HAPPY RENDANG TYPO
DIMANA-MANA
TANDAI YANG TYPOMINTA KOMEN BOLEH? VOTE? FOLLOW?
"Hidup ini cape yah?
Kalo gak mau cape
Mati aja. "*
*
*
*
*
*Mengetahui kabar bahwa sang Adik pingsan disaat membolos. Tentu saja membuat Nadhif dan Jefan panik bukan kepalang.
BRAK!!!!
Uhuk.. Uhuk..
"NEV! JANGAN MATI DULU JIR! HUTANG LO MASIH BANYAK."
"Tolol!" Jefan memberikan air pada Nev, bocah itu keselek, mungkin karena kaget karna Nadhif membuka pintu UKS sangat kencang.
Nev itu sedang asik-asik makan Bakso, walupun sempat pingsan Nev tidak melupakan Bakso pesanannya.
"Lo kenapa pingsan sih? Tadi pagi baik-baik aja."
Menatap sengit pada Nadhif. Untung Nev cuma keselek cabe bukan pentol Bakso. "Intinya jangan bilang orang rumah! "
Nadhif dan Jefan saling tatap, lalu kemudian tersenyum. "Hehh udah Bilang Bang Hesa."
Nev membulatkan kedua matanya. "Jingan emang!"
"NEVANDRA!"
Reflek Nev. Nadhif dan Jefan menutup kuping nya. Kala tiba-tiba suara cempreng memasuki gendang telinganya.
"Berisik Mas!"
"Kenapa bisa pingsan Nev? Itu wajah pucat banget kek mayat hidup?." Vino memegang kening sang Adik bungsu. "Gak panas."
"Ih! Nev juga gak tau." melipat kedua tangan nya, lalu turun dari blankar dan duduk di kursi.
"Sesak?"
Nev menatap Hesa, lalu mengangguk antusias. "Kok Abang bisa tau?"
"Itu alergi lo kumat. Udah tau punya alergi makan sembarangan. Kan Mas udah bilang kalo mau makan apa-apa itu cek dulu ada bahan yang mengandung alergi gak untuk lo."
"Mas Vino jangan ngomel. Nev itu belum makan apa-apa cuma sarapan di rumah aja. Makan Bakso juga baru tadi."
Hesa menatap Nev. "Cuma sarapan dirumah? Emang kamu sarapan apa? "
"Yang di masak sama Mas Vino lah."
"Lo gak makan gorengan yang di beli sama Bang Hesa kan?" Jefan Memicingkan matanya.
"Yah enggak Lah, gorengan nya kan di peluk mulu Sama Bang Hesa."
Nadhif menaruh kedua jarinya di dagu, membentuk pose berpikir. "Yang minta gorengan kan gue?" seketika otaknya menerawang kejadian tadi pagi.
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring, ditambah suara cek-cokan para manusia sudah biasa didengar di mansion ini. Walaupun saat makan pun. Mereka tidak pernah diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
We are Family
Teen FictionHanya kisah sederhana, kisah cerita ketujuh bujang Nata. Fachri Sebastian Nata, sebagaimana kepala keluarga, dulu dia menikah muda umur tujuh belas tahun sudah mempunyai anak satu, jadi jangan heran ketika melihat Fachri masih awet muda padahal suda...