Leamore Amora's POV
Leamore Amora adalah nama lengkapku sejak lahir.
Amor. My sweet nickname.
Hanya orang-orang spesial, orang-orang tertentu, orang-orang terdekatku yang aku izinkan memanggilku dengan panggilan 'Amor'. Tapi entah kenapa, setiap kali panggilan manis itu keluar dari mulutnya, aku menyukainya. Sangat menyukainya.
Aku menikmati setiap kali ia memanggilku dengan panggilan 'Amor'. Seperti yang semua orang tahu bahwa Amor berarti Cinta. I love love, I love Amor, I love my name, I love myself. Kalau kita tidak bisa mencintai diri kita sendiri, maka kita juga tidak bisa mencintai orang lain dengan benar. That's what life has taught me all this time.
Mungkin nggak banyak yang tahu kenapa mamaku memberiku nama Leamore Amora. Sounds sweet. Sounds beautiful. Sounds romantic.
Berbanding terbalik dengan namaku yang begitu indah, kisah cinta yang mamaku miliki tidak seindah fairytale.
Mama memang hamil oleh suaminya tapi suaminya tidak pernah mencintainya, setidaknya itu yang kulihat dan percaya selama ini. Sampai akhir hayat menjemput sosok lelaki yang seumur hidup aku panggil dengan sebutan 'Papa' itu tidak pernah mencintai mamaku dengan tulus, dengan sepenuh hati, dengan benar. Memang tidak ada orang kedua, ketiga, keempat, and so on. Mama satu-satunya wanita di hidup papa. Tapi papa yang sangat melekat dengan predikatnya sebagai lelaki workaholic membuatnya menomorsatukan perkerjaan dan menomorduakan keluarganya sendiri. That is why I claimed that my dad never loves my mom truly. If he did love my mom dearly, he will never make my mom as his second option. Even worse, over his own job. What the fuck is that?
But that doesn't make me hate love. I still believe in true love. Hanya saja aku tidak tahu kapan cinta sejati itu akan berjumpa denganku.
Dan ya, mama sengaja memberiku nama itu sebagai bentuk harapannya agar papa bisa berubah suatu hari. My innocent mom really hopes that one day my dad will love her dearly. One day, but not only for a day. She wants it to be forever but she never even gets it for one whole day. One full day. What a dumb wish I could say.
Tapi aku tidak menyalahkan mamaku yang bersikap foolish seperti itu karena aku sadar bahwa terkadang cinta membuat kita buta, cinta membuat kita bodoh, bahkan tuli sekalipun.
And here we are. Aku tahu apa yang Pak Nelson maksud sejak kemarin. Melihat gerak-geriknya, aku sadar bahwa tingkahnya itu seperti laki-laki yang sedang kasmaran. Dan aku tahu siapa orang itu. Orang yang disukai oleh bossku itu.
Aku.
Jujur, aku tidak tahu. Otakku blank begitu saja. No thoughts appear.
Suara kecil yang hampir tak terdengar seolah berbisik bahwa aku tidak boleh menerima cintanya. I mean look at his family. They seem mysterious. As if they are keeping dark secrets within them. Intinya, mereka berbahaya. Dan jika aku bergabung masuk ke dalam keluarga besar itu, maka hidupku bisa berada di bawah bahaya juga.
Pak Nelson memang tidak memberiku penjelasan lebih lanjut. Kesimpulan yang bisa kubuat adalah The Adams family, his big family ada kaitannya dengan kelompok mafia.
Aku menghela nafas panjang. Tubuhku yang pegal-pegal linu dimana-dimana tidak membuat perasaanku lebih baik. Seharusnya dengan kondisi fisik yang selelah ini aku bisa tertidur dengan begitu nyenyak. But I can't. I just can't.
Otakku malah mengajakku berpikir keras. Di tengah-tengah malam begini.
Sudah lewat sebulan sejak Pak Nelson mengajakku untuk belajar bela diri pertama kalinya. Dan semalam merupakan hari terakhir aku dibekali ilmu bela diri. And yes, Pak Nelson sendiri yang mengajariku langsung. Tidak perlu ditanyakan seberapa sering kami skinship. Terlalu sering membuat aku lose count sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY EVER AFTER
RomanceLeamore Amora, gadis cantik mempesona yang baru saja lulus kuliah dan berhasil mendapatkan predikat sekretaris terbaik sepanjang masa di kantor tempat ia bekerja, PT. Alpha Prime Dei. Nelson Adams, sosok lelaki tampan, mapan, dan berwibawa yang menj...