2013

157 28 17
                                    

“Tempat apa ini?” kata pertama yang diucap Pangeran Ion setelah melihat semua suasana berubah. Benda-benda yang tertangkap oleh netranya pun tak pernah ia lihat sebelumnya. Asing, semua asing. Bahkan pakaian orang sekitar berbeda dengan dirinya.

Meski terik menyapa ubun-ubun, Raja Ion tak punya niatan untuk menanggalkan satupun benda di tubuhnya. Ia masih saja berjalan dengan lilitan rumit kain dari masa lampau. Banyak pasang mata menatapnya heran, namun Raja Ion tak peduli. Ia lebih tertarik mengetahui ikan besar yang mengeluarkan air, anak kecil-kecil yang turun dari bukit warna-warni, hingga orang dewasa yang sibuk dengan benda pipih di telinganya. Lantas dunia apa ini? Apa ia baru saja naik mesin waktu dan inilah dunia paralel yang sesungguhnya? Masa depan yang kelak ia langsungkan. Apa ini yang Pangeran Satya ungkapkan? Apa cintanya juga berada di sini? Beribu pertanyaan terbesit di benak. Namun, tak ada satu jawaban pun yang memuaskan hati mungilnya.

“Mah, apa Kakak itu mau pertunjukan drama?” celetuk pria kecil yang tangannya digandeng oleh wanita paruh baya.

“Mungkin," tebak sang ibu manggut-manggut, "dia sangat totalitas,” imbuhnya kepada sang anak. “Nak, boleh saya tahu ada pertunjukan drama dimana? Siapa tahu kami bisa menontonnya,” tukas perempuan itu kepada Raja Ion, sembari menghampirinya. Namun, orang yang diajak bicara hanya terdiam, pikirannya masih menyisir dalam lamunan.

“Kak, Kak!!” Anak kecil itu menarik-narik baju bawah milik Raja Ion. Raja Ion yang merasa terancam, lantas menatap tajam sang anak.

“Berhenti menyentuh saya!” sentak Raja Ion tegas, seraya menghempaskan tangan yang tadi menarik bajunya. Suara tegasnya membuat pria kecil itu menangis ketakutan. Wajahnya sangat ramah, namun sifatnya sungguh pemarah, begitu pikir lelaki kecil itu.

Raja Ion tidak peduli dengan tangisan membabi buta sang anak kecil. Meskipun sang ibu memaki, ia masih tak peduli.

Raja Ion tetap menapaki setiap jalan yang ada, ia tak menemukan orang yang ia kenali di sini. Ia juga terpisahkan oleh Pangeran Satya. Tujuan tinggalnya juga tak terpikirkan sedikitpun. Bahkan ia tidak menemukan kerajaan apapun disini. Ia butuh prajurit, ia takut ada yang mengganggunya disini. Setiap tapakan Raja ada waspada di dalamnya.

“Ion?” seru lelaki yang suaranya terdengar sangat jauh. Lantas pria bermahkota itu mencari sumber suara. Lelaki bermata sipit dengan jas hitam menyelimuti tubuhnya, tampak gagah dan berwibawa itu berjalan pelan ke arah sang Raja.

“Pangeran Satya?” Raja Ion terkejut, pasalnya yang ia lihat adalah Pangeran Satya, saudara kandung sang kekasih yang membawanya ke peradaban canggih ini. Pangeran Satya berubah dengan cepat. Bagaimana ia bisa langsung beradaptasi dengan lingkungan yang baru bagi dia? 

Lelaki berjas itu terkekeh akibat melihat ekspresi Raja Ion yang keheranan. Bahkan lelaki itu mengerutkan dahinya begitu dalam, “Ikut gue?” Gue? Bahasa apa itu? Siapa itu Gue? Apa nama Pangeran Satya menjadi Gue? Pikiran Raja Ion berisik dengan rentetan pertanyaan.

“Tunggu! Gue siapa? Apa namamu sekarang berubah menjadi Gue?” Pertanyaan dari Raja Ion menggelitik perut Pangeran Satya.

“Okay, gini. Gue bakal jelasin satu persatu. Tapi nanti, sekarang lo ganti baju dulu. Lo kayak pemain opera tau.” Raja Ion semakin pusing dengan perkataan Pangeran Satya. Bahasanya menjadi slengean, padahal Pangeran tahu, lawan bicaranya adalah seorang Raja, harusnya dia sopan terhadapnya.

"Saya tidak mengerti ucapanmu Pangeran? Bilang saja yang sebenarnya. Kita ada di kerajaan mana?"

"Stop berisik!! Ikut gue!" Pangeran Satya menggandeng Raja Ion menuju benda tumpangannya.

Lelaki bermahkota itu seperti orang linglung yang tidak mengerti apapun.

"Masuk!!" perintah Pangeran Satya menunjuk benda besi beroda yang sudah menunggu di tempatnya.

"Apa ini?" Raja mengernyitkan alisnya.

"Ini namanya mobil. Ini yang akan membawa kita kemanapun kita pergi," balas Pangeran Satya.

"Bukan kuda?"

Pangeran Satya justru tergelak mendengar pertanyaan polos dari Raja Ion. "Itu jaman dulu Ion."

"Kau berani dengan saya! Saya Raja!!"

"Bukan lagi sekarang," tukas Pangeran Satya.

***

“Lo mau yang mana?” tanya Pangeran Satya yang sekarang berganti nama menjadi Giovaro. Kini Giovaro membawa Raja Ion ke sebuah toko busana terkenal di negara itu. “Lo masih ragu gue Pangeran Satya, kakak Putri Risnani?” 

Tak berkata, Raja Ion hanya diam, netranya menelisik setiap sudut ruangan tersebut. Sangat asing, ia tak nyaman dengan suasana yang baru ini. Apalagi perbedaan dingin dan panasnya lingkungan yang sangat cepat. Ia heran, di luar ruangan suasana terasa panas, tetapi di dalam ruangan terasa dingin bahkan ia hampir saja muntah karena masuk angin. Apa karena benda persegi panjang dengan plastik bergambar bunga yang menggantung itu? Benda tersebut seperti menghembuskan angin dingin, dan membuat bulu halus di tangannya menegak.

“Woy!” pekik Giovaro, membuat Raja Ion tercekat.

“Kenapa kau meneriaki saya seperti itu? Kau berani dengan saya?” ucap Raja Ion tak mau kalah. Ia masih merasa menjadi raja yang harus disegani. Walaupun ia sudah berada di tempat dan waktu yang berbeda. 

“Kita disini sejajar, tak ada raja tak ada prajurit. Kasta kita sama, sama-sama manusia. Bahkan lo nggak punya apa-apa disini, seharusnya lo berterimakasih sama gue. Gue bisa kasih semua yang lo minta di sini,” jelasan Giovaro tak mampu menjelaskan otak Raja Ion.

“Lo masih bingung?” Pertanyaan itu dibalas anggukan oleh Raja Ion. “Gini, jangan pikirin masa lo yang kemarin, kita sementara hidup di sini. Lo rindu sosok Risnani ‘kan? Iya di sini tempatnya, bahkan kalau lo cari muka lo disini pasti ada. Karena apa? Karena reinkarnasi dari kehidupan sebelumnya. Perbedaan waktu zaman lo dulu itu ribuan tahun yang lalu dari masa kini. Pasti semua manusia yang ada di sini hasil reinkarnasi.”

“Baiklah saya mengerti, lalu apa yang harus saya lakukan di sini?”

“Lo harus beradaptasi, dan berganti nama dengan nama di masa sekarang,” tutur Giovaro. “Oh gue tau, nama lo udah cukup keren di sini, walaupun Ion adalah partikel yang melegakan orang dehidrasi. Gue panggil lo Ion, lo panggil gue Gio.” 

“Lo Gio, gue Ion? Begitukah?” Pengucapan Ion membuat Gio terbahak. Lelaki itu tak pernah melihat Ion seperti ini. Aura seorang raja mendadak hilang entah kemana?

Giovaro seperti sudah hapal dengan negara ini. Padahal beberapa waktu yang lalu, Ion bertemu dengan Gio dalam balutan Pangeran Satya. Entahlah, untuk sementara ini. Ia akan menuruti semua titah Gio. Meskipun derajat Gio lebih rendah dibandingkan Ion di kehidupan sebelumnya. Namun, dalam masa ini mahkotanya harus dipaksa turun demi bertahan di tempat asing bagi dirinya.

Ion pun lambat laun mulai tertarik dengan reikernasi seseorang. Bahkan ia juga bertemu dengan sosok yang pernah ia bunuh dalam peperangan dahulu.
.
.
.
.

Ion versi masa depan setelah beradaptasi

Ion versi masa depan setelah beradaptasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih yang udah vote ❤️


Orange Portal (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang