III.

2 0 0
                                    

Viona sudah memiliki kehidupan sendiri di kota
barunya yang kini Ia tinggali dan Dapin pun juga sebaliknya. Namun, mereka masih berkomunikasi dengan baik entah
sebatas chat ataupun call disaat mereka senggang.

Tak jarang salah paham dan berkelahi sering terjadi di antara mereka tetapi selalu ada salah satu pihak yang berusaha untuk mengalah agar
mereka tak renggang. Viona benar-benar sudah menikmati pertemanan ini.

Berbeda dengan Dapin, semakin hari Ia
semakin tertarik dengan Viona. Tiba hari Dimana Viona balik ke kota asalnya untuk
liburan semester. Hal itu disambut ceria oleh kedua insan ini. Mereka sudah merencanakan untuk saling bertemu saat itu.

Sesampainya Viona di Kudus, Dapin menjemputnya di rumahnya untuk mengajak Viona keluar main.

"mo kemana ni kita" tanya dapin.

Viona yang tidak tau ingin kemana pun hanya menaikkan kedua pundaknya tanda tidak tahu.

"yauda naik dulu dah lo" pinta dapin sambil
menurunkan foot step untuk Viona.

Disepanjang jalan mereka asyik mengobrol dan
bercerita sambil berkeliling kota terlebih dahulu karena mereka berdua benar-benar bingung mau kemana.

"lo udah makan belom, Pin?" tanya Viona.

"udah sih tadi, lo gimana? Apa mo makan aja kita?"

"gua juga udah makan nih. Gimana kalo kita
nongkrong aja? Biar kita lebih enak juga ngobrolnya" usul Viona.

"boleh juga tuh idenya. Kebetulan gua tau tempat
nongkrong disekitar sini."

Setelah beberapa menit mereka berkeliling, akhirnya mereka sampai di tempat yang sudah seperti Dapin bilang tadi. Mereka berhenti di depan tempat kopi "Pak Dhe".

Katanya tempat ini salah satu tempat untuk berkumpulnya Dapin dan teman-temannya. Dapin pun segera berjalan dahulu dan disusul
oleh Viona dibelakangnya. Mereka segera memesan minuman untuk mereka berdua. Viona yang tidak tahu mau pesan apa pun lebih memilih untuk menyamakannya dengan Dapin.

Tak terasa sudah 2 jam mereka mengobrol dan juga bercanda bersama. Viona pun mengajak Dapin untuk pulang karena mengingat orangtua Viona yang agak strict parents. Dijalan pulang pun mereka masih saja bercanda. Ada saja
celotehan Dapin yang membuat mereka berdua tertawa seperti dunia hanya milik mereka berdua.

Mungkin orang yang tidak tahu mereka akan mengira mereka sepasang kekasih yang sedang tertawa bersama namun nyatanya mereka hanyalah sebatas teman.

Sesampainya di depan rumah Viona, mereka segera berpamitan.

"lo beneran gamau masuk dulu, Pin?" tawar Viona.

"ga deh gausa udah malem juga gaenak sama ortu lo kalo jam segini bertamu"

"yauda kalo gitu hati-hati ya pulangnya, kabarin kalo dah sampe" jawab Viona.

Dapin segera tancap gas untuk pulang. Setelah beberes, Viona merebahkan dirinya di kasur. Ia membayangkan ulang apa yang sudah terjadi hari ini. Perasaan yang sudah lama tak pernah Ia rasakan akhirnya terasa lagi. Namun Viona tetap
denial dengan semua ini. Ia tidak mau menghancurkan pertemanan ini hanya karena perasaannya saja.

Destined to be TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang