Jenna memangkas waktu pertemuan dengan profesornya. Sepanjang jalan dari kantor ke kampus, pikiran Jenna terus melayang pada Kane. Ia berencana untuk mengunjungi tempat Kane begitu selesai dengan urusannya di kampus.
Benar saja, sore hari begitu Jenna tiba di penthouse milik Kane, pria itu terbaring lemah di sofa.
"Oh, shit." Jenna cepat-cepat menghampiri Kane. Memastikan pria itu masih bernapas.
Keringat membasahi wajah Kane. Matanya setengah terpejam dan ia bergumam tidak jelas. Jenna mendadak terserang kepanikan luar biasa.
Oh my God I killed him.
"Kane?" Jenna mencoba mencari respon pria itu. "Kau butuh sesuatu? Mau aku antar ke gawat darurat?"
Kane menggeleng dengan lemah. "Tidak. Aku akan baik-baik saja. Aku sudah minum obat."
"I don't think—"
"Don't push me, okay?!" Kane mengerang. "Kenapa kau di sini?"
Jenna menjawab dengan kikuk. "Aku khawatir dengan keadaanmu setelah melihat reaksimu di kantor."
Kane tidak menyahut.
Jenna semakin mendekat ke tubuh Kane. Ia memeriksa suhu tubuh dan denyut jantung pria itu. "Please let me help you. I really feel bad."
"Help me get to the bed," ujar Kane pelan.
Dengan susah payah, Jenna membopong Kane berjalan ke kasur. Setelahnya, Jenna menyiapkan air hangat dan handuk untuk keringat yang sudah membasahi tubuh Kane.
"Kau mau melepas bajumu?" Jenna menawarkan. "Kau akan demam jika terus memakai baju basah seperti itu."
Tanpa suara dan setengah mata terpejam, Kane membuka satu per satu kancing kemejanya. Kemeja itu dilemparkannya asal.
Damn, Jenna lupa betapa bagus dan menggairahkannya tubuh Kane.
Fokus, Jenna! Kau hampir membunuhnya. Bukan saat yang tepat untuk berpikir kotor.
Kikuk, Jenna mengelap keringat di tubuh Kane dengan hati-hati. Pria itu tidak bereaksi apa-apa. Napasnya tetap berat seperti ia baru saja lari maraton. Wajahnya pucat dan tubuhnya panas. Terkadang Kane meringis pelan menahan sakit di perutnya. Jenna merasa sangat kacau sekarang. Ia membayangkan hal buruk akan terjadi pada Kane dan ia harus bertanggung jawab.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Jenna coba menawarkan beberapa hal pada Kane. Makanan hangat, air hangat, menaikan suhu penghangat ruangan, memanggil dokter, apa pun yang bisa dipikirkan Jenna. Tapi pria itu menolak semuanya.
Beberapa saat kemudian, Kane jatuh tertidur. Dengkurannya terdengar berat dan posisi tidurnya terlihat tidak nyaman. Jenna hendak membangunkan Kane untuk mengubah posisinya. Tapi Jenna takut malah menganggu tidurnya.
Kane tertidur dalam posisi itu cukup lama. Menjelang pukul sepuluh malam, Jenna masih berada di rumah Kane. Ia tidak tahu harus meminta tolong siapa. Bahkan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.
Apa ia bisa pulang? Tapi bagaimana jika kondisi Kane memburuk? Apa Kane tidak punya teman yang bisa dihubunginya dalam situasi seperti ini? Apa Jenna harus menghubungi Cole?
Di tengah kebingungannya, ponsel Jenna berdering beberapa kali. Ia mengecek ponselnya dan melihat group chat dengan teman-temannya. Mungkin teman-temannya bisa membantu.
no 🍆 pic pls!
Ana
Where are you guys?
Why am I home alone?
KAMU SEDANG MEMBACA
Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️
Romance[LIMA CHAPTER TERAKHIR DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN] Hampir lulus kuliah, Jenna Lim hanya ingin segera punya pekerjaan agar tetap bisa menetap di New York. Dia kemudian mendapat pekerjaan sebagai anak magang di kantor milik Kane Hayes atas rekome...