Ini mustahil bagaimana bisa ia berada di dunia novel.
Elisa Keinna Joscelyn, seorang gadis yang gemar membaca novel dan pencinta second male lead terdampar ke dalam novel kesukaannya. Elisa masih ingat saat itu ia sedang tidur setelah selesai membac...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak terasa sudah seminggu semenjak kedatangan Mira, hari-hari yang Elisa lewati sangat menyebalkan. Di mulai dari Aiza yang selalu mengganggunya, dia menggunakan berbagai cara agar Elisa di benci oleh semua orang. Aiza juga selalu mendekati Samudra dengan bantuan Mira, tapi pemuda itu tidak peduli dan mengabaikannya. Para fans fanatik Samudra juga selalu mengganggunya lebih tepatnya membully karena sang pujaan hati mereka semakin dekat dengan Elisa. Untung saja bullyan mereka tak parah jadi Elisa masih bisa melawannya. Namun anehnya hari ini mereka tidak mengganggunya, sepertinya mereka merencanakan sesuatu atau mereka kapok karena Elisa terus membuat mereka babak belur. Entahlah Elisa malas memikirkan itu.
Elisa baru saja keluar dari toilet tadinya ia ingin menahan saja panggilan alam ini karena sebentar lagi jam pulang, namun karena sudah tak tahan ia pun berlari secepat kilat ke toilet. Kini Elisa sedang berjalan di lorong, langkahnya terhenti ketika melihat Samudra yang sedang di marahi oleh guru piket. Bisa-bisanya pemuda itu menampilkan wajah datar saat sedang di marahi. Melihat respon Samudra yang seperti itu, guru piket menghembuskan napasnya.
"Samudra ini peringatan terakhir dari bapak besok kamu harus memakai seragam dengan benar." ucap guru piket
"Hm" balas Samudra
"Jangan mentang-mentang kamu pintar kamu bisa bebas melanggar aturan."
"Hm"
"Anak ini susah sekali di nasehatin sudahlah bapak pergi dulu."
Guru piket itu pun pergi. Samudra juga berniat pergi namun ada tangan yang memegangnya, tadinya mau ia tepis tapi begitu melihat siapa yang memegangnya ia membiarkan saja.
"Ananta" ucap Elisa
"Hm" ujar Samudra
"Lo di marahin ya sama guru piket."
"Ya"
"Makanya kalau pakai seragam tuh yang bener liat banyak banget yang lo langgar."
"Hm"
"Minus poin." ucap Elisa sambil menunjuk sepatu Samudra yang berwarna putih.
"Minus poin." menunjuk seragam Samudra yang di keluarkan.
"Minus poin." menunjuk seragam samudra yang memakai dasi asal-asalan.
"Minus poin." menunjuk rambut Samudra yang berantakan.
"Minus poin." ucap Samudra sambil menunjuk wajahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Elisa yang mendengar itu mendadak diam. Apa-apaan pemuda ini bisa-bisanya wajah setampan ini di bilang minus, mana pas bilang itu wajahnya datar lagi. Padahal kan Elisa menunjuk rambutnya yang berantakan bukan wajah tampan itu.
"Kalau itu mah gak minus pokoknya besok lo harus pakai seragam yang bener." ucap Elisa
"Ya" balas Samudra
Setelah itu Elisa dan Samudra berjalan menuju kelas. Bel pulang baru saja berbunyi, para murid mulai berhamburan keluar. Sepanjang mereka berjalan di lorong para murid menatap mereka iri, lebih tepatnya para kaum hawa iri melihat Elisa bisa dekat dengan Samudra. Melihat itu Elisa merapatkan tubuhnya ke Samudra lalu menggandeng tangan Samudra. Aiza menatap tingkah Elisa, ia menunggu Samudra menepis tangan itu. Namun nyatanya Samudra membiarkan saja. Aiza menatap benci Elisa, Elisa yang melihat itu tersenyum kemenangan.
"Elisa" ucap Samudra
"Iya? " ujar Elisa
"Mau pulang bareng? "
"Mau"
"Tapi gue mau ke rumah sakit dulu."
"Mau ketemu bunda ya? yaudah ayo ke rumah sakit dulu gue juga kangen mau ketemu bunda."
"Iya"
******
Kini Elisa dan Samudra sudah ada di rumah sakit, lebih tepatnya di ruang inap bunda Layla. Terlihat Elisa dan bunda Layla sangat akrab.
"Kalian udah makan belum? " tanya bunda Layla
"Belum bunda." ucap Elisa
"Ke kantin gih makan dulu."
"Biar Elisa aja yang ke kantin Ananta di sini jagain bunda."
"Gue aja." ucap Samudra
Samudra pun keluar. Kini hanya tersisa Elisa dan bunda Layla.
"Elisa" ucap bunda Layla
"Iya bunda." balas Elisa
"Kamu harus selalu ada di samping Ananta ya."
"Iya bunda tenang aja Elisa akan selalu ada di samping Ananta."
"Makasih Elisa."
"Iya bunda."
Obrolan mereka terus berlanjut, bunda Layla menceritakan dengan antusias tentang Samudra walaupun suaranya agak lemah, Elisa mendengarkan itu tak kalah antusias. Sampai mereka tidak sadar Samudra sudah ada di samping Elisa.
"Seru banget ya." ucap Samudra
"Iya dong kan ini lagi ngobrolin Ananta." ujar Elisa belum menyadari keberadaan Samudra.
"Ngomongin gue ya."
"Eh Ananta."
"Nih makan."
"Makasih Ananta."
Mereka pun mulai memakannya. Tak terasa hari sudah mulai gelap Elisa dan Samudra pun pamit kepada bunda Layla.