Someone From The Past

15 5 2
                                    


            Hangatnya sinar matahari menyambut tubuh Marcus saat keluar dari rumah. Pagi-pagi begini ia harus berangkat ke kantor. CEO bukanlah jabatan yang mudah seperti yang ada dalam film-film. Jadwalnya begitu padat. Menghadiri pertemuan ini dan itu tiada henti. Bahkan ia sampai kekurangan waktu untuk menemui gadisnya.

Marcus meminta supirnya untuk pergi ke rumah Julian terlebih dahulu. Ia ingin menemui Julian sebelum memulai berbagai kesibukan yang tengah menunggunya.

Sebuah cokelat Marcus masukkan ke dalam saku di balik jas hitamnya. Ia sudah sangat siap bertemu Julian.

Marcus mencoba untuk menghubungi Julian, tapi gadis itu tidak mengangkat ponselnya.

Pasti ia masih tidur.

Mobil Marcus berhenti di depan rumah Julian. Marcus keluar dari mobil dan menatap bangunan besar di hadapannya. Ponselnya masih setia berada di telinga. Sebuah suara akhirnya terdengar dari ujung panggilan.

"Keluarlah. Mau sampai berapa lama kau membuatku menunggu di sini?"

Marcus langsung memutuskan panggilan. Tak lama kemudian, pintu terbuka lebar menampakkan sosok Julian yang masih berantakan. Marcus hanya tertawa melihatnya. Rambut Julian tampak berantakan bahkan gadis ini belum sempat mencuci wajahnya.

Julian berjalan cepat ke arah Marcus. "Jadwalmu pasti padat sekali," Julian sudah tahu jika Marcus menemuinya pagi seperti ini tandanya ia akan memiliki hari yang sangat sibuk.

Tanpa berkata apapun, Marcus langsung menarik tubuh Julian dan memeluknya.

"Aku harap diriku tidak sibuk," Marcus membenamkan wajahnya di leher Julian. Feromon gadis ini bagaikan candu baginya.

Julian menepuk pelan bahu Marcus. Ia tahu jika Marcus merasa lelah dengan segala jadwal padatnya sekarang.

Marcus menatap Julian lalu mengeluarkan cokelat dari balik jasnya. Julian tersenyum melihatnya. "Lagi?" ucap Julian yang sudah hapal dengan perlakuan Marcus.

Marcus hanya menaikkan pundaknya acuh.

"Bagaimana jika aku gemuk. Apa yang akan dikatakan orang jika pengantin wanita berbadan besar? Jangan membuatku gagal diet." Julian mengomel. Marcus hanya diam. Julian memang seperti itu, padahal nantinya cokelat itu akan tetap ia makan. Ada apa antara wanita dan cokelat?

Marcus mencium kening Julian lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun karena Julian benci mendengar kata 'aku pergi'.

Mata Julian tetap menatap mobil Marcus hingga pergi. Sebuah senyuman manis terukir di wajahnya. Marcus membuatnya begitu senang di pagi hari. Itulah prianya. Dan akan menjadi miliknya seutuhnya.

Dengan wajah cerah dan bahagia, Julian kembali masuk ke dalam rumah. Padahal hanya sebuah perhatian kecil, tapi kenapa bisa membuat mood nya begitu baik?

"Apa Marcus datang?"

Julian menatap ibunya dengan binar bahagia di matanya. "Hanya untuk memberiku coklat."

"Terkadang perlakuan kecil yang tulus mampu menyentuh hati terdalam seorang wanita." ucap Nyonya Walton sambil tersenyum geli melihat semburat merah yang muncul di pipi Julian.

"Mommy berhenti menggodaku."

Julian langsung berlari ke kamarnya.

****

Marcus berjalan cepat menuju ruang rapat. Dia agak terburu-buru karena klient datang lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Rapat hari ini sangat penting mengingat nilai proyek kerjasama ini yang sangat besar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love And New YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang