiduran di kelas?" Keluh Areska sambil memegang kepalanya yang terasa pusing. dengan buru-buru dia berlari ketoilet untuk mencuci muka , mencoba menghilangkan sisa kantuk.

Saat Areska belari tergesa-gesa menuju toilet, tiba-tiba ia terpeleset. Tubuhnya hampir jatuh, tetapi dengan cepat seorang cowok menangkapnya. Cowok itu mirip banget dengan  cowok yang baru saja muncul dalam mimpinya pada saat ia tidur di kelas tadi.

Dalam hati, Areska bergumam, " hidungnya, matanya, kumis tipisnya...persis seperti cowok dalam mimpiku ."

Lamunan Areska terhenti ketika cowok itu berkata dengan datar, " kamu masih begini atau mau berdiri?"

Areska langsung merespons dengan ketus, meski  masih dalam pelukan cowok itu . " apaan sih , emangnya aku mau di tolong sama kamu ? Ngaku aja, kamu cari-cari kesempatan, kan?"

Cowok itu tetap tenang. " Kamu sudah ditilong, tapi ngak mau bilang terimakasih!"

Areska mendelik. "siapa juga yang mau di tolong sama kamu, muka datar! Gaya bangat. Lepasin, deh!"

cowok itu tanpa banyak bicara langsung melepaskan Areska.

" Aduh...sakit!" Areska meringis saat jatuh terduduk di lantai. Bokongnya  terasa nyeri sekali.

Cowok itu hanya menatapnya sebentar, lalu pergi dengan wajah jutek. Areska mengerutu dalam hati. " Sok ganteng bangat sih cowok itu!"

setelah itu, Areska bangkit, lalu menuju toilet untuk mencuci muka. setelah merasa lebih segar, ia kembali ke kelas. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat cowok  yang menolongnya tadi  berada di dalam kelas.

"Ha? Ngapain cowok itu di sini? sejak kapan dia masuk? siswa baru ya?" Areska berpikir keras.

Dengan cepat, dia mencolek Reva, teman sebangkunya. " Re, itu cowok sejak kapan dia masuk di kelas?

Reva tersenyum lebar. " Ganteng, kan?! Dia siswa baru, masuk kemarin pas kamu ngak masuk. Aku langsung terpesona. mauh bangat deh jadi pacarnya."

Areska mendengus. " Ih, apaan sih Re..cowok gitu doang. kalau aku sih males banget. Sok Keren, jutek lagi." 

Belum sempat Reva membalas, Guru matematika mereka, Bu Tendri, masuk ke kelas. Suasana yang tadinya ramay langsung berubah  jadi hening.

"Selamat pagi, Bu!" seruh siswa serempak.

"selamat pagi juga, anak-anak,"  balas Bu Tendri dengan senyum ramah.

Setelah itu,  pelajaran di mulai. 

Namun, Bu Tendri menyadari ada wajah baru di kelas.

" Eh, ada siswa baru ya? boleh perkenalkan diri di depan?"

Cowok itu maju di depan dengan langka tenang, namun ekspresinya tetap datar. Suara bisik-bisik mulai terdengar di kelas. Para cewek sibuk berbisik, " Dia ganteng bangat, ya. Keren! pasti banyak yang sukah deh."

Sementara itu, para cowok di kelas mengamati dengan rasa penasaran. Dandi salah satu cowok populer, berbisik keteman-temanya. " cowok itu kelihatan keren. Kita ajak dia masuk di geng Elang, biar geng kita makin terkenal".

" Ecep dan Acip, dua sahabat Dandi, langsung mengangguk setuju .

"setuju banget, bos."

Cowok itu, dengan wajah tetap datar, berkata, " boleh diam dulu nggak?" suasana kelas langsung tenang.

" Perkenalkan, nama saya Angkasa  Arel Pranata. Panggil aja Angkasa. Saya pindahan dari SMA pradita Dirgantara."

Sontak seluruh siswa  kembali berbisik. " Hah? itu kan salah satu SMA terbaik di Indonesia. Kenapa dia pindah? jangan-jangan dia dikeluarkan?"

Bu Tendri Segera menghentikan bisik-bisik itu. " Diam semuanya. Angkasa,  silakan kembali ketempat dudukmu."

"Baik, bu," jawab Angkasa sambil berjalan ke bangkunya.





love in silince (cinta dalam diam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang