The bonds.
.
.
.
."Kazekage-sama!"
Gaara menghentikan kegiatannya yang awalnya sibuk menandatangani ribuan dokumen, ia mendongak ketika seorang pegawai kantor Kazekage datang dengan tergesa-gesa. Lelaki malang yang sedang mengadu kepada Gaara bahkan Gaara sampai dapat melihat keringat di pelipisnya. Ada apa gerangan?
Gaara bertanya, "Apa yang terjadi?"
"Maafkan saya, Kazekage-sama! Mungkin saya sangat kurang ajar sekarang karena menganggu pekerjaan anda, tapi!" Pegawai tadi berlari kencang sampai ia hampir menubruk meja Gaara. Ia memberikan selembar kertas semacam brosur kepada Gaara. Gaara pun menatap kertas itu.
"Apakah, apakah anda memang setuju jika anda diberitakan seperti ini?" Pegawai tadi menggebrak meja, karena ketidaksengajaannya akibat terlalu antusias dan berdebar.
Gaara membaca brosur itu. Ada wajahnya di sana. Itu.. Lukisan wajahnya, kan? Karena Gaara tidak ingat dia pernah tersenyum menggoda seperti di gambar itu. Gambar itu menunjukkan Gaara yang duduk di atas kursi singgasananya sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya seolah menggoda para gadis. Dengan tulisan di bawahnya : Diberitakan bahwasannya Kazekage akan menikah dengan wanita yang dianggap cocok sebagai kandidat nyonya Kazekage.
Meski tidak ada embel-embel sayembara, Gaara merasa ini sudah cukup menyiratkan sebuah sayembara, bukankah begitu?
"Ini pasti pekerjaan para tetua," Gaara mengusap-usap kasar rambut jabriknya. Ia bahkan tidak bisa marah karena dia ingat dia memang setuju dengan ide tetua yang akan mencarikan dia pasangan. Ini bukan perlombaan, tapi siapa yang tidak mau menikah dengan Kazekage?
"Bagaimana ini, Kazekage-sama? Baru semalam brosur ini ditempel di alun-alun kota, tapi warga kita tepatnya para anak gadis sudah berkerumun di depan kantor! Jika bukan karena pengawal, pasti mereka sudah berteriak-teriak meminta pendapat Kazekage-sama!"
"Apa? Mereka semua ada di area gedung kantor?" Gaara terkejut. Ia mungkin terlalu fokus bekerja sampai Ia tidak mendengar samar-samar suara pekikan para gadis. Saat Gaara memfokuskan pendengarannya, ternyata memang ada suara melengking. Gaara kira, itu hanya suara angin yang bergesekan dengan ranting.
"Mereka semua menggila, Kazekage-sama. Beberapa orangtua yang bekerja di kantor administrasi Kazekage juga diteror oleh orang-orang yang berhasil masuk. Mereka meminta penjelasan ini. Dari kabar yang saya kumpulkan, menurut mereka ini adalah hal bagus."
"Ini bahkan bukan perlombaan. Aku hanya menunggu para tetua membawa kandidat yang menurut mereka bagus." Gaara memijat keningnya.
"Bagaimana ini? Bagaimana ini, Kazekage-sama?? Saya khawatir akan ada korban jiwa." Pegawai itu menggigit kuku jarinya. Tampak gentar. Padahal ini bukanlah hal serius, ya kan? Dia hanya terlalu berlebihan.
"Tidak mungkin ada korban jiwa, Yobio. Kau berlebihan." Gaara mengusap pelan wajahnya. Ia berpikir bahwa ia harus segera memberikan klarifikasi sekarang. Gaara memberikan perintah kepada Yobio, pegawai yang sedari tadi berinteraksi dengannya itu.
"Yobio, berhenti panik. Sekarang atur formasi dengan pengawal, beritahukan kepada pengawal untuk mengatur barisan para warga. Aku akan berbicara kepada mereka semua dari lantai atas. Akan berbahaya jika aku turun sekarang, aku merasa seperti akan habis dicabik oleh gadis gadis itu." Gaara memberi arahan. Gaara bukannya takut melawan para warga, tapi tentu saja tidak mungkin bagi Gaara untuk melukai warganya sendiri. Maka akan lebih baik jika Gaara menyampaikan kalimatnya dari atas gedung kantor Kazekage.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen (continue) (SasuSaku)
FanficJika dihadapkan dengan pilihan antara menjadi nyonya Uchiha atau nyonya Kazekage? Sakura akan memilih yang mana? (LANJUTAN chapter 2 dari @UchiUzu_)