0.7. Tentang dia

115 5 0
                                    

Sudah terlewatkan dua minggu ini sebagai bodyguard. Arshaka sudah memahami apa saja yang harus dikerjakan sebagai pengawal keluarga Fanegar, tak jarang ia akan selalu bertemu musuh yang ingin menyakiti majikan nya. Terutama nona Nayla, tidak diluar rumah maupun sekolah. Arshaka harus berjaga ketat agar tak seorangpun menyakiti nona mudanya itu.

Minggu adalah jadwal pekerjaan libur, sebagian bodyguard maupun pekerja lain memilih menghabiskan waktu berjalan-jalan diluar serta melakukan aktivitas lainnya. Tapi jika ada panggilan mendadak, mereka harus bergegas untuk datang tanpa terlambat.

Arshaka meluangkan waktunya berolahraga dihalaman depan, dia sudah berkeringat banyak karena menghabiskan dua jam lebih untuk mejaga bentuk tubuhnya. Dihalaman depan bukan dirinya saja yang sendiri, tapi ada pak Batri serta pak Tomo yang main catur.

"Kau tak ada lelahnya untuk berolahraga selalu. Padahal tubuhmu sudah lumayan bagus," ujar pak Batri.

Arshaka tersenyum tipis, sangat tipis. "Sudah kebiasaan, jadi kalau tidak melakukan ini seperti ada yang kurang." Arshaka meminum habis air dalam botol khusus.

"Sesekali luangkan waktumu untuk bersantai, seperti kami berdua," seru pak Tomo.

Arshaka mengelap wajahnya dengan handuk kecil. "Saya paling menggambar atau baca buku untuk menemani waktu luang lainnya. Saya selalu menghabiskan waktu di dalam rumah," terangnya.

"Intopek sekali dirimu ini nak," kata pak Tomo.

"Introvert, Tom. Kau ini sudah tua sok Inggris," koreksi pak Batri dan sedikit mencibir.

"Salah nyebut kata doang," dengue Tomo.

Arshaka terkekeh pelan. "Kalau begitu saja permisi masuk, mau bersih-bersih," katanya buat pamit dari halaman depan.

"Yowes, kau sudah sarapan nak?" tanya pak Batri.

"Sudah pak, tadi bi Inu ngasih saya soto lontong padang," jawab Arshaka.

"Yaudah, sekarang kamu istirahat dulu sebelum ada tugas dadakan," timpal pak Tomo.

Arshaka mengangguk, ia mulai pergi setelah berpamitan kembali. Pintu masuk tentu melewati bagasi besar, disana ada pak Saem yang sedang mengutak-atik mesin mobil. Karena Arshaka penasaran, ia mendekat tanpa diketahui pria baya itu.

"Pak Saem, sedang apa?" tanya Arshaka yang mengejutkan pria baya itu.

"Eh! Astaga naga! Nak Shaka, kamu membuat bapak hampir jantungan," dumel pria itu sambil mengelus dadanya.

Arshaka menggaruk pipinya tak gatal dan menyengir bersalah. "Maaf pak, lagian serius banget. Emangnya ada apa pak?"

"Ini toh nak. Mesin mobil tiba-tiba mogok, saya perlu menjemput tuan besar segera mungkin sebelum waktu pulang tiba. Saya telepon bengkel, mereka hari ini nutup," kata pak Saem.

"Boleh saya cek dulu mesin mobilnya?" izin Arshaka untuk melihat mesin apa yang membuat mobil itu mogok.

"Boleh nak." Pak Saem segera menghindar, dia mempersilahkan gadis tomboy itu untuk mengecek mesin mobilnya.

Arshaka dengan teliti mengecek mesin mobil. "Pak, seperti ada kemacetan dalam mesin dinamo. Kalau begitu, biar saya saja yang memperbaiki mesin mobil ini," kata Arshaka setelah menemukan permasalahan mobil pajero hitam ini.

"Owalah, sepertinya saya lupa ganti oli. Kalau tidak salah delapan bulan lalu baru saya ganti," ujar pak Saem.

"Yaudah, dimana kotak alatnya pak?" tanya Arshaka. Gadis itu menaruh handuk dan mobil di kursi plastik yang tak jauh dari posisinya.

"Tunggu, biar bapak ambil kotak alatnya." Pak Saem segera berlari masuk ke bagasi, ia akan mencari apa yang dibutuhkan gadis tomboy itu sekarang.

Arshaka membenarkan ikat rambut asalnya, membuat helaian rambut lainnya dibiarkan begitu saja. Tentu pemandangan seperti itu menjadi tontonan buat pembantu wanita yang lewat disana, ada yang meneguk ludah, ada yang mengigit kuku, ada yang menganga kagum, ada yang menahan pekikan karena terpesona. Tapi ada juga yang mencibir Arshaka mau itu wanita ataupun pria.

𝘼𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙔𝙤𝙪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang