Chap 11 💕 Girls Day Out

9 0 0
                                    

Selepas jam terakhir kuliah, Lituhayu bergegas menuju parkiran kampus bersama Salma. Dia menunggu Salma mengeluarkan motor maticnya sambil mengenakan helm yang dibawa temannya itu. Sesuai keinginan Lituhayu kemarin di telepon, dia ingin mengajak Salma perawatan. Lebih tepatnya, dia butuh teman menemaninya selama perawatan karena selama tinggal di Jakarta, belum sekalipun dia pergi ke klinik kecantikan. Dan hari ini Salma mengabulkannya.

Selama ini diam-diam, Lituhayu memperhatikan Salma. Dia tipikal perempuan yang memperhatikan kesehatan kulitnya meski sikapnya cenderung tomboi. Beberapa kali Lituhayu juga melihat Salma berdandan tipis-tipis saat mendatangi acara bersama teman-teman kuliah.

"Tumben lo ngajak gue perawatan. Biasanya cuma ngajak jajan di kantin," tanya Salma curiga saat turun dari sepeda motor maticnya di sebuah klinik kecantikan.

Lituhayu yang juga turun dari boncengan sedang berusaha melepas helm. "Aku belum pernah perawatan. Dan aku ada acara lusa. Biar kelihatan ... cantik, gitu."

Salma menoleh ke Lituhayu. "Ketemu calon mertua?" tebaknya dengan mata berbinar.

"Dih! Bukan!" sanggah Lituhayu cepat, tidak habis pikir dengan pikiran Salma.

Ladies Skin Klinik adalah bangunan dua lantai. Bagian depan terdapat pekarangan yang sebagian difungsikan sebagai parkir pengunjung. Ruangan depan difungsikan sebagai resepsionis, farmasi, dan ruang tungu. Ada sebuah lorong dengan bagian kiri terdapat ruang-ruang kecil untuk konsultasi dokter.

"Hai, Mbak Della," sapa Salma pada perempuan berambut pendek dengan poni tertata rapi.

"Hai, Mbak Salma. Langsung ke belakang, ya. Biar diantar Ety," sapa Della sambil menyenggol perempuan berambut bob disampingnya, sedangkan dia sendiri melanjutkan melayani seorang perempuan paruh baya yang sedang mendaftar.

"Perasaan kita baru aja datang, kok langsung masuk aja," bisik Lituhayu sambil mengekor Salma. Ety berjalan di depan membawa mereka ke sebuah ruangan paling belakang.

"Kekuatan ordal. Orang dalam," bisik Salma sambil cengengesan.

"Ruangan biasanya, ya, Kak," jelas Ety setelah membuka pintu ruangan, mempersilakan keduanya masuk. Lanjutnya, "tunggu sebentar, ya, Kak. Sebentar lagi dokter Nabila selesai konsultasi dengan pasien."

Ada dua ranjang di dalam ruangan yang tidak begitu luas itu. Ada pula dua jendela besar tertutup korden dari renda yang membatasi ruangan dengan taman belakang. Di meja kecil di antara ranjang ada jus mangga. Salma mengambil satu lalu diberikan ke Lituhayu, kemudian dia mengambil satu lagi untuk dirinya sendiri.

"Kamu sering kemari, ya?" tanya Lituhayu sambil menusukkan sedotan ke gelas jus. Lanjutnya, "petugasnya akrab banget sama kamu. Pelanggan, ya?"

Salma tidak menjawab. Dia hanya menggeleng. Mulutnya masih penuh dengan jus mangga.

Ladies Skin Klinik bukan tempat baru bagi Salma. Hampir semua anggota keluarganya perempuan. Selain ibunya, kakak dan adiknya juga perempuan. Hanya bapaknya yang ganteng. Tidak jarang para perempuan di keluarganya menghabiskan waktu seharian untuk perawatan bersama.

Salma menelan jus mangga cepat. "Dokternya kakakku," jelasnya tenang seolah ini hal biasa saja.

Namun tidak bagi Lituhayu. Penjelasan singkat Salma mambuatnya tersedak. "Dokter Nabila kakakmu?" Matanya membulat, lalu mengerjab beberapa kali. "Jangan-jangan klinik ini punyamu?"

"Bukan. Bukan punyaku ...," sanggah Salma, masih santai lalu menyeruput sekali jus mangganya. "... Punya kakakku."

"Serius?" Lituhayu memastikan. Informasi yang mengejutkannya berkali-kali membuat matanya semakin membulat dengan mulut terbukà, membentuk huruf O. Dia kemudian manggut-manggut sambil menyeruput jus mangganya.

(NOT) MY BACKUP PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang