Bab 4 - I Can

132 19 13
                                    

Hoy hoy! Author kembali dengan kisah cinta Rayya-Airin. Ada yang kangen mereka? atau malah kangen sama batagor? Haha...

Maaf kalo update nya lama, soalnya lagi di kampung ini, hehe. Okay, lanjut aja yukkk^^

Next...

****

Airin kaget dengan permintaan Rayya. Belum pernah ada yang meminta hal itu.

"Rin, masih sadar kan?"

"Eh, maaf maaf. Ehm, gua masih gak yakin sebenernya. Maaf ya, Ray."

"Yaudah gapapa. Gua gak maksa, kok"

Setelah selesai makan batagor, mereka bertiga kembali ke kelas masing-masing. Saat sampai di tangga menuju kelas airin-lantai 3, Dani iseng menggoda Rayya dan Airin.

"Baek-baek di tangga, nanti lu kalo jatoh si Rayya lagi di kelas soalnya." sahut Dani.

"Emang kenapa kalo gua di kelas?" tanya Rayya bingung.

"Nanti lu gak bisa nangkep Airin, bwahahaha."

Rayya baru ingin menyahut, namun tawa Airin menghentikannya.

Airin tertawa lagi, cantik. Batin Rayya.

"Yaudah gua naik dulu ya, dahh."

Rayya melihat punggung Airin yang menjauh, rambutnya yang digerai seakan melambai-lambai.

"Biasa aja kali ngeliat nya, buset dah. Nanti dikira nafsu lu!" mulut Dani nyahut tanpa aba-aba.

"Maksud ahh.."

"Ciee..cieee, ada yang bete."

Rayya yang malas langsung meninggalkan Dani. Rayya langsung berjalan menuju kelas.

****
Bel pulang

Saat pulang, Rayya lewat gerbang depan. Hari ini ia juga tidak dijemput. Rayya jalan menuju gerbang ditemani Dani.

"Yaudah gua duluan ya, Ray. Selamat menunggu Airin." goda Dani.

"Maksud nih, Dani. Gak gua traktir batagor lagi baru tahu rasa lu."

Mendengar kata 'batagor' Dani langsung menenangkan Rayya.

"Jangan gitu dong, Ray. Sesama manusia kan harus saling berbagi."

"Demi batagor aja lu minta maaf."

"Sesama manusia juga harus saling memaafkan."

"Yaudah iya, gua maafin."

Dani dengan riang berkata "yess.." hal itu membuat banyak mata mengarah pada mereka.

"Katanya lu mau pulang. Kita kan beda arah." pekik Rayya.

"Yaudah gua pulang ya."

Rayya memang sengaja melihat Dani pergi dulu sebentar. Setelah itu, baru ia pergi. Baru beberapa langkah, ada yang memanggil namanya.

"Ray.."

Rayya menoleh, ia hapal suara itu, benar, Airin.

"Ray, ada waktu gak?"

"Ada, sih. Tapi mau ngapa---"

Belum sempat Rayya bicara sampai habis, Airin sudah menarik tangannya.

Airin menarik tangannya sambil berlari. Ia tak peduli pada mata yang melihatnya.

"Rin, tunggu dulu, ini mau kemana sih?"

"Taman." jawab Airin santai, sambil terus berlari tentu saja.

"Terus ngapain lari kalo cuma ke taman?" Rayya bertanya sambil mengatur nafas. Jarak dari sekolah ke taman tidak terlalu jauh. Jalan santai juga bisa.

"Anggap aja olahraga. Udah diem aja dulu."

Okay, akhirnya Rayya berhenti bicara. Rayya hanya melihat Airin yang ada di depannya. Lebih tepatnya melihat punggungnya itu.

****
Taman

Rayya masih capek oleh lari yang tidak direncana tadi. Rayya melihat Airin yang tidak keliatan lelah sama sekali, ia malah menghirup udara dengan gaya yang cantik. Sungguh, gayanya memang cantik.

"Rin..." Rayya berhenti sebentar, mengatur nafas. "Sebebernya mau ngapain sih?"

Airin menoleh, rambutnya juga ikut menoleh laksana model iklan shampoo.

"Ray, masih mah tau rumah temen gue?"

"Boleh kalo lu mau nunjukin."

"Tapi gua harus ngetes lu dulu. Gapapa kan?"

"Ngetes apaan?"

"Lu tau kan, orang bilang gua apa."

"Gak, emang apa?"

"Mereka bilang gua 'unik', bilang gua 'aneh'. Menurut lu itu bagus gak?"

"Kalo unik menurut gua bagus sih."

Airin memberi jeda sejenak. Lalu ia sedikit menunduk, kakinya di goyangkan seakan menendang udara.

"Tapi menurut gue, itu tuh bahasa halus dari 'berbeda' emang sih, dari kecil jalan pikiran gua agak beda.

"Kata mama gue, imajinasi gue tuh terlalu lebih. Gua pas kecil pernah kaya pura-pura punya temen bayangan. Biar ada yang ngerti gue aja gitu.

"Bukan berarti di rumah gak ada yang ngertiin gue, mereka ngerti, tapi gak ngerti banget.

"Nah, terus gua ketemu sama temen gua di kampung melayu itu. Dia baik, terus dia bisa tau pemikiran gua.

"Makanya gue mau ngetes elu, biar tau, lu itu sejalan gak pikirannya sama gue, bisa ngerti segala imajinasi gue apa gak.

"Hehe, gua aneh ya emang. Kalo lu gak mau yaudah gapapa, gue gak--"

"Gue bisa." kali ini giliran Rayya yang memotong omongan Airin. "Gue pasti bisa ngertiin imajinasi lu."

"Lu gak usah maksain diri sendiri, kok"

"Gua gak maksain, gua sebenernya juga aneh tau."

"Aneh gimana?"

"Gua gak percaya keajaiban." Rayya menjawab dengan tegas.

Airin hanya tersenyum. Rayya bingung, kenapa Airin senyum?

"Gue bakal bikin lu percaya keajaiban." Airin menjawab dengan riang. Rayya hanya menatap Airin.

"Karena, lo ketemu gue juga udah ajaib kan?" Airin meneruskan sambil tersenyum lebar. Sangat cantik.

Tanpa sadar, tanpa Rayya kehendaki, tangannya menyentuh tangan airin.

Bukan menyentuh, bisa dibilang menggemgam.

"Ray?"

--bersambung--

****

Ya allah, gaje banget ya? Maaf maaf.. Tapi semoga kamu suka. Tapi sorry kalo gak suka.

Tinggalin jejak vomment ya^^

Just info nih, ini masih awal banget ceritanya. Belum nyampe klimaks(?) pokoknya masih awal dan jauhhh banget dari kata 'tamat'

So, stay tuned untuk bab selanjutnya.

See ya:D



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Make A WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang