12. Help

172 30 2
                                    

Seharian perempuan mungil itu hanya meringkuk dipelukan suaminya. Abi yang hari ini ada jadwal harus membatalkan semua jadwalnya karena orang terkasihnya sedang tidak baik-baik saja.

Kejadian kemarin benar-benar membuat Airin tergunjang, ingatan kelamnya tentang hal yang sangat ia benci kembali muncul. Ia harus kuat, namun ternyata ia tak sekuat itu. Hatinya masih rapuh jikalau harus mengingat hal yang membuatnya ingin mengakhiri hidup saat itu.

"Mas, istrimu ini kotor.....kamu nggak seharusnya nikahin aku" Airin nampak meracau

"Jelek banget omongannya" ucap Abi

"Aku.....seberapa keras aku membersihkan diri, rasanya diri ini masih aja kotor dan nggak pantes buat dicintai"

Abi menatap Airin lama, ia benar-benar tahu bagaimana depresi dulu membuat Airin ingin mengakhiri hidup. Airin merasa dirinya telah dinodai tapi sebenarnya tidak, Airin berhasil menjaga diri nya. Airin benar-benar berjuang luar biasa hingga lengannya retak waktu itu menahan orang-orang bertubuh kekar yang ingin membuatnya ternoda.

"Mau aku kasih tau sesuatu?" Tanya Abi

"Apa?" Suara Airin benar-benar lirih

"Percaya nggak kalau aku suka kamu lebih dulu daripada Abimana"

"Nggak lah, dulu pacar kamu cantik-cantik kali mas, kayak Jelenna, terus itu ada model yang kamu bucin banget lupa namanya"

Mendengar jawaban Airin, Abi sedikit lega. Suara Airin selalu meninggi kalau membahas mantan kekasih Abi.

"Ehhh kamu nya aja yang nggak tau, aku suka kamu udah dari kecil Rin."

"Halah bohong, bocil kok udah cinta-cintaan"

"Dengerin dulu sayang" Abi sedikit terbahak mendengar Airin yang nampak malas membicarakan hal ini.

"Aku mau nembak kamu tapi ternyata kamu bilang ke aku kalau kamu suka sama Abimana, terus Abimana nya juga suka sama kamu. Ya udah aku ngalah dong, daripada aku sama Abim musuhan cuma gara-gara kita suka sama cewek yang sama"

"......." Airin terdiam menunggu lelaki di dapannya ini melanjutkan ucapannya.

"Sadar nggak sih sayang? Dulu itu kamu lebih sering sambatnya ke aku daripada sama Abimana, kamu nya salting terus kalo sama Abimana. Waktu kamu masih pacaran sama Abimana kan yang nganter kamu kemana-mana juga aku. Iya sih pacar aku banyak tapi keknya aku sayang nya masih tetep ke kamu. Sadar juga nggak sih kalau selama kamu melewati masa trauma, aku selalu ngajak kamu ngobrol di depan pintu kamar kamu sampai akhirnya kamu mau ngobrol dan mau keluar karena aku beliin kamu tiket konser sheila on 7. Keknya psikiater kamu kalah sama mas Duta, soalnya yang bikin kamu sembuh sampai sekarang adalah nonton sheila on 7 bareng sama Aku, Abim, Farah terus kalo nggak salah bapak sama mas Aldo juga ikut deh"

"......." mendengar cerita Abi, Airin menangis. Kalau dipikir-pikir ia tak punya rasa terimakasih kalau hanya dengan ancaman seperti itu saja membuat nya goyah kembali. Banyak orang yang sayang dengannya, banyak yang melindungi dia. Airin tidak sendirian dan tidak pernah dibiarkan sendiri.

"Makanya, kamu nggak boleh lemah. Kamu nggak kasian sama anak kita? Kamu nggak kasian sama aku, Bapak Ibu, Mama Papa sama yang lain juga kalau kamu terus kayak gini?"

"Tapi aku takut mas, kejadian itu seperti berputar di ingatan aku"

"Mas tau, tapi kamu jangan terpuruk lagi ya. Kita berjuang sama-sama, mas udah minta Levino sama Dirga buat bawa ini ke Mas Anton buat diselidiki"

"Aku nggak akan maafin siapapun yang mencoba buat ngerusak aku lagi mas, aku akan berusaha tetap kuat sampai akhir"

Perasaan Airin lebih tenang kali ini. Semangat yang Abi berikan benar-benar membuat nya lebih baik sehingga ia tak perlu khawatir karena banyak orang yang menjaga dan mengasihinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VARSHA: HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang