Akhir dari kisah

83 12 7
                                    

Dering ponsel membangunkan tuan yang tertidur berselimut tubuh Pretty—gadis yang semalam menjadikannya nahkoda di sebuah kiduk kenikmatan—Lelaki itu meraih ponselnya, terpampang jelas nama Giovaro dengan ikon telepon berwarna merah dan hijau. “Apa?” dengusnya, setengah sadar.

“Lo nggak lihat jam berapa sekarang?” teriak Gio dari seberang. Lelaki itu lantas bangkit dari tidurnya, tergopoh mencari helai kain untuk menutupi tubuhnya yang kekar. Untung saja, kehebohan pemuda itu tak mampu membangunkan putri yang tengah terbaring bertelanjang.

Pukul 5.00 WIB, matahari pun sudah nampak setengah dari cakrawala. Berkali-kali lelaki itu mengumpat, bagaimana ia bisa tertidur? Padahal ia berniat begadang menunggu matahari terbit. Alih-alih kesal, ia justru tersenyum simpul. Malam yang luar biasa, tak pernah ia sesenang ini sebelumnya. Untung saja ia sempat membubuhkan kata-kata manis terakhir kepada Pretty. Mungkin Pretty akan lupa kejadian semalam, namun Ion tak akan lupa, ia pasti mengenangnya sebagai kenangan paling istimewa. 

“Selamat tidur Pretty kecilku, aku akan pergi. Terima kasih jamuan masa depannya. Ketemu lagi, di reinkarnasiku dengan wujud yang sama. Aku menyayangimu.” Begitulah ia berpamitan, dengan sedikit kecupan kecil di puncak kepala, menambah kesan manis sebelum berlenggang pergi.

“Lo dari mana aja sih? Lihat bunganya sebentar lagi layu, dan cahaya oranyenya akan memudar. Kalau terlambat bisa-bisa lo tidak jadi ke masa lalu." Baru saja sampai, Ion sudah disambut dengan cecaran menohok dari Giovaro.

“Sorry,” jawabnya santai seraya tersenyum tak bersalah. Tak ada aba-aba lelaki itu tiba-tiba berjalan masuk ke terowongan berbunga itu.

Untung Giovaro sigap menarik pergelangan tangan Ion. Kalau saja Ion masuk dengan pakaian dari masa depan, bisa-bisa Ion di seret oleh ayahnya dan di penjara sebagai penyusup. “Pakai ini dulu! Bisa-bisa lo dibunuh prajurit lo kalau pakai pakaian seperti itu.”

“Iya, ya.” Ion terkekeh menggaruk ceruk lehernya yang tidak gatal. 

Dengan mode kilatnya, lelaki itu mengenakan pakaian dari kerajaan. Dengan aksesoris berbahan emas di setiap detailnya. 

“Loh lo nggak ganti?” tanya Ion kepada Giovaro.

“Gue bakal disini terus, bersama Melinda.” Melinda adalah reinkarnasi dari Aurora kekasihnya dari abad ke 9. “Buat sejarah, biar gue tau lo sudah ketemu sama Risnani,” pintanya. Ion membalas dengan senyuman.

“Kalau gue masih belum ketemu Risnani, gue bakal kesini lagi nemuin Pretty.” Memang Ion tidak tahu diri, masih saja bergurau padahal warna oranyenya hampir seluruhnya putih.

“Cepet masuk!” Giovaro mendorong kasar mantan adik iparnya itu. Sehingga tepat setelah Ion masuk, warna oranyenya berganti warna putih. Dan portalnya melebur hilang. Giovaro bersyukur, Ion masuk tepat waktu.

KEMBALI KE ABAD KE 9

—866 M

Ingin sekali mengumpat kepada Giovaro. Bagaimana tidak, lelaki yang lebih tua darinya tiga tahun itu memberikan pakaiannya tanpa memberikan sepatu. Akibatnya, sepatu yang ia pakai tampak beda di kehidupan abad ini. Untung otak cerdas lelaki itu bekerja maksimal. Ia mengubur sepatu itu tak jauh dari lereng gunung tempat portal tadi terbuka. 

“Pangeran?” ucap terkejut salah satu warga yang melintas di tempat itu.

“Oh hay!” Seperti kepergok melakukan hal yang nakal. Lelaki itu justru melambai dengan senyum kotaknya. Sangat bodoh, benar-benar bodoh. Mengapa ia begitu bodoh sekarang? Apa efek siraman rohani kepada permaisuri masa depan itu? Siraman rohani yang membuatnya menjadi sehat jasmani. Ah, membayangkannya saja rasanya ingin lagi.

Orange Portal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang