25. Guilty

439 53 50
                                    


[Part ini panjang 4k+word, dan diriku mager milah-milah untuk ngedit, jadi kalau ada yang janggal boleh tolong kutip aja ya love, gomawo❤️]

***

Jam satu malam. Saat seluruh penerangan telah diredupkan, satu orang yang terjaga tampak masih berkeliaran di wilayah dapur. Bias lampu yang berasal dari lemari pendingin, kini menjadi satu-satunya penerangan bagi seseorang yang terlihat hanya berdiri diam sembari menilik isi yang ada di dalam sana.

Satu apel merah menjadi pilihan akhir pada pertimbangan yang cukup panjang. Taehyun melangkah mundur saat berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi, sekarang dia kembali terdiam memikirkan cara untuk memakan apel yang sudah ada di genggaman tangannya. Sejak kecil, Taehyun tak terbiasa mengkonsumsi buah apa pun yang masih terdapat lapisan kulit di bagian luarnya.

"Pisau," gumamnya bermonolog.

Taehyun berjalan menuju laci penyimpanan khusus pisau dengan segala jenis bentuk dan ukuran. Semenjak Yeonjun hadir sebagai penghuni baru dalam unit apartment itu, dapur dan lemari pendingin mereka menjadi lebih berisi daripada biasanya. Konon, selain sangat suka makan, Yeonjun juga memiliki ketertarikan lebih pada kegiatan memasak. Karena belum sempat memiliki kegiatan rutin harian yang mengharuskannya meninggalkan rumah, Yeonjun menjadi lebih mudah ditemukan di area dapur pada sehari-harinya. Tiga penghuni lama pun tak ada yang protes akan hal itu, lagi pula, rasa makanan yang Yeonjun buat juga masih terbilang normal dan layak untuk dikonsumsi manusia.

Satu pisau dengan bilah berukuran dua puluh sentimeter menjadi pilihannya. Taehyun membawa pisau tersebut menggunakan tangan kirinya yang menggantung di samping badan. Lemari pendingin dia biarkan terbuka, bias cahaya dari lampu yang terdapat di dalamnya dia manfaatkan agar area dapur tidak terlampau gelap.

Sampai di mini bar, Taehyun sudah siap untuk mengeksekusi apel yang berada di tangan kanannya. Namun, diamnya terjadi lagi. Apelnya masih utuh, dan telapak tangannya mulai ikut mendingin menyamai suhu apel yang berasal dari dalam kulkas.

Taehyun menelan ludahnya sendiri dengan sulit, dia tak bisa melepas tatapnya dari bilah pisau yang seolah tampak sedang merayunya untuk melakukan dorongan intrusif yang bersifat inferior. Tumpukan pertanyaan acak seperti Bagaimana jika; apa yang akan terjadi; seperti apa rasanya, dan semacamnya kini sedang berputar cepat mengisi ruang kosong di otaknya. Fenomena tak lazim itu cukup berhasil untuk membuat dadanya berdebar dan bulu halus di sekujur tubuhnya meremang. Taehyun menggigit bibir bawahnya, matanya sukar untuk berkedip, pikirannya berkecamuk.

"Taehyun-ie, kau tidak bisa menggunakan pisau sebesar itu hanya untuk mengupas sebuah apel,"

Yeonjun datang dari arah punggungnya, bersamaan dengan lampu gantung yang menyala di atas meja mini bar.

"Apa lagi dengan kondisi gelap seperti tadi, salah-salah kau bisa memotong tanganmu sendiri," lanjut Yeonjun sembari merampas pisau di tangan adiknya dengan gelagat waspada.

Yeonjun kembali menyimpan benda tajam tersebut ke tempat asalnya, lantas mengambil pisau lain yang ukurannya jauh lebih kecil. Membuka sisi laci sebelahnya, Yeonjun juga turut mengambil satu mangkuk dan garpu untuk dia bawa.

"Mau lakukan sendiri?" Yeonjun menaruh pisau kecil itu di hadapan Taehyun yang masih tak bergeming.

Perlahan bola mata Taehyun bergulir menatap Yeonjun dengan ekspresinya yang sulit diartikan, tangannya terjulur untuk menyodorkan apelnya ke hadapan sang kakak.

Yeonjun tersenyum tipis, tanpa ragu ia meraih apel yang Taehyun beri. Diambilnya lagi pisau kecil yang baru saja ia letakkan di atas meja. Yeonjun beranjak menuju wastafel guna mencuci apel yang ia bawa, juga sekaligus mensterilkan tangannya sendiri. Setelah yakin keseluruhannya sudah bersih dan steril, dengan terampil Yeonjun mulai menguliti seluruh bagian merah pada sisi luar apel. Di tengah aktivitasnya, Yeonjun sesekali mencuri tatap ke arah Taehyun yang tampak kembali larut dalam lamunannya.

TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang