Jenna dibawa ke suatu ruangan kosong karena perbuatannya mengerjai Kane. Di ruangan itu terdapat sebuah sofa besar dan Kane duduk tepat di tengahnya. Dadanya terekspos dengan kancing kemeja yang terbuka. Matanya menatap Jenna tajam, membuat gadis itu menelan ludah.
Entah mengapa Jenna hanya bisa terdiam di tempat. Ia ingin berontak dan segera pergi dari tempatnya berdiri. Tapi kaki Jenna terasa berat untuk melangkah. Lalu tanpa Jenna duga, pria itu mendekatinya. Kane mulai meraba bagian tubuh Jenna dengan jarinya.
Tatapan Kane tetap terkunci pada Jenna sambil tangannya terus menggerayangi tubuh gadis itu. Jenna merasakan jelas setiap sentuhan Kane pada dirinya. Begitu Kane menyentuh bagian sensitif Jenna, gadis itu tersentak.
"Kane—" Jenna membuka mata. Ternyata ia hanya bermimpi. "Sial."
Kenapa mimpinya harus tentang Kane? Ini bukan kali pertama Jenna bermimpi tentang seks. Tapi ia tidak pernah memimpikan Kane bahkan saat mereka berhubungan bertahun-tahun lalu.
Suara dehaman membuat Jenna sadar sepenuhnya. Sial, ia lupa sedang berada di rumah Kane. Jenna tidur di sofa besar di ruang tengah milik Kane. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena Kane tertidur cukup pulas. Begitu selesai makan malam dengan pasta instan di dapur Kane, Jenna merasa kantuk dan akhirnya memilih tidur.
"Oh, kau sudah baikan?" tanya Jenna segera duduk begitu melihat Kane berdiri di pinggir sofa.
Kane menatap Jenna heran. "Kenapa kau masih di sini? Sudah kubilang aku akan baik-baik saja."
Memainkan bibirnya, Jenna menjawab ragu. "Aku takut sesuatu terjadi padamu. Aku tidak tahu siapa yang harus dihubungi, jadi aku menginap di sini untuk memastikan kau baik-baik saja."
Kane berjalan ke arah dapur, tidak menggubris Jenna. Melihat sikap Kane yang jauh lebih ketus dari biasanya, Jenna cukup lega. Itu artinya Kane sudah lebih baik dan pastinya cukup sehat untuk kembali ke jati dirinya—manusia yang tidak tahu tata krama.
Merapikan barang-barang dan memakai jaketnya, Jenna memilih untuk segera pulang. Ia tidak akan sanggup menghabiskan satu detik lebih lama dengan Kane.
"Sekali lagi maafkan aku. Hubungi aku jika kau butuh sesuatu," ujar Jenna hendak berjalan ke pintu keluar.
"Jenna," panggil Kane. Jenna berhenti berjalan dan kembali melihat ke arah Kane. "Buatkan aku sarapan sebelum kau pergi. Anggap saja untuk membalas perbuatanmu kemarin."
Jenna menghela napas. Sarapan. Baiklah. Itu lebih baik daripada berurusan dengan HR di kantor.
Kane berjalan ke sofa dan menjatuhkan diri di sana. "Setelah kau tahu aku alergi pada cabai dan hal pedas, tolong perhatikan masakanmu. Mungkin kali ini kau berhasil membunuhku."
Kane alergi pedas? Jenna baru tahu. Pantas saja reaksinya terhadap bubuk cabai seburuk itu.
Membuka lemari pendingin, Jenna mengambil beberapa bahan untuk membuat sarapan. Telur orak-arik dan sosis sepertinya cukup mudah dan tidak akan gagal.
Kane menghampiri Jenna dan duduk di meja pantri selagi gadis itu menyiapkan piring. Keduanya makan tanpa suara. Rasanya sulit untuk Jenna menelan makanannya.
Tidak lama Jenna ingat untuk memberikan Kane ramuan yang disarankan Iris. Jenna mengambil gelas, mengisinya dengan air panas dan garam.
"Kau membuat apa?" tanya Kane keheranan.
"Temanku bilang larutan ini bisa mencegahmu dehidrasi karena semalaman kau muntah-muntah," jawab Jenna. "Aku juga sudah mencari tahu di internet."
Kane mendengus. Matanya memutar, melihat Jenna dengan tatapan sinis. "Kau percaya dengan internet?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️
Romance[LIMA CHAPTER TERAKHIR DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN] Hampir lulus kuliah, Jenna Lim hanya ingin segera punya pekerjaan agar tetap bisa menetap di New York. Dia kemudian mendapat pekerjaan sebagai anak magang di kantor milik Kane Hayes atas rekome...