chapter 4

11 2 0
                                    

Hari ini, Lucas tidak terlambat datang ke sekolah dan sudah duduk di kursinya saat guru datang. Tapi ia tidak memperhatikan sang guru, seperti biasa, pikirannya sedang memikirkan hal lain.

Tidak terasa, bel pulang pun sudah berbunyi, tetapi Lucas tidak pulang ke rumah, ia berencana untuk pergi ke suatu toko untuk membeli barang yang akan ia butuhkan nanti. Setelah selesai berbelanja, Lucas kembali ke rumahnya untuk mandi, makan, dan bersiap untuk pergi lagi. Ia memakai jaket hitam, baju hitam, celana hitam, dan sepatu hitam. Ia tidak menggunakan tas selempang lagi, tapi ia memakai tas ransel dengan ukuran yang cukup besar, didalamnya ada banyak barang yang beragam.

Lucas melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 21.00, Lucas pun beranjak kembali ke sekolah misteriusnya itu.

Begitu sampai di sekolah, Lucas berkeliling dari lantai 1 sampai lantai teratas, ia memperhatikan setiap sudut dengan detail.

"Lucas? Tumben kau yang pertama datang." Kai lah orang kedua yang sampai di sekolah, kebetulan ia bertemu dengan Lucas yang sedang berada didepan ruang kelas.

"Ya, aku ingin memastikan sesuatu." Lucas mendekat ke arah Kai yang membuat Kai terkejut.

"Hari ini kau aneh.. Kau datang lebih cepat lalu kau mendekat kearah ku, padahal biasanya kau menjaga jarak." Kai tersenyum simpul ke arah Lucas.

"Dengar Kai, jika nanti kita terpisah dan sesuatu yang buruk terjadi, kau harus langsung keluar dari pintu hitam itu. Jika kau menemukan suatu mahluk, larilah atau bersembunyi." Ucap Lucas dengan muka serius dan memberikan Kai secarik kertas.

"Kenapa? Apa kita akan berpisah? Kau tahu sesuatu kan, katakan padaku." Kai mengambil kertas itu dan kembali menatap Lucas.

"Gunakan kertas itu jika darurat, ini hanya kalau kondisi terburuk terjadi. Sekarang sudah pukul 21.48, harusnya Jack dan Dion sudah menunggu kita di gerbang sekolah." Lucas berjalan melewati Kai.

"Hey, kau sangat aneh." Kai mengikuti Lucas yang berjalan ke gerbang sekolah.
.
.
.
"Ah, ternyata kalian sudah datang, ku pikir kalian telat." Dion menghampiri Kai dan Lucas yang baru saja keluar dari sekolah.

"Kami berkeliling sebentar." Kai tertawa kecil.

"Sekarang kita hanya harus menunggu pukul 22.00 dan mencari pintu itu kan?" Jack bersender di tembok.

"Ya, 10 menit lagi pukul 22.00" Ucap kai yang melihat ponselnya.

"Kita masuk dan menunggu didepan tangga." Ucap Lucas dan berjalan masuk ke dalam sekolah lagi.

"Ha, kenapa?" Dion bertanya tetapi masih mengikuti Lucas ke arah tangga, begitu pun Kai dan Jack.

"Karena firasat ku mengatakan pintunya akan muncul dibawah tangga." Lucas duduk di salah satu anak tangga dan mengeluarkan senter dari tasnya. "Keluar kan senter kalian."

"Aku membawa semua yang kau suruh kemarin." Kai mengeluarkan senter dari tas ransel kecil miliknya, begitu pun dengan Dion dan Jack.

"42 detik lagi." Lucas melihat jam miliknya lalu berdiri.

"...." Semuanya tidak berbicara, suasana menjadi hening dan mencengkam.

Tiba-tiba tanah bergetar, mereka terkejut dan mengira itu gempa bumi, tapi getaran itu berhenti dalam beberapa detik. Lucas langsung mengecek sekeliling tangga, dan benar saja, pintu hitam itu muncul tepat di bawah tangga.

"Pintunya benar-benar muncul di bawah tangga.. Bagaimana kau bisa tahu?" Jack terkejut dan mendekati pintu itu.

"Entahlah. Sekarang coba buka pintu itu." Ucap Lucas yang menyuruh Jack membukanya.

Jack yang mendengar itu meneguk ludahnya dan memegang knop pintu itu, Dion dan Kai sudah bersiap di belakang Jack. Tetapi saat Jack mencoba membuka pintu hitam itu, ternyata pintu hitam itu terkunci.

"Hey ini terkunci, padahal kemarin tidak. Apa yang harus kita lakukan?" Jack menghela nafas dan berbalik melihat ke arah Lucas.

"Ini aneh, apakah pintu itu bisa kadang terkunci?" Dion memegang dagunya dan seperti memikirkan sesuatu.

"Lucas, kau tahu cara membukanya kan?" Kai berpaling melihat ke arah Lucas.

'Hari ini terkunci ya. Kalau begitu kita harus menyiapkan mantra.' Batin Lucas yang mengeluarkan kapur dari tasnya lalu berlutut di dekat pintu itu untuk menggambar sesuatu.

"Apa yang kau lakukan?" Kai bingung dan sedikit membungkuk untuk melihat apa yang Lucas lakukan.

"Menyiapkan mantra untuk membuka pintu hitam ini." Lucas masih fokus menggambar sebuah lingkaran dengan beberapa tulisan aneh.

"Kau bahkan tahu mantra untuk membuka pintu ini.. Darimana sebenarnya kau tahu?" Dion menatap serius ke arah Lucas.

"Entahlah. Aku hanya kebetulan tahu." Lucas selesai membuat lingkaran mantra dan berdiri menatap Dion.

"Sudahlah mau Lucas tahu darimana pun itu tidak penting kan? Bukankah bagus bahwa ia tahu banyak hal jadi dia bisa membantu mu mencari liontin mu?" Ucap Kai untuk menghentikan Dion.

"Benar, maaf." Dion langsung terdiam.

"Selanjutnya apa?" Jack masih bersandar di tembok sambil melihat ke arah Lucas.

"Darah." Lucas mengambil pisau kecil dari tasnya lalu menggores telapak tangannya yang membuat darahnya mengalir di lingkaran mantra yang tadi ia buat.

"Lucas! Kau mengeluarkan terlalu banyak darah, itu bahaya!" Kai menarik tangan Lucas.

"Tenanglah. Ini sudah selesai." Lucas mengambil perban lalu melilitkannya pada telapak tangannya.

Setelah beberapa detik, lingkaran mantra itu bersinar, yang menandakan bahwa mantranya berhasil.

"Apa berhasil?" Jack mendekat lalu membuka knop pintu hitam itu dan berhasil terbuka.

"Kalau begitu ayo masuk!" Dion langsung jalan mendekati pintu hitam itu tapi tangannya di tahan oleh Lucas.

"Sebelum masuk pakailah gelang ini." Lucas mengeluarkan 4 gelang dari kantong jaketnya.

"Untuk apa gelang ini?" Kai mengambil satu gelang itu dan memakainya. Begitu pun dengan Dion dan Jack.

"Untuk berjaga-jaga." Lucas juga memakai gelang itu lalu berjalan masuk kedalam pintu hitam.

Mereka berempat pun masuk kedalam pintu hitam. Ternyata begitu masuk mereka langsung ada disebuah lorong panjang. Lorong itu cukup besar jadi mereka berempat dapat berjalan bersama. Di dinding lorong itu pun ada beberapa lilin yang membuatnya tidak gelap.

"Lorong? Sepertinya sangat panjang, aku tidak bisa melihat ujungnya." Kai menyipitkan matanya untuk melihat ke ujung lorong.

"Apa kau akan menjatuhkan batu lagi seperti sebelumnya?" Jack bertanya sambil melihat sekeliling.

"Tidak. Kita dapat menemukan pintu hitam ini dengan cara lain." Lucas mulai berjalan sambil memegang dinding lorong.

"Bagaimana caranya?" Dion ikut berjalan mengikuti Lucas, begitu pun dengan Jack dan Kai.

"Kita akan mencari suatu mahluk. Mahluk itu dapat mencari benda atau pintu hitam itu." Lucas masih tetap berjalan lurus ke depan sambil memegang dinding lorong.

"Jadi kita harus menemui mahluk itu agar bisa menemukan liontin dan pintu hitam itu?" Dion sedikit terkejut karena mereka harus meminta bantuan dari suatu mahluk.

"Tapi dimana kita dapat menemukan mahluk itu?" Jack  juga terkejut dan mulai melihat sekeliling lagi.

"Entah di dekat sini atau masih jauh." Lucas masih memikirkan sesuatu, karena mereka harus memancing mahluk itu keluar.

'Benar, mahluk di halaman 66 itu susah ditemukan. Tapi bisa jika..' Entah Lucas harus membuat lingkaran mantra lagi, atau memancingnya dengan cara lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
What will happen next?
To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang