"Menyembunyikan perasaan satu sama lain adalah kesalahan besar dalam sebuah hubungan."
~The Ephemeral~
••••🦋••••
"Teteh!!" panggil Ilesha dengan berteriak. Gadis itu sedang duduk sambil meminum satu kotak susu Ultra Milk yang tadi sempat ia beli di Minimarket. Larat, Bentala yang membelikannya.
Susu Ultra Milk, es krim, Pocky, serta cokelat. Jajanan yang diberikan Bentala tadi ia taruh di atas meja.
Sovi, kakak Ilesha, keluar dari kamarnya dengan langkah malas. Rambutnya acak-acakan dan matanya setengah terbuka, menandakan bahwa ia baru saja bangun tidur. Wajahnya masih terlihat sedikit kusut, seperti baru saja menekan pipi di atas bantal untuk waktu yang lama.
"Kenapa?" tanyanya dengan suara yang masih serak, sisa-sisa dari tidur panjangnya.
Ilesha menoleh, melihat Sovi yang sudah berdiri di hadapannya. Dengan cepat, ia memberikan salah satu jajanan kepada Sovi. "Sebagai ucapan terima kasih karena udah bantu gue ngomong ke Mama," kata Ilesha, sambil tersenyum.
Sovi menerimanya dengan senang hati. "Nah, gitu dong," jawabnya singkat sebelum berbalik dan kembali ke kamarnya.
"Si Aa-nya ke mana?" tiba-tiba terdengar suara dari arah lain. Ilesha menoleh dan melihat sang Mama berdiri di ambang pintu kamar. Mamanya mengenakan daster kusut berwarna pink dengan pola bunga-bunga kecil. Rambutnya sedikit berantakan, sepertinya ia baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Atau mungkin terbangun karena teriakan Ilesha barusan?
"Udah pulang, Ma. Buru-buru katanya udah ditungguin temennya. Terus tadi mau mampir cuma buat pamitan, tapi kayaknya aku lihat-lihat udah urgent banget, ya udah aku larang. Tapi tadi Zayn ngasih salam ke Mama sama papa," jelas Ilesha. Ia tak mau Mamanya
berpikir yang tidak-tidak tentang Bentala, apalagi jika sampai mengatakan kalau anak itu tidak sopan karena pulang tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada orang tuanya.Gita menghela napas dan duduk di samping Ilesha. "Dia yang waktu itu mau ke rumah nggak jadi gara-gara hujan dan mati lampu, kan?" tanyanya, mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
Pertanyaan Mamanya membuat Ilesha merasa sedikit malu. Sebelum mereka memutuskan untuk break, Bentala pernah ingin berkunjung ke rumah, namun cuaca buruk dan mati lampu menghalanginya. Ilesha ingat betapa susah payahnya ia memberi tahu Mamanya bahwa Bentala akan datang, namun alam seakan tak merestui rencana mereka.
Ilesha mengangguk kecil. "Mama mau?" tawarnya, sambil menyodorkan satu batang cokelat kepada Gita. Namun, Gita segera menolaknya dengan senyuman.
"Mama udah gosok gigi, males ngulang. Buat besok aja."
•••🦋•••
Malam ini adalah malam yang membuatnya bahagia. Ia telah kembali pada sang pujaan hati, membuatnya terus tersenyum tanpa melihat kondisi dan situasi saat ini.
Dua laki-laki, satu dengan rambut two block dan satu lagi bergaya rambut sedikit ikal, sedang menatap cowok yang sedang memainkan senar gitar dengan asal. Senyuman tak pernah pudar dari bibirnya, membuat dua laki-laki itu saling pandang seakan saling melempar pertanyaan.
"Bentala kenapa?"
"Kayanya kesambet?"
Mungkin, itu pertanyaan yang mereka tanyakan satu sama lain?
"Tala, lo kenapa sih, anying? Ngeri gue liatnya," akhirnya Rafi melontarkan pertanyaan pada Bentala.
"Dia balikan sama Ilesha," jawab seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan. Rafi dan Naksatra menoleh pada orang tersebut, yang telah menjawab pertanyaan Rafi untuk Bentala.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ephemeral (Tamat)
Teen FictionGengre: Romance, Misteri •••🦋••• Sinopsis: Ilesha Mutiadaksa adalah seorang gadis yang dibayangi masa lalu kelam, membuatnya berjanji untuk tidak lagi membuka hati pada siapa pun. Namun, semua berubah ketika Bentala Zayn Shailendra hadir dalam hi...