Episode 10: Cengkraman (with 18+ Content)

2K 11 0
                                    


Pernikahan Della dan Amin akhirnya mencapai titik puncaknya. Setelah banyak pertimbangan yang dipengaruhi oleh "hati kecil"nya yang sebenarnya adalah kepribadian si Budak, Della memutuskan untuk bercerai. Dia merasa tidak ada pilihan lain selain meninggalkan Amin, meskipun sebagian dari dirinya merasa hancur oleh keputusan ini.

"Amin, aku rasa kita tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," kata Della dengan suara bergetar saat mereka duduk di meja makan.

Amin terdiam, matanya terpaku pada wajah Della. "Apa maksudmu, Dell? Kita bisa mencoba lagi, kita bisa pergi ke konseling," kata Amin, suaranya penuh harap.

Della menggelengkan kepalanya, air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku sudah mencoba, Amin. Aku merasa semakin tertekan dan tidak tahu bagaimana lagi caranya. Aku ingin bercerai," katanya dengan tegas.

Amin merasakan dunianya runtuh. "Kenapa, Dell? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya, suaranya hampir tak terdengar.

"Aku tidak bisa menjelaskan, Amin. Hanya saja, aku merasa ini yang terbaik untuk kita berdua," jawab Della dengan sedih.

Amin terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk mengubah keputusan Della. "Jika itu yang kau inginkan, aku tidak akan menghalangimu," katanya dengan suara bergetar.

Proses perceraian berjalan cepat. Amin sangat terkejut dan sedih, tetapi dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menahan Della. Hatinya hancur melihat wanita yang dicintainya pergi, tetapi dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari mereka bisa menemukan kebahagiaan masing-masing.

Setelah perceraian, Della merasa campur aduk. Di satu sisi, dia merasa lega karena telah membuat keputusan yang sulit, tetapi di sisi lain, dia merasa kehilangan dan hampa. Namun, suara "hati kecil" itu terus membisikkan bahwa dia telah membuat keputusan yang benar.

Suatu malam, setelah Della menetap kembali di apartemennya, Dokter Jo datang berkunjung. "Aku mendengar tentang perceraianmu. Apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada perhatian.

Della mengangguk, meskipun dalam hatinya dia merasa bingung. "Aku baik-baik saja, Dok. Hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri," jawabnya.

Jo tersenyum tipis, lalu mendekati Della. "Aku di sini untukmu, Dell. Kau tahu itu, kan?" katanya sambil menatap Della dalam-dalam.

Della merasa aneh melihat tatapan Jo. "Terima kasih, Dok," katanya sambil mencoba tersenyum.

Jo kemudian mengaktifkan kepribadian si Budak dengan kata-kata kunci yang telah diprogramkan sebelumnya. "Hai Budak," bisiknya pelan.

Mata Della terbelak seketika, ekspresinya mendadak berubah drastis, kepribadian si Budak muncul dan menguasai tubuhnya. "Aku senang bisa melayani Tuan lagi," katanya dengan nada yang lebih lembut dan penuh penyerahan.

Jo tersenyum puas. Dia mulai mendekati Della dengan niat yang sudah jelas. "Bagus, sekarang lepaskan pakaian luarmu," perintahnya.

Della mengikuti perintah Jo tanpa ragu. Dia melepas kaos abu abu dan rok hitamnya satu per satu, sampai menyisakan bra berwarna abu abu dan celana dalam. Dia berdiri di hadapan Jo. Dokter mendekatinya, mengelus pipi Della dengan lembut sebelum mencium bibirnya dengan penuh gairah. Della membalas ciuman itu dengan antusias, kepribadian si Budak sudah lama menantikan momen ini.

 Della membalas ciuman itu dengan antusias, kepribadian si Budak sudah lama menantikan momen ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar 5. Ilustrasi Bra yang sedang dipakai Della malam itu


Jo mulai memandu Della ke kamar tidur. Di sana, dia mengeluarkan tali yang telah dipersiapkannya. Dia mengikat tangan Della ke kepala ranjang dengan tali kulit sementara kaki Della diikat dengan tepi ranjang, membuatnya tidak bisa bergerak. "Kau milikku malam ini, Budak," bisiknya di telinga Della.

Della mengangguk patuh. "Ya, Tuan. Aku milikmu sepenuhnya," jawabnya dengan nada penuh gairah.

Jo mulai mencium dan menjilat leher Della, membuatnya mengeluarkan desahan pelan. Tangannya menjelajahi tubuh Della, meremas payudaranya dengan kasar, membuat Della semakin bergairah. Dia menurunkan bibirnya ke payudara Della, menghisap putingnya dengan ganas, membuat Della mengerang dengan keras. Sementara itu, Dokter Jo mengeluarkan vibrator lalu menancapkannya dengan kasar. Jo kemudian mengaktifkan vibrator itu dengan kecepatan maksimal. Tubuh Della segera tersontak, "ahh tuann ahhhh ahhhhh ahhhhh," Della menjerit kesakitan sekaligus penuh kenikmatan.

"Tuan ahhhh ahhh, tolong...aahhhh ahhhhhh ahhhhhh aku mau lebih ahhhhhh," rintih Della dengan nafas tersengal.

Jo tersenyum sadis, menikmati penderitaan sekaligus kepatuhan Della. Jo kemudian mengambil alat akupuntur elektrik dari meja samping tempat tidur, menguji intensitasnya dengan sentuhan kecil pada kulit Della. "Kau harus menderita untuk merasakan kenikmatanmu, Budak," katanya dengan nada tegas.

Della mengerang setiap kali sengatan listrik mengenai kulitnya, tetapi dia tidak melawan. Rasa sakit itu justru membuatnya semakin bergairah apalagi dipadukan dengan vibrator kecepatan maksimal yang mengaduk aduk vaginanya. "Terima kasih, Tuan ini nikmat sekali," katanya dengan suara serak dan tubuh yang mengejang hebat akibat vibrator sekaligus alat akupuntur elektrik itu. Sprei kasur berantakan akibat tubuh Della yang gemetar hebat. Desahan dan erangan keluar dari mulut Della, kenikmatan dan kesakitan berpadu menjadi satu di tubuh Della.

Setelah puas menyiksa Della dengan alat itu, Jo melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Della. Dia memutar tubuh Della sehingga dia berlutut di tempat tidur, tangannya menggenggam kepala ranjang. Jo berlutut di belakangnya, menundukkan tubuhnya untuk mencium punggung Della sebelum menurunkan celana dalam dan melepaskan bra Della. Jo kemudian memasukkan penisnya ke dalam vagina Della dari belakang. "Sekarang kamu adalah anjing betinaku," bisik Jo

Della menjerit ketika Jo menembusnya dengan kekuatan penuh sembari menarik tangan Della ke belakang dan menjambak rambut panjannya dengan keras. Della kesakitan namun di saat yang sama dia merasakan kenikmatan. "Ya, Tuan, lebih keras!" teriaknya, merasakan gelombang kenikmatan dan rasa sakit yang bercampur aduk.

Jo terus bergerak dengan ritme yang intens, memukul pantat Della setiap kali dia mendorong masuk. "Kamu juga ikutan goyang dasar lonte!" kata Jo dengan kasar. Della menaati perintah Jo, dia mencoba menggoyangkan pinggulnya seirama dengan gerakan Jo. Vagina Della begitu penuh dengan kontol Jo, sementara itu program yang ditanam di otak Della melipat-gandakan rangsangan yang dia terima, "aaaaahhh ahhhhh enak bangeeeettt tuan!" seru Della bergetar.

Tangan Jo beralih dari menjambak rambut Della, berganti mencengkram leher Della dengan kasar dari belakang. Della merasakan tubuhnya bergetar dengan setiap dorongan, kenikmatan yang luar biasa melingkupi seluruh tubuhnya. "ahhhhh Aku milikmu, ahhhhh Tuan, ahhhhh hanya milikmu selamanya," katanya dengan suara yang gemetar dipenuhi gairah.

Jo mempercepat gerakannya, tangannya sesekali menampar pantat Della, "Faster my slave!" seru Jo. Della pun patuh dan menggerakkan pinggulnya dengan lebih cepat, "baik tuan," jawabnya. Della merasakan gelombang klimaks mendekat, "tuan sepertinya aku mau keluar, apakah boleh?" Jo menjawab dengan anggukkan sembari tetap menyundul G-spot Della lewat penisnya yang besar. Dengan satu dorongan terakhir, dia mencapai puncaknya. Della merasakan ada cairan yang mengalir keluar dari vaginanya, dia juga mencapai klimaks yang sangat kuat, tubuhnya bergetar hebat, "ahhh tuan, benar benar nikmat rasanya, terima kasih sudah memuaskan budakmu yang ga berguna ini," kata Della dengan lirih akibat dipenuhi kenikmatan. Jo tidak menghiraukan kata kata Della dan terus menggerakkan pinggulnya.

"Sedikit lagi," kata Jo di dalam hati. Della yang masih terengah-engah akibat kenikmatan berkata dengan manja, "tuan, kan sekarang sudah tidak ada lagi Amin si penghalang itu, tuan boleh ga crot di dalam saja, Della kepengin merasakan cairan sperma tuan masuk ke tubuh Della." Mendengar hal itu Jo tersenyum, "tentu saja boleh budak." Jo pun mempercepat gerakannya sambil terus menampar pantat Della, "yes, I am coming, ahh," kata Jo sembari menyemburkan cairan spermanya ke dalam vagina. "Ah tuan, nikmat sekali rasanya, cairan dari tuan menghangatkan tubuh Della," Della menanggapi dengan manja, tampak wajahnya memerah.

Jo kemudian menarik diri dan berbaring di samping Della sembari memeluk tubuh langsing Della yang berkeringat, Jo mencium keningnya dengan lembut. "Kau adalah budak yang sangat baik," bisiknya. Della tersenyum puas. "Terima kasih, Tuan, Della sangat sangat puas, Della ingin selalu bersama tuan, sudah cukup Della menahan diri selama ini harus berbagi tubuh dengan Della yang asli," katanya dengan suara lemah namun penuh kepuasan.

Della: A Tragic NTR Brainwashing StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang