"Kue ulang tahun dirga udah, mobil remotnya juga udah, apalagi ya yang mama suruh?" Gumamnya.
Arunika mengambil ponsel yang ada di tasnya untuk melihat list yang harus di beli untuk merayakan ulang tahun budak korporat kesayangan mama lita, dirgantara.
"Hmm.. kue, ceklis. Mobil remot, ceklis, lilin, ceklis. Oh iyaa! Mau ngambil tumpeng, tapi mana bisa ambil sendiri tumpengnya, lagian mama ada-ada aja anak ceweknya disuruh ngambil semua pesenannya sendiri. Giliran dirga aja di ajak belanja ke mall ngadem."
Arunika berjalan sambil bergumam sendiri merutuki budak korporat kesayangan mama lita itu.
Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB.
Arunika tersenyum gembira melihat indahnya matahari terbenam dari atas jembatan.
Cahaya senja berwarna campuran oren bercampur merah dan kuning menghiasi langit yang berpantulan cahaya sungai.
Toko kue ulang tahun Dirga yang di pesan mama Lita tidak jauh dari jembatan tempat Arunika berdiri, hanya harus menyebrang untuk sampai di jembatan.
"Udalama banget ga lewat jembatan ini, cantik banget senjanya! Tapi sekarang ini jembatan jadi sepi banget yaa, untung lewatnya pas masih sore" Gumamnya.
Arunika masih memikirkan bagaimana agar dia dapat membawa tumpeng besar itu sendirian sedangkan tangannya sudah penuh dengan kue dan hadiah untuk Dirga, saat tengah asik berpikir sambil memandang sekeliling, wajah gembiranya karena melihat matahari di sore hari itu sirna. Tergantikan dengan wajah panik dan takut.
Arunika menganga melihat seorang pemuda yang berada di tengah jembatan sedang berusaha menaiki pembatas jembatan, arunika berjalan perlahan mendekati pemuda tersebut. Walau jujur saja nyalinya sudah menciut. Arunika takut.
Dengan tangan yang gemetar Arunika berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan keberaniannya, dengan jarak yang sudah mulai dekat dengan pemuda itu arunika memberanikan dirinya untuk berbicara.
"Kamu ga takut tenggelam?"
Pemuda itu menoleh sekilas ke arah Arunika, "engga" jawabnya.
"Kamu bisa berenang?"
"Engga"
"Itu dalem banget sungainya, gelap lagi"
"Tapi tenang" jawab pemuda itu.
Arunika mulai berjalan pelan mendekati pemuda itu, "emang kamu yakin bakal tenang dibawah sana?"
"Kenapa gitu?"
"Kamu gatau di bawah sana ada buaya?, kata orang-orang disini juga ada ulernya, besar! Ular yang jadi penjaga sungai. Kalo kamu loncat si bukan tenang yang ada, tapi kamu jadi ketemu penjaga-penjaga sungai ini deh"
Arunika menarik nafasnya, "emang kamu mau ketemu buaya sama uler? Hiiih serem banget".
"Bayangin ulernya gedek-gedekk hiiiiii, merindingg" sambungnya.
Pemuda yang trus menunduk memandangi air sungai di bawahnya itu nampak menimang-nimang keputusannya.
"Beneran ada?" Ragunya.
"Loncat aja kalo mau tau" jawab Arunika.
Pemuda itu turun dari atas pembatas dengan perlahan, ia menatap Arunika yang juga tengah menatapnya.
"Kenapa?" Tanya pemuda itu.
"Udah malem, pulang! Disini gelap" usirnya.
"Mau cake ga?"
"Cake?"
"Huum.. Aku punya cake, makan sama-sama yuk?"
•••••
"Aku Asa"
Pemuda berambut hitam menutupi dahi itu ngulurkan tangannya ke arah Arunika.
Arunika menatap jari-jemari pemuda bernama Asa.
"Aku Arunika, kamu bisa panggil aku Aru"
Asa menatap kotak kue yang sudah Aru buka sedari tadi, namun baik Asa maupun Aru keduanya sama-sama tidak menyentuh kue itu.
Arunika mengajak Asa ke taman yang tidak jauh dari jembatan, mereka duduk di atas rerumputan yang menghadap langsung pada sungai yang disinari dengan bulan terang di atasnya.
"Nama kamu bagus"
Arunika memberikan jeda pada kalimatnya, "yang artinya harapan" sambungnya.
"Kalau nama aku Arunika, yang artinya cahaya matahari terbit, atau Aru yang artinya matahari." Arunika tersenyum lembut menatap mata Asa.
"Asa.. aku tau, hidup di dunia yang semestanya suka bercanda itu emang ga menyenangkan, makhluk sekecil kita ini harus bertarung dengan kerasnya dunia adalah hal yang berat. Tapi kayak arti nama kamu harapan, sebagai manusia yang lemah kita juga harus punya harapan Asa. Harapan untuk hidup, juga harapan untuk bertahan di kerasnya dunia ini."
"Asa.. terima kasih. Terima kasih karena kamu masih mau bertahan di dunia yang isinya penuh sama orang-orang jahat, berdiri di atas pembatas jembatan bukan hal yang kamu mau kan? Tapi tolong Asa, matahari terbit di esok hari, jadikan matahari terbit itu sebagai harapan untuk kamu tetap hidup di dunia ini."
"Mari bertahan sebentar lagi ya Asa?"
Asa menahan air mata yang sudah siap turun membasahi pipinya. Sungguh Asa lelah. Tapi Aru benar, asa punya harapan.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/373926029-288-k241431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Teen Fiction"Asa.. kalau bangun pagi harus sambil senyum ya liatin matahari terbit, karena Aru matahari terbit! jadi Asa harus senyum kalo liat Aru" Ujar Arunika. "Aru jadi matahari terbit sekarang?" "Kan arti nama Aru matahari terbit" "Arti nama Aru itu cah...