Prolog

13 1 0
                                    

Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, Rangga hidup dalam kesunyian yang menyesakkan. Meskipun dia tinggal di lingkungan dengan keluarga yang tampak lengkap—bukan dalam kemewahan, tetapi juga bukan dalam kekurangan—kehidupan Rangga jauh dari kebahagiaan.

Ayah Rangga, seorang pegawai negeri yang dikenal keras dan disiplin, menyimpan amarah yang meledak-ledak di balik ketegasan sikapnya. Setiap kesalahan kecil Rangga, sekecil apapun, sering kali berakhir dengan pukulan dan teriakan yang menggema di seluruh rumah. Ibunya, seorang ibu rumah tangga yang lembut, berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Rangga, namun sering kali harus berdiam diri, tertekan oleh kekuasaan suaminya.

"Jika kamu membuat kesalahan lagi, kamu tahu apa yang akan terjadi!" teriak ayahnya malam itu, suaranya menembus dinding dan hati. Rangga hanya bisa menundukkan kepala, tubuhnya bergetar ketakutan.

Hari-hari di sekolah tidak jauh lebih baik. Rangga berjuang keras untuk mencapai prestasi, berharap bisa mendapatkan sedikit penghargaan dari ayahnya. Namun, meski dia berprestasi di luar rumah, di dalam rumah dia hanya mendapatkan amarah dan kekecewaan.

"Kenapa kamu selalu mengecewakan ayah?" teriak sang ayah, nada suaranya penuh frustrasi.

Di luar rumah, Rangga menghadapi kenyataan pahit. Teman-teman yang seharusnya dekat sering kali mengecewakannya, dan cinta pertamanya, seorang gadis bernama Nadia, meninggalkannya dengan alasan yang melukai hati. Nadia, yang sering membicarakan sahabatnya kepada Rangga, ternyata berselingkuh dengan pria yang sering dipuji-puji Rangga sebagai sahabatnya sendiri.

Nadia mengungkapkan, "Aku butuh lebih dari sekadar janji-janji kosong. Aku mencari sesuatu yang lebih nyata, dan itu tidak ada padamu." Kalimatnya menyisakan luka yang dalam dan menusuk.

Kini, Rangga berjuang di bangku kuliah, berusaha keras meraih gelar sarjana. Namun, dosen yang tidak adil dan tekanan akademis yang berat membuatnya sering kali merasa putus asa.

"Nilai seperti ini tidak akan membawamu lulus," kata dosen dengan nada dingin dan tak berbelas kasih.

Rangga juga bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya kuliah, namun tempat kerjanya tidak memberikan lebih dari frustrasi.

"Kamu tidak akan mendapatkan promosi dengan kinerja seperti ini," gerutu bosnya setiap kali Rangga berusaha memberikan yang terbaik.

Setiap hari terasa seperti perjuangan yang tak berujung. Rangga merasa terperangkap dalam lingkaran penderitaan.

"Mengapa hidupku selalu penuh kesulitan?" tanyanya pada diri sendiri saat malam menyapa, tubuhnya lelah dan pikirannya dipenuhi keputusasaan.

Dalam kesendirian yang mendalam, Rangga menyadari bahwa dunia ini, meskipun penuh janji dan keindahan, hanya memberikan penderitaan yang tiada akhir. Kesehatan mentalnya semakin memburuk akibat tekanan yang datang dari segala arah. Tidak ada tempat yang aman, tidak ada orang yang benar-benar bisa dipercaya.

Kisah Rangga adalah tentang seorang pria yang, meskipun berasal dari keluarga yang lengkap, ia terperangkap dalam lingkaran kesialan dan penderitaan. Dari cinta, keluarga, teman, hingga perkuliahan dan pekerjaan—semuanya hanya membawa luka dan kekecewaan.

Dalam Kota Jakarta yang penuh dengan keputusasaan, apakah masih ada secercah harapan bagi Rangga? Ataukah hidupnya akan berakhir dalam kepedihan yang tak berkesudahan?

---

LUKA TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang