Episode 9: Parasit dalam Jiwa

1.3K 8 0
                                    

Setelah pernikahan yang seharusnya menjadi awal dari kebahagiaan, Della dan Amin menemukan diri mereka terjebak dalam situasi yang jauh dari kata bahagia. Della merasakan ketidakpuasan yang semakin hari semakin mendalam setiap kali bercinta dengan Amin. Kepribadian si Budak yang menyamar sebagai "hati kecil" terus memanipulasi Della, membuatnya merasa gelisah dan tidak puas.

"Aku tidak tahu apa yang salah denganku, Amin," keluh Della suatu malam setelah mereka bercinta.

Amin memandangnya dengan penuh kekhawatiran. "Mungkin kita butuh waktu lebih untuk menyesuaikan diri, Dell. Aku di sini untukmu," kata Amin, mencoba menenangkan Della meskipun dalam hatinya dia merasa semakin cemas.

Namun, situasi semakin memburuk. Della yang dipengaruhi oleh kepribadian si Budak, mulai mencari pertengkaran dengan Amin. Hal-hal kecil yang seharusnya bisa diatasi bersama berubah menjadi konflik besar. "Aku tidak bisa terus seperti ini, Amin! Kau tidak mengerti apa yang kurasakan!" seru Della dalam satu pertengkaran. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Dell? Aku mencoba sebaik mungkin, tapi sepertinya itu tidak pernah cukup," jawab Amin dengan frustrasi.

Pada malam-malam tertentu, kepribadian si Budak mulai menyusupkan kenangan saat Della dan Dokter Jo bersetubuh ke dalam mimpi Della yang asli. Dalam tidurnya, Della mulai mengigau, menyebut nama Dokter Jo. "Dokter Jo...ahhhh enakkk" gumam Della dalam tidurnya, tanpa sadar. Amin, yang mendengar itu, terbangun dengan marah. "Apa maksudmu dengan Dokter Jo, Della?" teriaknya, membangunkan Della. Della terbangun dengan terkejut. "Apa yang kau bicarakan, Amin?" tanya Della bingung. "Kau mengigau tentang Dokter Jo! Apakah kau berselingkuh dengannya?" tuduh Amin dengan kemarahan yang memuncak. "Tidak! Aku tidak pernah berselingkuh! Aku tidak ingat mengigau apapun tentang Dokter Jo," bantah Della dengan keras, air mata mulai mengalir di pipinya. Meski begitu, keraguan dan kemarahan Amin tidak mudah mereda. Ketidakpercayaan mulai merusak hubungan mereka yang sudah rapuh.

Di klinik, performa kerja Della mulai menurun. Dokter Jo memanggilnya untuk berpura-pura menunjukkan empati. "Della, aku melihat performamu menurun belakangan ini. Apa yang terjadi?" tanya Jo dengan nada penuh perhatian. "Aku... Aku merasa tertekan, Dok. Banyak hal yang terjadi di rumah," jawab Della dengan suara lirih, merasa bingung dengan perasaannya sendiri. "Aku mengerti. Jika ada yang bisa kubantu, jangan ragu untuk memberitahuku," kata Jo, menepuk bahu Della dengan lembut.

Namun, setiap malam, kepribadian si Budak dan Jo bercinta tanpa sepengetahuan Della yang asli. Dalam pertemuan mereka, mereka mulai merencanakan sesuatu yang lebih besar. Jo membisikkan ide-ide licik ke telinga si Budak, merencanakan bagaimana Della bisa segera bercerai dengan Amin. "Kita harus membuatnya semakin tertekan hingga dia tidak punya pilihan selain meninggalkan Amin," kata Jo dengan nada penuh rencana. "Aku akan memastikan dia semakin membenci Amin setiap harinya," jawab si Budak dengan senyum licik.

Hari-hari berlalu dan Della semakin merasa tertekan. Pertengkaran dengan Amin semakin sering terjadi, dan dia tidak tahu bagaimana caranya keluar dari lingkaran setan ini. Suara "hati kecil" itu terus membisikkan kata-kata negatif, membuatnya semakin merasa terpecah. "Tinggalkan Amin, tidak ada gunanya bersama dengannya," bisik suara itu setiap malam.

Amin juga merasa semakin putus asa. "Kenapa kita tidak bisa menemukan jalan tengah, Dell? Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Amin dengan penuh keputusasaan suatu malam. "Aku tidak tahu, Amin. Aku merasa bingung kenapa kamu selalu ga bisa mengerti yang kurasakan," jawab Della dengan air mata mengalir di pipinya.

Jo semakin memperketat cengkeramannya pada Della. Setiap malam Dokter Jo dan kepribadian Della si Budak bertemu di klinik, Jo memberikan saran pada si Budak tentang bagaimana agar hubungan Della dan Amin semakin retak. "Kau harus membuatnya percaya bahwa Amin tidak pantas untuk Della," bisik Jo dengan nada manipulatif. "Setelah mereka bercerai, lalu apa rencana tuan?" tanya Della si budak dengan manja sembari mengecup bibir Dokter Jo. "Aku sudah menyiapkan hadiah besar untukmu sayang, karena itu cepatlah buat mereka bercerai," bisik Jo lembut sembari membalas kecupan bibir Della.

Della mulai merasakan keraguan yang semakin besar terhadap pernikahannya. Setiap kali Amin mencoba mendekatinya, dia merasa semakin jauh. Kepribadian si Budak mulai mendominasi pikirannya, membuatnya semakin sulit untuk memahami perasaannya sendiri. "Kau tidak bahagia dengan Amin. Kau harus meninggalkannya," bisik suara itu dengan intensitas yang semakin meningkat.

Suatu malam, Della berteriak pada Amin tanpa alasan yang jelas. "Aku tidak tahan lagi! Aku merasa seperti tidak ada yang mengerti aku!" teriaknya. Amin, yang merasa semakin frustrasi, hanya bisa menggelengkan kepala. "Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu bahagia, Dell?" tanyanya dengan suara yang hampir putus asa. Della tidak bisa menjawab. Dia hanya tahu bahwa dia merasa semakin hampa dan bingung. Suara "hati kecil" itu terus menghantuinya, membuatnya merasa semakin terjebak dalam dilema yang tak berujung.

Di klinik, Jo terus memanfaatkan situasi ini. Dia memanggil Della ke ruangannya setiap kali melihat tanda-tanda kelemahan. "Della, kau harus mengambil kendali atas hidupmu. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam pernikahan yang tidak membahagiakan," katanya dengan nada yang seolah peduli.

Della hanya bisa mengangguk, meskipun dalam hatinya dia merasa semakin terpecah. Kepribadian si Budak semakin leluasa membisikkan suaranya, membuat Della merasa semakin tidak mengenali dirinya sendiri.

Setiap malam, rencana besar Jo dan si Budak semakin mendekati kenyataan. Mereka tahu bahwa Della semakin mendekati titik puncak. "Kita hampir berhasil. Dia akan segera meninggalkan Amin," bisik Jo dengan senyum kemenangan sembari memeluk Della si Budak. "Aku senang sekali tuan, setelah mereka bercerai, aku bisa terus bersama tuan setiap saat," balas Della si budak.

Namun, dalam kedalaman hatinya, Della yang asli masih berusaha melawan. Dia tahu bahwa sesuatu yang salah sedang terjadi, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya melawan. Perang batin yang dia hadapi semakin menguras tenaga dan emosinya.

Hari-hari berlalu, dan Della merasa semakin terjebak dalam lingkaran setan yang diciptakan oleh Jo dan Kepribadian Della si Budak. Amin, yang merasa semakin tidak berdaya, hanya bisa berharap bahwa mereka bisa menemukan jalan keluar dari krisis ini.

Namun, dengan setiap malam yang berlalu, rencanaJo dan Della si Budak semakin mendekati kenyataan. Della yang asli semakinkehilangan kendali, dan masa depan pernikahan mereka semakin terlihat suram.Perang batin Della semakin mendekati titik puncak, dan dia tahu bahwa dia harusmembuat keputusan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Della: A Tragic NTR Brainwashing StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang