❄️04❄️

464 77 28
                                    

❄ HAPPY READING ❄

'Ketoplak!

'Ketoplak!

'Ketoplak!

A/N : Plis, jangan baca ketoprak :v

Lima kuda hitam memasuki panti, dengan lima kesatria berzirah gagah yang mulai turun dan mendekat ke arah pintu panti. Sala—putri pemilik panti tersenyum senang.

"Selamat datang!"

Sam—putra pemilik panti juga menyambut seraya tersenyum lebar. "Selamat datang, wahai grand duke serta para kesatria kekaisaran!"

Sang grand duke yang disebut tidak menyahut. Penutup wajah tidak bisa menampilkan bagaimana air mukanya, tapi tatapan tajam dari kedua netra biru itu bisa mengekspresikannya. Tetap saja, kedua orang yang sepertinya terlalu bodoh karena sebuah harta tidak tahu.

Luther, salah seorang kesatria yang paham segera maju. Ia memberi senyum terpaksa.

"Ya. Kami menerima salam kalian," katanya. Sam dan Sala tak henti-hentinya tersenyum lebar. Itu membuat Luther mengernyit tidak suka.

"Silahkan masuk! Silahkan masuk!" kata Sala mempersilahkan. Sang grand duke masuk bersama Luther, sementara kesatria lain tidak ikut masuk. Mereka menjaga kuda agar tetap pada posisinya.

Sam mengkode Sala agar pergi kearah belakang guna mengkondisikan anak-anak. Sala yang mengerti segera mengangguk, ia berkata terlebih dahulu.

"Mohon maaf. Saya harus pergi terlebih dahulu," kata Sala lalu beranjak pergi. Sam tersenyum lebar. Ia mempersilahkan agar Luther dan sang grand duke duduk.

Sala pergi ke belakang panti. Disana ada beberapa anak yang ditugaskan untuk mencabuti rumput.

"Kalian!" serunya menghentikan kegiatan. Anak-anak segera berhenti. Arme menoleh kearah belakang, sang putri pemilik panti sedang berdiri disana seraya berkacak pinggang.

"Cepat pergi ke kamar kalian masing-masing!" kata Sala. Anak-anak menurut. Semuanya langsung bubar dari belakang panti, meninggalkan pekerjaan yang tidak terurus. Arme juga menurut.

Untuk saat ini.

Setelah memastikan bahwa taman belakang panti telah kosong sepenuhnya, Sala pergi ke ruang cuci. Disana masih ada anak-anak yang bekerja dibawah perintahnya. Ia tidak ingin semua itu diketahui oleh tamu kehormatan yang datang hari ini.

Arme yang ada didalam kamar mengintip dari dalam.

'Pasti pedagang manusia.'

Dirasa sudah aman untuk keluar, Arme menyusup lewat jendela menggunakan kursi. Membutuhkan waktu yang cukup lama karena pendeknya tubuh.

"Sial...." umpat Arme kala tubuhnya jatuh tepat diatas tanah. Untung tidak ada yang patah, walau sikunya lecet akibat tergores. Arme berdiri. Ia mengendap-endap menuju depan panti. Semua orang pasti sedang ada didalam panti. Jadi, di luar pasti sepi.

Ini halaman panti. Arme mengintip dari balik semak-semak.

'Hm... Jika itu pedagang, seharusnya ada semacam kereta barang kan?'

Transmigrasi Arme Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang