Chap 16 💕 Malam

6 0 0
                                    

Ponsel Lituhayu bergetar. Sebuah pesan masuk ke aplikasi whatsapp nya. Perempuan itu meraba-raba nakes di samping tempat tidurnya. Matanya menyipit menghalau sinar terang dari ponselnya.

"Selamat Ulang Tahun, Mbak Ayu. Semoga panjang umur, bahagia selalu. Tercapai semua cita dan cintamu." Sebuah pesan dari Larasati yang diakhiri dengan emotikon wajah yang sedang mencium.

Lituhayu tersenyum. Hatinya menghangat. Ini bukan pertama kalinya Larasati menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Adiknya pula orang pertama yang melangitkan doa kebaikan untuknya.

Lituhayu enggan membalas pesan Larasati. Dia memilih untuk menelponnya lansung meski dia tahu sekarang sudah tengah malam. Namun rupanya dia yang diujung ponsel pun masih belum berencana untuk tidur. Larasati mengangkat panggilan Lituhayu pada panggilan pertama.

Baik Lituhayu maupun Larasati sama-sama berbicara dengan nada berbisik. Kakak adik yang biasanya ngobrol dengan nada ceria dengan suara memenuhi rumah itu kini berbicara seperti sedang berada dlam misi rahasia. Selain memnag karena suasan sekitar mereka sudah sepi, keduanya juga setengah mengantuk.

"Mau hadiah apa, Mbak?" tanya Larasati, penasaran.

"Nggak mau apa-apa. Puny kalian aja aku sudah sangat bersyukur," jawab Lituhayu tulus.

Kalau bukan karena jam dinding berdentang dua kali, Lituhayu tidak akan menyadari kalau sekang sudah lewat tengah malam. Saat dia menyadari Larsati yang awalnya terus menjawab obrolannya kini mendadak diam. Tak ada lagi suara di ujung ponsel selian suara napas Larasati.

"Lah, malah ditinggal tidur," gerutu Lituhayu saat menyadari adiknya sudah pulas. Dia kemudian mematikna ponselnya dan memejamkan mata. Namun baru beberapa saat ponselnya kembali berdering.

Sebuah nomor tidak dikenal muncul di layar ponselnya. Lituhayu ragu untuk mengangkatnya, tapi rasa penasarannya membuatnya menekan tombol terima.

"Lo adiknya Saraswati, kan?" tanya siara perempuan di ujung ponsel, bahkan saat Lituhayu belum sempat mengucap hallo.

"Jemput kakak lo, gih. Sudah teler berat, nih. Sampai nggak sadar ..."

Belum sempat Lituhayu menjawab, perempuan di ujung ponsel sudah mematikan panggilan. Bbeerapa detik kemudian sebuah pesan masuk berisi share loc. Lituhayu mengamati dnegan saksama lokasi itu dan berencana memberikannya ke Tama.

Sayangnya, mobil Sakti belum ada di garasi. Itu berarti Tama yang sedari tadi pergi bersamanya juga belum kembali.

"Arrgh! Aku lagi, aku lagi. Kenapa aku teruuusss ..." Meski menggerutu tapi Lituhayu tetap bangkit dari tidur lalu bersiap. Dia memesan taksi online yang untungnya masih ada yang beroperasi meski sudah hampir pagi.

"Ini yakin mau ke Heaven, Mbak?" tanya sopir taksi sambil memperhatikan Lituhayu yang duduk di kursi belakang kaca depan. Ini bukan pertanyaan pertama. Semenjak Lituhayu duduk, sudah lebih dari tiga kali supir itu memastikan tujuannya.

"Sesuai aplikasi, Pak," jawab Lituhayu masih dnegan keasl. Kini dia kesal bukan hanya karena harus meninggalkan hangatnya kasur dan lelabnya tidur, tapi juga karena pertanyaan berulang dari supir taksi.

"Saya hanya memastikan saja. Sepertinya Mbak perempuan baik-baik ..." jelas lelaki bernama Radit, sesuai nama yang tertera di aplikasi, yang ditaksir berumur lima puluh tahunan itu.

Ucapan Radit malah membuat Lituhayu penasaran. "Memang Heaven itu apa?"

Radit itu menaikkan alisnya. "Lah! Mbak mau ke Heaven tapi belum tahu Heaven?"

Lituhayu menggeleng.

Radit bergeming sambil memperhatikan Lituhayu untuk sekian detik lalu berkata, "itu surga dunia, Mbak." Kemudian tangannya menunjuk sebuah bangunan tinggi dengan tulisan besar berpendar di atasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(NOT) MY BACKUP PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang