sebuah pernyataan

1K 21 0
                                    

Desi kesal lantaran Mardi semakin bermalas-malasan setiap harinya. Kerjanya hanya meringkuk di atas kasur bersamanya. Mengajaknya bercinta dari waktu ke waktu. Sore hari biasanya ia akan pergi tanpa memberitahu. Mau ke rumah teman katanya, tapi tidak ada alasan yang jelas mengapa pria itu mengunjunginya secara rutin.

Sebenarnya toh Desi senang-senang saja. Ia jadi tak merasa kesepian saat berada di rumah. Meskipun tubuhnya jauh terasa lelah sebab suaminya selalu meminta jatah. Dimanapun dan kapanpun.

Mereka tidur dengan kondisi telanjang, itu atas permintaan Mardi, biar tinggal masuk aja katanya. Kadang semalaman kontolnya sengaja tidak dilepas dari lubang hangat istrinya. Dan ia akan menggenjotnya meskipun Desi telah tertidur pulas.

Seperti tadi pada pukul 7 pagi. Suaminya yang kelebihan hormon itu sudah menggodanya. Mardi bangun lebih dulu, melihat kondisi tubuh istrinya yang polos, kejantanannya langsung bangun begitu saja. Selimut mereka entah sudah terlempar kemana.

Mardi kecup pipi kanannya sekali. Tangannya merambat naik ke atas perut rata perempuannya, mengelusnya dengan sayang. Ia bawa bibirnya mengecupi dada dan susunya yang menantang persis di depan mata. Dijilati areolanya, hingga sang istri melenguh terganggu.

Nghhh..

Lidahnya terjulur seperti anjing, keluar masuk membasahi pentilnya yang menegang dengan sendirinya. Jempolnya yang lain memelintir, menarik pentil berwarna pink itu sampai mengucurkan air susunya.

Shhh masshh..
"Mmmckh ckh.. pwagii dee.." sapanya dengan mulut yang masih tersumpal pentil susu.

Desi menyamankan posisinya. Menaruh lengannya untuk menopang kepala pria itu, kemudian mengusap rambutnya dengan sayang. Tubuh Mardi semakin menempel, kaki kirinya naik, pinggulnya bergerak menggesek kontolnya yang setengah tegang itu ke paha mulus milik istrinya.

Tangan kiri Mardi turun, membuka paha itu semakin lebar, kemudian menjamah tempiknya yang sudah basah. Ia buka labianya, gesek itilnya dengan menggunakan telunjuk. Dirematnya memek tembem itu dengan kasar dalam genggamannya. Tekan itilnya memakai jempol, dan keempat jarinya yang lain esek-esek brutal lubang memek yang kini semakin lengket itu.

Desi kelonjotan gak karuan. Tangannya menekan kepala Mardi agar semakin menyusunya. Berusaha mengimpit tangan bringasnya dengan menutup kedua paha, meskipun tenaganya kalah oleh kaki kiri Mardi yang menahannya di bawah sana.

Nghh ahh masssh...

Tiga jari masuk, mengobrak-abrik liang kewanitaannya. Merojoknya kasar, mengaduknya dengan tempo asal-asalan.

Clok clok clok ahhh.. Suara cabul itu semakin membangkitkan gairah Mardi. Memeknya bocor, tangannya yang masih di dalam becek oleh lendir dan air kencing dari istrinya.

Mashh udahh stopp.. Mardi tidak mau berhenti, apalagi mengasihi. Desi sangat kewalahan, kakinya gemetar, pinggulnya naik turun dan bergerak kanan kiri menghalau tangan Mardi yang semakin membabi buta bermain dalam lubangnya.

Begitu jemari Mardi lepas, kencingnya langsung mancur. Currr.. pinggulnya tersenggal-senggal tinggi membiarkan kencingnya keluar dengan bebas. Mardi menggosok lubang kencing itu dengan tangan kasarnya, perih dan nikmat yang dirasa. Ia tampar-tampar juga tempik tembem itu hingga sang empunya mengaduh kesakitan.

Mardi terkekeh melihat istrinya yang penuh peluh. Tampilannya makin berantakan karena ulahnya. Habis gimana ya, siapa sih yang gak tergoda disuguhi pemandangan tubuh bahenol di pagi hari?

"Tempiknya perih gak?" Tanya Mardi penuh perhatian.

"Engga, udah biasa, bentar lagi juga mendingan," jawab perempuan itu.

"Padahal kalo perih mau aku obatin."

"Gimana?"

"Aku bantuin lamotin memek kamu pake mulut."

"Halah enak di kamu itu mah."

"Loh emang kamu gak enak? Biasanya juga kalo aku lamotin, kamu sampe pipis pipis tuh," katanya meledek.

"Ck, diem deh. Udah sana aku mau mandi."

"Mandi bareng dong dekk.. mas mau minta tolong cukurin jembut juga ini."

"Ih gausah di potong aku sukaa."

"Kenapa tuh??" Tanya Mardi antusias penasaran.

"Soalnya kalo lagi esek-esek tuh enak gitu geli, bikin aku makin basah."

"Ah dek kamu mulai lagi. Kontol mas tegang nih."

"Kontolmu emang baperan mas, liat susuku aja udah ngaceng itu."

"Tau aja kamu dek."

Desi singkirkan tubuh Mardi, kemudian dia beranjak lebih dulu dari ranjang menuju ke kamar mandi. Tak hiraukan Mardi yang berjalan mengikutinya dari belakang, seperti anak kecil yang tidak mau berjauhan dengan ibunya. Emang ngeyel suami si Desi itu.

Posisi Desi membelakangi Mardi yang sedang memeluknya dari belakang sambil menyabuni tubuhnya. Mardi benar-benar menikmati kegiatannya. Sementara kontolnya kembali tegang, menyelip di antara bongkahan bokong istrinya yang besar itu.

"Mas bukannya males nggak mau kerja dek. Jujur aja sebenernya mas punya restoran seafood di kota. Udah lama banget dek, ibu juga udah tau. Maaf ya mas gak pernah bilang ini ke kamu. Niatnya mas mau surprise buat kamu, sengaja buat istri mas. Mas juga punya rumah di kota, dan rencananya mau ngajak keluarga kecil mas buat tinggal disana."

"Mas suka disini, tapi kan kamu tau sendiri kalo disini tuh apa-apa susah."

"Kalo nanti kamu hamil mas mau kita pindah ke kota ya. Jadi kalo semisal ada apa-apa penanganannya cepet. Mas juga jadi gak khawatir karna disana semuanya ada."

Desi mendengarkan dengan seksama pernyataan panjang lebar suaminya. Ia memutar tubuhnya dan menatapnya dengan air mata yang tertahan di pelupuk. Didekapnya suaminya erat, menggumamkan ucapan terimakasih kepadanya.

"Mas apapun itu aku akan ngikutin kamu. Aku yakin kamu selalu berusaha buat nyenengin aku. Disini atau di rumah baru kita nanti, rasanya sama aja mas. Kecuali kalo nggak ada kamu. Aku bakalan baik-baik aja selama ada kamu di sampingku mas.."

"Mas sayang adek, sayangg banget sama kamu sayang," bisiknya lembut di samping telinga istrinya.

Baru ketika mereka sadar akan keberadaannya, mereka berdua sama-sama tertawa. Bisa-bisanya mereka menangis dengan kondisi telanjang di kamar mandi.

"Lagian kamu, dari sekian banyak waktu kita malah milih ngomong di kamar mandi."

"Hehe waktunya belum pas dek. Kebetulan mas juga lagi gak lupa makanya ngomong, soalnya dari kemaren kamu keliatan bete banget liat mas di rumah terus."

"Ya gimana gak kesel, orang kamu kaya kesenengan gitu jadi pengangguran."

"Hee mana tega aku ngebiarin kamu makan cinta."

Mereka melanjutkan mandi, mandi yang disertai desahan-desahan merdu dari dalam ruangan kecil tersebut.

"Di rumah baru nanti ada shower sama bathtub nya dek. Jadi nanti kita pas mandi bareng gini gak capek berdiri, pegel tangan mas kalo harus gendong-gendong badan bahenol kamu ini."

"Ih kamu tuh ya pikirannya jorok terus. Kalo udah pindah aku gak akan ngebiarin kamu mandi bareng ya, aku mau kunci pintunya rapet-rapet biar kamu gak bisa masuk."

"Kunci aja, orang kamar mandinya pake pintu geser," ledeknya pada sang istri yang merengut lucu.

"Dasarr kamu mas."

Kisah Desi penjual jamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang