15. Titik Kehancuran

222 27 7
                                    

Ada banyak hal indah didunia ini yang tidak sengaja Nafa rasakan, mungkin salah satunya ini. Setelah kejadian dia mual lusa lalu, dia memutuskan untuk ke dokter sendiri tanpa Revan karena Revan kerja dan dia tak mau menganggu kesibukan Revan. Dokter menyatakan bahwa dirinya tengah hamil muda dan usia kandungannya baru menginjak 6 minggu. Tak percaya dengan apa yang dokter kandungan katakan itu, Nafa membeli alat testpack di apotek terdekat.

Kedua tangannya bergetar dan matanya menatap tak percaya pada garis dua yang ada di testpack tersebut. Kata syukur dia ucapkan dan air mata itu tak terasa jatuh membasahi pipinya. Mungkin ini akan menjadi hal terindah yang terjadi pada kehidupannya. Nafa hamil. Sembilan bulan kedepan dia akan dipanggil ibu dan Revan akan dipanggil Papa.

Impian terbesarnya menjadi orang tua dan dipanggil Ibu oleh anaknya akan terwujud. Hal bahagia seperti ini harus dia beri tahu pada revan. Sepulang kerja nanti Nafa akan bilang pada Revan kalau dirinya kini sedang hamil anak Revan.

Nafa keluar kamar mandi dengan perasaan yang sangat bahagia. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar dan menyimpan hasil test kehamilan itu ditempat yang aman di lemari baju mereka. Kemudian dia segera menghubungi suaminya untuk mengabarinya bahwa Revan harus pulang cepat.

"Kenapa sayang?"

"Kamu pulang jam berapa kira kira?"

"Sore, jam 4 aku sampai rumah. Kenapa?"

"I have something for you!" ucapnya dengan suara yang terdengar bahagia.

"Apa tuh?"

"Nanti dirumah aku tunjukin!" ucapnya dengan antusias.

Revan terkekeh disebrang sana, "Oke. Mau aku bawain apa?"

"Boleh enggak bawain bapao ayam sama soto?"

"Laksanakan Ratukuuu!" ucap Revan.

"Oke, aku tunggu dirumah." balas Nafa.

"Love you!"

Kemudian Nafa menutup panggilan tersebut dan melempar ponselnya ke kasur mereka. Dia menghembuskan nafas panjang, kenapa rasanya sangat bahagia? kepala Nafa sudah berisik dari tadi yang mengatakan bahwa dia harus segera membeli perlengkapan bayi bersama Revan, dia harus mendesain kamar bayi mereka dan mereka harus cepat cepat menciptakan nama untuk anak mereka.

Nafa tertawa sendiri karena fikirannya sangan random sekali, toh perutnya saja belum membesar kan?

Suara ketukan pintu rumahnya terdengar, Nafa dengan malas melangkahkan kakinya keluar kamar menuju pintu rumah mereka demi mengecek siapakah yang datang siang siang begini? apakah itu Revan? Nafa membuka gorden dan kedua alisnya menyatu. Untuk apa dia datang kemari dengan barang barang yang dia bawa?

"Permisi?"

Nafa dengan rasa penasaran itu membuka pintu rumahnya, "Iya? Ada apa?"

"Nafa? Aku ada perlu sama kamu."

"Oh? silahkan masuk, Ra."

Nafa mempersilahkan Zahra masuk. Zahra tersenyum dan membawa barang yang dia bawa untuk masuk ke dalam rumah Nafa. Nafa mempersilahkan Zahra duduk dan Nafa duduk di depan Zahra. Ada perasaan tak yakin yang bergejolak di dada Zahra untuk mengatakan yang sebenarnya pada Nafa. Sudah 6 bulan lamanya dia menahan ini semua dan titik lelahnya itu semalam.

Zahra sudah memikirkan ini selama berbulan bulan dan dia sudah tak kuat lagi. Meski sudah 3 bulanan ini Revan tidak menghubunginya, tetap saja dadanya merasa ada yang janggal dan kata hatinya mengatakan bahwa dengan Zahra menyimpan barang barang pemberian suami orang itu tidaklah benar.

Love In Trouble : Revan | RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang