Flower And Ring

63 47 16
                                    


Ferrari hitam begitu tenang melaju di jalanan yang tidak terlalu ramai. Malam semakin larut. Sudah waktunya Julian pulang.

"Sepertinya keluargamu menginginkan kita untuk segera menikah," ucap Julian menatap lurus ke jalan. Ia menyandarkan tubuhnya yang lelah. Matanya bahkan terasa berat. Ia mulai mengantuk.

"Kakek ingin melihat cucu pertamanya segera menikah. Ia selalu saja membahas soal umurnya yang sudah tua. Aku tidak bisa komentar."

Sebuah khayalan konyol terlintas dalam pikiran Julian. Ia tersenyum sendiri. Membayangkan mereka berdua menikah. Ia belum siap untuk hal itu. Tapi bagaimana dengan Marcus?

"Marcus, kapan kau berencana untuk melamarku?"

Sebuah pertanyaan tak terduga terucap begitu saja dari bibir Julian. Tanpa alasan yang jelas Marcus menjadi lebih gugup. Begitu santainya Julian menanyakan hal seperti ini seolah tanpa makna. Marcus tetap menahan pandangannya ke depan melihat jalanan.

"Apa ini sebuah kode untukku? Kau ingin aku cepat-cepat melamarmu?"

Julian mendesah pelan. Ia hanya bertanya tapi Marcus malah berpikir seperti itu. Siapa juga yang ingin menikah muda? Ia masih ingin berkarir. Tapi bagaimana jika Marcus melamarnya? Apa dia akan menolaknya hanya karena alasan karir?

"Berpikirlah sesuka dirimu," ucap Julian menatap kesal Marcus. Ia jadi sensitif dengan pertanyaan menikah.

"Memangnya apa yang kita tunggu? Orang tua kita sudah sama-sama setuju, bukan?"

Julian hanya menatap lurus ke arah jalan. "Entahlah. Sebenarnya apa yang kita tunggu? Aku juga tidak tahu."

Marcus tersenyum melihat gadisnya yang tampak kelelahan. Julian bahkan sudah melepas heels yang ia pakai. Kakinya begitu saja menempel di dasar mobil. Ia tampak mengantuk. Tapi ia tidak akan membiarkan Julian bisa tidur malam ini.

Mobil Marcus berhenti di depan rumah Julian. Gadis itu tampak malas untuk keluar.

"Kau mau aku untuk menggendongmu?" ucap Marcus jahil ke arah Julian yang sedang memakai heels miliknya kembali.

"Berhenti bercanda, Marcus. Aku tidak punya tenaga untuk berdebat denganmu."

Julian langsung membuka pintu mobil dan keluar. Matanya ingin segera menutup. Ia berjalan gontai menuju rumahnya. Tapi kemudian Marcus menarik tangannya sehingga berhadapan dengan pria itu. Julian terkejut dengan setangkai mawar merah yang disodorkan ke arahnya.

"Apa ini?" tanya Julian menatap curiga. Ia tidak melihat mawar ini di mobil tadi.

"Aku ingin mewujudkan keinginan hatiku," Marcus tersenyum manis.

Julian masih menatap aneh Marcus. Bahkan sekarang rasa ngantuk sudah hilang dari dirinya. Pria ini benar-benar membuat dirinya jungkir balik.

"Ayo kita menikah!"

Mata Julian membulat sempurna. Marcus terlihat serius. Julian yakin ini bukan candaan seperti biasanya. Ia tidak percaya jika Marcus akan mengatakannya malam ini. Benar-benar mengejutkannya.

"Kau melamarku?" tanya Julian meyakinkan diri.

"Sudah selesai waktu untuk bercanda. Sekarang saatnya untuk serius."

Julian menatap mata biru milik Marcus. Ada kesungguhan di sana. Rasa gugup tiba-tiba menghampiri. Pikirannya seolah keluar dari otaknya. Sungguh tak terduga.

Love And New YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang